35

81 20 46
                                    

Happy reading

||





"Gue nggak mau! Lo ngerti bahasa manusia nggak sih?!" kesal Nesa.

Sudah berkali-kali ia mengatakan kalau ia tidak mau menikah dengan Kenant, tapi tetap aja dipaksa.

"Kamu menikah dengan Kenant atau kamu akan liat jasad mama hari ini juga."

Deg!

Bagai di sambar petir di siang bolong, Nesa bimbang sekarang setelah mendengar penuturan sang mama.

"Ma."

Nesa menatap mamanya penuh harap.

"Please kali ini aja biarin Nesa mutusin apa yang Nesa mau," mohonnya pada sang mama.

"Tidak ada bantahan." Rianti menyeret Nesa untuk kembali ke pelaminan menuntaskan acara ijab kabul yang sempat tertunda.

Nesa hanya bisa menangis meratapi nasibnya.

"Lo jahat," ujar Nesa saat tak sengaja mata dan matanya bertemu pandang dengan Kenant.

Seakan tuli dengan semuanya Kenant tetap melanjutkan apa yang sudah tertunda sebelumnya.

Baru saja penghulu ingin mengucapkan kalimat ijab kabul, lagi-lagi semua harus terhenti.

Kali ini bukan perihal Kivant atau yang lainnya.

"Sherly?" gumam Kenant. Dia sungguh tidak menyangka kalau Sherly akan datang ke sini.

"Kenapa? Kaget?" Sherly berjalan menghampiri Kenant yang diam mematung.

"Setelah lo hancurin masa depan gue, lo dengan bahagia menikahi orang lain. Di mana hati nurani lo, hah?!" sentak Sherly.

Sherly sungguh tidak menyangka kalau Kenant akan sebrensek ini.

Semua orang tercengang mendengar apa yang di ucapkan Sherly.

Apa maksudnya? Kenapa ia berkata seperti itu?

"Maksud lo apa Sherly?" tanya Nesa.

Sherly adalah salah satu mahasiswi di fakultas yang Nesa dan Kenant kuliah. Namun, berbeda jurusan.

Sherly merupakan primadona di jurusan nya. Ia juga merupakan mahasiswi yang pintar dan fashionable.

"Lo mau tau apa yang terjadi?"

Nesa mengangguk.

Flaksback  on

"Bro, lo kenapa dah loyo amat perasaan," ujar Geri.

"Tau nih. Lo ada masalah? Coba cerita sama kita siapa tau kita bisa bantu. Iya nggak, Ger?" Fakri menatap Kenant dengan teliti.

Kenant sangat kacau hari ini tidak seperti hari-hari sebelumnya. Mungkin kah dia punya masalah, tapi apa?

"Gue bingung, gue stres, gue butuh pelampiasan," ujar Kenant.

Entah apa maksud dia pelampiasan.

"Pelampiasan?" Fakri dan Geri saling memandang satu sama lain.

Mereka tidak mengerti maksud dari apa yang Kenant katakan.

"Ya, gue butuh pelampiasan. Satu gadis buat malam ini mungkin akan bagus."

Makin ngawur dah.

"Hah? Lo jangan ngadi-ngadi deh sejak kapan lo main perempuan bego." Fakri sungguh tidak percaya dengan otak sahabat nya ini.

"Tau nih anak. Perempuan itu di lindungi bukan di rusak.  Lo juga selalu ngingatin itu 'kan sama kita-kita. Lalu kenapa sekarang lo kek gini?"

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now