16.

63 10 1
                                    

Happy reading

||

Pagi yang cerah menyambut padatnya kota Jakarta. Suara jangkrik berseru dimana-mana.

Sinar matahari pagi membangunkan Nesa yang masih terlelap dalam alam mimpinya.

Nesa menarik selimut nya menutupi seluruh tubuhnya.

"Nesa, bangun! Kamu harus ke kantor pagi ini!" teriak mama Nesa dari arah dapur.

Nesa tidak menghiraukannya. Ia masih mengantuk semalam ia tidur jam satu untuk mengerjakan tugas-tugas kampus yang sudah menumpuk.

Karena Nesa tidak bangun-bangun juga akhirnya mama Nesa bergegas ke kamar Nesa.

"Anak itu selalu saja kebo." Mama Nesa menggelengkan kepala.

"Nesa, bangun!" teriaknya lagi di depan pintu kamar.

Mama Nesa memutar knop pintu dan ternyata tidak terkunci dengan cepat ia masuk lalu menarik selimut yang Nesa gunakan.

"Apa sih, aku masih ngantuk." Nesa merebut kembali selimut nya lalu melanjutkan tidurnya.

Tidak kehabisan ide mama Nesa pun masuk dalam kamar mandi dan ....

Byur!!!

Tubuh Nesa basah kuyup karena di siram pakai air.

"Aaaaaaa, banjir!" teriak Nesa.

Buru-buru Nesa bangun dan berlari keluar kamar. Sedangkan Mama Nesa tertawa terbahak-bahak.

"Mama, ada banjir!" teriak Nesa. Ia memutari seluruh ruang dalam rumah itu.

Hingga ia terbentur pintu kamar mandi yang ada di bagian dapur dan terjatuh ke lantai.

"Aduh," ringisnya menahan sakit.

"Aish, siapa sih yang naruh pintu di sini," kesalnya. Ia bangkit dan berlalu masuk dalam kamarnya.

"Dari mana?" tanya mama Nesa menahan tawa.

Di sana ia sudah mengganti sprei Nesa yang basah. Karena kesal Nesa tidak menghiraukan mamanya, ia berjalan masuk dalam kamar mandi membersihkan badannya yang sudah basah.

Setelah mandi Nesa bersiap-siap ke kantor.

"Pagi, Mbak," sapa Nesa pada sekretaris Kivant yang lain.

"Pagi." Orang itu tersenyum manis.

Nesa masuk dalam ruangan Kivant. Di sana terlihat sepi nggak ada orang.

"Tumben dia belum datang? Biasanya pagi-pagi sekali dia udah duduk di kursinya," gumam Nesa.

Tidak mau ambil pusing Nesa memilih duduk di kursinya dan melaksanakan tugasnya.

Sudah jam sembilan lewat tapi Kivant belum datang juga dan itu membuat Nesa khawatir sebab jam sepuluh nanti ada rapat dengan klien.

"Ini, Pak Kivant kok belum datang juga, ya." Nesa mengetuk meja dengan jarinya.

Nesa mengambil ponsel nya dalam tas lalu menghubungi nomor Kivant yang sudah ia save saat pertama kali masuk kerja.

Hanya suara operator yang terdengar di sana.

"Ini gimana dong." Nesa mulai frustasi, bingung harus melakukan apa.

"Astaga sebentar lagi jam sepuluh, gimana dong." Ia menggigit jari telunjuknya untuk menghilangkan rasa cemasnya.

Lama Nesa berpikir akhirnya ia memutuskan untuk meminta bantuan pada sekretaris Kivant yang satunya.

"Mbak," panggil Nesa ragu-ragu.

"Iya, ada apa?" tanyanya.

"Ini kita ada rapat, tapi Pak Kivant belum datang juga dari pagi. Saya bingung harus gimana," jelas Nesa.

"Kamu sudah telpon?"

"Udah tapi nggak diangkat-angkat bahkan saya udah telpon beberapa kali tapi hasilnya sama."

"Kamu tenang aja biar saya yang bilang pada klien nya kalau rapatnya di tunda," ujar sekretaris Kivant.

Nesa bernapas lega. "Makasih ya, Mbak. Jujur saya sudah putus asa tadi," ungkap Nesa.

"Iya nggak apa-apa kok. Lain kali kalau ada apa-apa bilang aja ke saya, ya."

"Baik, Mbak. Kalau gitu saya lanjut kerja dulu," pamit Nesa yang hanya di angguki sekretaris Kivant.

Jadi sekretaris Kivant itu ada dua Nesa yang bertugas sebagai sekretaris pribadinya dan satu lagi bertugas mengurus klien-klien yang ingin bekerja sama dengan perusahaan.

Awalnya sih, hanya satu orang tapi karena Kivant tidak mau membebani sekretarisnya itu akhirnya ia memutuskan memiliki dua sekretaris.

Yang kebetulan sekali waktu itu ia bertemu Nesa dan jadilah alasan masalah sepele itu untuk menjadikan Nesa sekretarisnya.

______

Kivant yang baru saja bangun dari tidurnya memegang kepalanya yang terasa berat.

Ia melihat sekeliling, ini bukan kamarnya, di mana dirinya pikirnya.

"Aww," ringisnya.

Badannya terasa sakit semua bergerak pun sangat susah di tambah kepalanya sangat pusing. Mungkin efek dari minuman semalam makanya seperti ini.

"Ini aku dimana?" tanyanya pada diri sendiri.

Kivant mencoba bangkit namun 'tak bisa.

Clek!

Pintu terbuka menampakan sosok pria dengan tubuh jangkungnya. Ia berjalan menghampiri Kivant yang masih berusaha untuk berdiri.

"Apa masih pusing?" tanyanya.

"Kenapa kepalaku pusing sekali rasanya?"

"Itu karena lo terlalu banyak minum semalam," jawabnya.

Orang itu adalah Sanjaya orang yang sudah membawa Kivant ke tempat itu.

"Mending sekarang lo mandi segarin badan lo itu," ujarnya.

Ia membantu memapah Kivant menuntutnya ke kamar mandi.

Tidak butuh lama Kivant pun keluar dengan wajah yang sudah fresh dari sebelumnya.

"Makasih, bro udah bawa aku ke sini," ujarnya pada Sanjaya.

"Kaya sama siapa aja lo."

"Aku harus ke kantor nih ada rapat soalnya."

Kivant berjalan keluar dan berlalu dari sana.




Tbc___

Tinggalkan jejak🐾🐾

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now