5.

103 20 2
                                    

Warning!
Typo bertebaran
||

||

Malam ini Nesa sangat sedih, galau, kecewa semua menjadi satu. Hatinya tidak tenang pikirannya terus menjelajah kemana-mana.

"Kok Kivant nggak bales surat aku, ya. Padahal ini sudah sebulan lebih berlalu. Huft!" Lagi dan lagi Nesa hanya dapat menghela napas gusar.

Sungguh tiada yang dapat menggambarkan perasaan Nesa saat ini. Sahabat yang selalu menjadi pengemangatnya kini hilang kabar.

Apakah Nesa berbuat salah? Atau mungkin dia sudah punya seseorang yang membuatnya lebih nyaman di sana?

Nesa hanya bisa pasrah apa yang akan terjadi nanti. Sungguh hatinya sudah jatuh pada Kivant, namun apakah Kivant juga begitu?

Entahlah hanya Tuhan yang tahu. Nesa mengambil buku dearynya membuka lembaran demi lembaran dan berhenti pada lembaran kosong Nesa mulai menulis isi hatinya di sana.

Dear Neslia

Tuhan, aku tahu semua ini salah. Tetapi aku juga berhak merasakannya. Hmm jujur aku sudah jatuh cinta padanya. entah sejak kapan rasa itu ada aku sendiri 'tak tahu.

Tuhan, jika memang cinta ini 'tak bertepuk sebelah tangan pertemukan aku dengannya. Aku pengen banget liat wajahnya dari dekat.

Kivant, aku merindukanmu sangat-sangat merindukanmu. Andai kamu tahu apa yang aku rasa sekarang hmmm.

Kivant, aku sayang sama kamu.

Nesa mengakhiri tulisannya dengan senyum getir.

"Sudahlah dari pada aku mengharapkan seseorang yang tidak mengharapkan 'ku mending aku belajar buat ujian besok."

Nesa meraih buku-buku tebalnya lalu mempelajarinya dengan baik. Berjam-jam Nesa berkutat dengan buku-bukunya, hingga jam menunjukkan pukul sembilan malam.

Nesa menuntaskan belajarnya, membereskan bukunya lalu berjalan keluar kamar menuju dapur mencari makanan yang bisa di makan, sebab sedari tadi cacing dalam perutnya sudah demo.

"Ini kok nggak ada makanan, ya?" tanga Nesa pada dirinya. "Apa Bibi nggak masak?"

Dengan terpaksa Nesa memasak sendiri buat mengisi perutnya yang kosong. Setelah masakan nya matang ia pun memakannya dengan lahap.

Di sela-sela makannya dia teringat kembali dengan Kivant.

"Ais, kenapa sih dia selalu ada dalam pikiranku? Menyebalkan! Kalau begini aku bisa gila," kesal Nesa.

Selera makannya tiba-tiba hilang. Sungguh ini hal yang selama ini Nesa hindari yaitu jatuh cinta pada seseorang yang tidak tau apakah dia juga suka atau tidak padanya.

Selama ini Nesa sudah menutup pintu hatinya buat laki-laki setelah cintanya bertepuk sebelah tangan semasa SMP dulu.

Tetapi kini hati itu kembali terbuka dengan kehadiran nama Kivant di sana.

"Melamun aja kamu, Nes kesambet tau rasa," ujar Mama Nesa mengagetkan Nesa.

"Ish, Mama bikin kaget aja."

"Anak Mama kenapa, kok sedih gitu? Sini cerita sama Mama."

Tidak tahan lagi akhirnya Nesa memeluk erat mamanya.

"Ada apa?"

"Ma, Kivant nggak bales surat aku," ungkap Nesa.

"Mungkin dia sibuk kali di sana, positif thinking aja."

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now