44. ending

154 21 58
                                    

Happy reading

||

Satu bulan berlalu, kini hari yang Nesa tunggu telah tiba. Hari dimana dia akan wisuda setelah kurang lebih empat tahun kuliah. Senyum di wajahnya tidak pernah pudar.

Dengan didampingi Kivant dan keluarga besarnya, Nesa melakukan foto bersama. Setelah foto bersama teman-teman Nesa berdatangan memberi ucapan selamat.

"Makasih, ya kalian sudah menjadi teman gue selama kuliah di sini," ujar Nesa.

"Santai aja kali kaya sama siapa saja," ujar Manda.

"Nanti malam jangan lupa datang kita berpesta," ucap Nesa.

"Oke."

Teman-temannya hanya mengancungkan jempol. Mereka sedih saat akan berpisah dengan teman-teman yang lain. Ini adalah momen yang sangat tidak disukai semua orang yaitu perpisahan.

Setelah teman Nesa pergi kini giliran keluarga besarnya yang mengucapkan selamat.

"Wisuda sudah selesai, kapan nih momongannya menyusul," ujar sepupu Kivant.

"Doain saja," ujar Kivant apa adanya.

"Kalian ada rencana hanymoon di mana?" tanya Kenant.

"Ke Jepang. Sehari setelah ini kita akan pindah ke Jepang." Kali ini Nesa yang berbicara.

Memang sudah direncanakan bahwa selesai Nesa wisuda mereka berdua akan pindah ke Jepang. Ini juga sudah dibicarakan dengan keluarga kedua belah pihak.

Awalnya Rianti menolak karna dia tidak ingin jauh-jauh dari sang anak. Tetapi, setelah direnungi akhirnya dia setuju.  Menurut Rianti ini adalah jalan untuk keharmonisan rumah tangga mereka berdua.

"Sebelum itu kita akan mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah malam ini," ujar Kivant.

Sepupu Kivant bersorak senang. Akhirnya ada pesta malam ini. Nesa tersenyum bahagia tidak menyangka semua berjalan sesuai apa yang dia mau. Dia sangat beruntung berada di tengah-tengah keluarga Kivant.

Mereka baik dan juga sopan walaupun awalnya mama mertuanya, Kaito tidak menyukai dirinya. Namun, perlahan Kaito mulai menerima dirinya.

Dan semua masalah yang datang mereka hadapi dengan kepala dingin. Dan masalah Stevani, dia sudah kembali ke London. Dia sadar jika Kivant tidak akan bisa bersamanya lagi. Dia ikhlas, masih ada laki-laki lain yang bisa menerima dia dengan baik.

Akan dia jadikan kenangan terindah saat bersama Kivant dulu. Tidak akan pernah terlupakan. Tetap akan menjadi kenangan.

"Sayang, ayo ikut Mas." Kivant menggenggam tangan Nesa lembut membawanya menjauh dari kerumunan orang.

Di bawa pohon rindang kini keduanya berada.

"Ada apa, Mas?" tanya Nesa.

Kivant merogoh saku jas nya mengeluarkan sebuah kotak persegi. Nesa menatap kagum benda itu saat Kivant membukanya dihadapannya.

Untuk kesekian kalinya, Kivant memberikan dirinya kalung berlian yang harganya bukan main. Nesa yakini itu sangat mahal.

"Mas, sudah berapa kali aku bilang jangan buang-buang uang hanya untuk beli benda ini," ujar Nesa cemberut.

Bukannya dia tidak menghargai pemberian suaminya. Namun, daripada uang itu dibelikan benda yang sekali pakai, mending ditabung untuk keperluan nanti.

"Sesekali gak apa-apa kali, sayang. Ini sebagai hadia karena kamu sudah mau jadi pendamping hidupku dan sudah lulus kuliah," ujar Kivant.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now