19.

62 11 1
                                    

Happy reading
||




Keesokan harinya, Rianti memberitahukan perihal perjodohan Nesa dan Kenant pada Nesa.

Awalnya ia ragu tapi setelah ia pertimbangkan dengan matang akhirnya ia memberanikan diri.

"Nesa," panggilnya.

Saat ini anak dan ibu itu sedang melaksanakan sarapan pagi. Nesa sudah siap dengan pakaian kantornya begitupun mamanya.

"Ada apa, Ma?" Nesa menatap heran mamanya.

Sedari tadi mamanya tidak duduk dengan nyaman seperti ada beban berat yang di tanggungnya.

Rianti menghela napas lalu menghembuskannya secara perlahan. Bagaimana pun ia harus menyatakan ini.

"Jadi gini semalam Mama ketemu sama Mama Kenant dan kami membicarakan soal hubungan kamu dan Kenant." Rianti menjeda ucapannya.

"Hubungan?" tanya Nesa bingung.

"Iya Mama sama Mama Kenant ingin menjodohkan kalian."

"Uhuk ... uhuk. Mama nggak bercanda 'kan?" Nesa yang masih sarapan pun harus terhenti.

Rianti menggeleng.

"Ma, ini jaman apa harus di jodoh-jodohkan segala."

Nesa tidak habis pikir dengan pemikiran mamanya dan juga mama Kenant.

"Itu juga demi kebaikan kalian. Kalian kan udah kenal dari kecil masa nggak di satukan."

"Ya ..., tapi nggak gitu juga caranya kali, Ma. Nesa udah dewasa udah bisa nentuin hidup Nesa gimana ke depannya begitupun juga Kenant."

"Lagi pula Nesa sama Kenant itu hanya sahabatan nggak lebih." Nesa mencoba menjelaskan pada Rianti.

"Mama tau sayang, tapi apa salahnya kalau kamu sama Kenant berjodoh. Mama itu pengen banget punya mantu kaya Kenant."

"Ma ...."

"Mama mohon sayang kali ini aja kamu mau ya Mama jodohin sama Kenant," pinta Rianti.

Jujur Nesa tidak tega melihat raut wajah mamanya tapi ia juga tidak mau di jodohkan dengan Kenant. Dia sudah mencintai seseorang dan itu bukan Kenant.

"Mau ya, sayang," bujuk Rianti.

"Nesa nggak tau, Ma. Nesa pergi dulu udah siang." Nesa bangkit dari duduknya lalu pergi dari sana.

____

"Woi!"

"Kapret, gue kaget njrit," umpat Kenant.

"Selow man," ujar Geri.

"Bacot."

"Lu kenapa dah sensi amat," ujar Fakri.

"Tau nih anak," timpal Geri.

"Gue lagi bingung," ujar Kenant.

"Bingung kenapa lo?" tanya Fakri.

Kenant menceritakan apa yang sudah mamanya katakan padanya kemarin pagi sampai kejadian dia yang di tolak Nesa pun ia ceritakan.

"Gila! Nesa nolak lo? Nesa benar-benar gila," ujar Fakri heboh.

Seorang Kenant Dwi Sangose di tolak cewek? Sangat-sangat tidak dapat di percaya.

Cewek mana yang tidak akan terpesona dengan ketampanan Kenant ditambah lagi ia tajir melintir.

"Maksud lo apa bilang Nesa gila?" Kenant menatap tajam ke arah Fakri.

"Elah matanya jangan gitu juga kali, Ken."

"Tapi gue setuju sih dengan Tante Kaito," ujar Fakri tiba-tiba.

"Maksud, lo?" tanya Geri dan Kenant bersamaan.

"Gini lo kan suka sama Nesa nah dengan cara ini loh bisa miliki Nesa seutuhnya," jelas Fakri.

"Otak lo ketinggalan di bar semalam keknya nih." Geri menoyor kepala Fakri.

"Sakit ogeb," keluhnya.

"Kalau ngomong jangan ngadi-ngadi. Kalau misal gue nerima perjodohan ini sama aja dong gue menghancurkan persahabatan gue sama Nesa. Apalagi Nesa secara terang-terangan bilang ke gue kalau dia suka sama seseorang," jelas Kenant.

"Hidup lo ribet amat."

"Dari pada lo mikirin Nesa mending sekarang kita ke kantin sumpah perut gue dari tadi udah koar-koar minta di isi," ujar Fakri.

Fakri menarik tangan Geri dan Kenant menyeret mereka ke kantin.

Suasana kantin pagi ini cukup ramai. Mahasiswa dari fakultas lain juga banyak yang berkunjung ke kantin itu.

Padahal di semua fakultas sudah di sediakan kantin tapi entah kenapa mereka malah makan di kantin itu.

"Pada mau pesan apa nih, biar gue yang pesan," ujar Geri.

"Kaya biasanya aja," jawab

Geri pun pergi memesan makanan.

"Udah nggak usah di pikirin lah, Ken," ujar Fakri.

"Susah Fak." Kenant menelungkupkan kepalanya diatas meja.

"Eleh, kaya boca, lo."

"Hmm."

Tidak berselang lama Geri pun datang dengan nampan yang berisi makanan.

Fakri dengan cepat merebut nampan itu dan mengambil bagianannya lalu melahapnya dengan rakus.

Geri dan Kenant yang melihat itu cengo. Apa Fakri nggak makan selama sebulan? Rakus banget.

"Lo nggak makan sebulan, ya? Rakus benar," ujar Kenant.

"Mati dong gue. Udah mending lo pada makan aja nggak usah banyak komen." Fakri melanjutkan kembali acara makannya.

Sementara yang lain sibuk makan, lain halnya dengan Kenant. Ia hanya mengaduk-ngaduk makanannya tanpa niat memakan.

Ia masing bingung dengan keputusan yang akan ia ambil. Dia tidak mau membuat sahabatnya itu kecewa. Ia sangat menyayangi Nesa tidak mau kehilangan.

"Ken, gue kasih tau lo nih ya. Saran gue lo terima aja perjodohan itu. Masalah Nesa marah atau nggak, lo bilang aja lo juga di paksa untuk menerima perjodohan ini. Simpel kan," ujar Fakri.

Nah ini yang di suka dari Fakri kalau lagi makan lahap gini otaknya encer banget.

"Nah, betul tuh yang dikatakan Fakri. Kalau misal Nesa marah sama lo, lo tinggal bilang aja lo nggak tega nolak permintaan tante Kaito," tambah Geri.

Kenapa nggak dari tadi coba. 'Kan Kenant nggak akan stres mikirinnya.

"Kalian ada benarnya juga."

"Iya lah kita gituloh."

'Dengan cara ini gue bisa miliki Nesa seutuhnya dan gue berharap Nesa juga akan menerimanya walau gue tahu dia nggak cinta sama gue, tapi cinta itu akan datang seiring dengan berjalannya waktu,' batin Kenant.







Tbc____

Tinggalkan jejak🐾🐾🐾🐾

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now