25.

58 8 1
                                    

Happy reading

||



Nesa berjalan 'tak tentu arah. Hidupnya kini sudah hancur nggak ada lagi yang bisa di banggakan dari dirinya.

"Bodoh, bodoh." Nesa terus memukuli badannya yang sudah 'tak suci lagi.

Capek terus berjalan, Nesa pun mendudukkan badannya di kursi jalan. Ia mengadakan kepalanya di langit yang mendung.

Menutup matanya. "Apa yang sudah kuperbuat? Kenapa gue nggak tau apa-apa," gumam Nesa.

'Tak terasa setetes air hujan jatuh membasahi wajahnya yang masih setia mengada di atas.

Alam seakan tau apa yang Nesa rasakan saat ini. Hujan turun perlahan membasahi bumi beserta isi-isinya 'tak terkecuali Nesa yang masih setia pada posisinya.

Di sisi lain Kivant tersadar dari apa yang sudah terjadi. Ia menepuk dahinya.

"Nesa pasti salah paham ini," monolognya.

Kivant berlari keluar dari kamarnya menyusul Nesa yang sudah tidak terlihat di sekitar apartemen nya.

"Kemana aku harus mencarinya? Mana hujan turun lebat lagi." Kivant di buat frustasi akan hal ini.

Kenapa pula ia tidak berpikir arah pembicaraan Nesa pas di kamar tadi, 'kan gini jadinya. Dia terus menjalankan mobilnya menembus derasnya hujan.

Tidak butuh waktu lama Kivant pun menemukan keberadaan Nesa.

"Nes, apa yang kamu lakukan?" tanyanya. Dia berjalan duduk di samping Nesa.

Dia sudah rela basah kuyup yang pentingsekarang Nesa sudah ia temukan.

"Ngapain lo ke sini? Pergi! Jangan dekat-dekat gue lagi." Emosi Nesa tiba-tiba meluap saat melihat Kivant di sampingnya.

Nada bicara yang awalnya formal pun sudah berubah. Sepertinya Nesa benar-benar kecewa.

"Kamu ini kenapa?"

"Masih nanya gue kenapa? Lo udah membuat hidup gue hancur, masa depan gue hilang!"

"Kamu salah paham."

"Salah paham apa?!" teriak Nesa. Air matanya pun sudah berkali-kali jatuh bersamaan dengan hujan.

"Ya, kamu salah paham. Saya nggak ngapa-ngapain kamu. Saya nggak tidur satu kamar sama kamu. Saya bukan laki-laki brengsek yang meniduri wanita yang bukan hak saya," tutur Kivant panjang lebar.

"Bohong!"

"Saya tidak bohong, Nesa. Buat apa saya meniduri kamu sedangkan saya tau kamu tunangan adik saya. Pantaskah saya melakukan itu?"

"Satu hal yang harus kamu tau, semalam saya tidur di kamar lain bukan satu kamar dengan mu. Saya masih tau batasan."

Nesa diam mematung tidak tau harus berkata apa. Bibirnya keluh.

____

Di rumah Nesa, Rianti sudah bingung harus mencari Nesa ke mana lagi. Di setiap sudut rumah sudah ia cek namun tiada tanda-tanda akan keberadaan Nesa.

Rianti takut anaknya itu nekat kabur karna pertunangan semalam. Ia tidak mau anaknya pergi meninggalkannya.

"Kamu kemana sih, Nesa. Mama udah pusing harus cari kamu kemana," ujar Rianti.

Tiada henti-hentinya ia meramal kan doa agar bisa menemukan Nesa.

"Gimana, Bi. Apa Bibi menemukan Nesa?" tanyanya pada sang ART.

"Belum, Nya."

"Astaga, kamu kemana sih sayang." Rianti membanting tubuhnya di atas sofa. Menumpukan wajahnya diatas telapak tangannya

"Nyonya yang tabah ya. Mungkin Non Nesa lagi keluar cari angin." Sang ART mencoba menenangkan Rianti.

"Gimana saya tenang, Bi. Ini masih pagi sekali di tambah di luar hujan. Klau Nesa kenapa-kenapa gimana?"

"Nyonya berdoa saja semoga Non Nesa tidak kenapa-kenapa."

Dret! Drett!

Dering ponsel rumah mengalihkan atensi Rianti. Dengan buru-buru ia berjalan mengangkat telpon itu.

"Hallo, dengan siapa?"

"Hallo, tante ini aku Kenant."

"Ada apa ya Kenant? Tumben nelpon pake telpon rumah?"

"Maaf ya, tan ganggu waktunya. Tapi itu aku telpon Nesa kok telponnya nggak diangkat, ya?"

Rianti terdiam, dia bingung harus jawab apa pada calon menantunya ini.

"Hallo ... tan? Tante masih di sana 'kan?"

"Ah, iya Ken. Tante masih kok. Maaf ya mungkin Nesa nya belum bangun makanya telpon Kenant nggak diangkat. Kenant tau sendiri 'kan semalam Nesa kecapean," bohongnya.

Ia sengaja melakukan ini karena tidak mau membuat Kenant khawatir.

"Oh, gitu ya, Tan. Yaudah deh kalau Nesa bangun tolong bilangin ya buat nelpon Kenant."

"Iya nanti Tante sampain."

"Kalau gitu Kenant tutup ya telponnya."

"Iya. Salam buat keluarga kamu."

Tut!

"Maafin Tante ya, Ken," gumam Rianti.




Tbc____



Jangan lupa vote dan komennya

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now