37

53 8 0
                                    

Happy reading

||

Gadis itu kaget. Ia mengangkat kepalanya guna melihat siapa yang memeluknya.

"Kivant," ujarnya pelan.

"Maaf."

Kivant menangkup wajah Nesa menghapus jejek air mata yang tersisa di matanya.

"Jangan nagis nanti cantiknya hilang."

Nesa tak bisa berkata apa-apa, dia hanya diam menatap wajah yang sangat ia rindukan. Walaupun begitu, ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Bayangan saat di apartemen beberapa menit yang lalu kembali membuat dadanya sesak.

"Kenapa lo ada disini?" tanya Nesa.

Tatapannya tetap sama.

"Kata Kenant kamu ada ke apartemen, makanya aku cari kamu di lobi dan ternyata kata satpamnya kamu sudah pergi menuju ke arah Danau," jelas Kivant.

"Kenapa, lo cari gue?"

"Saya kangen sama kamu, selama beberapa minggu ini saya tidak melihat wajahmu. Saya merindukan mu."

Setelah menyatakan itu Kivant membawa Nesa dalam pelukannya.

Nesa hanya diam.

"Jangan pergi lagi dariku sungguh ku tak bisa."

Begitu banyak kata-kata yang diucapkan Kivant yang mungkin akan membuat sebagian orang luluh. Namun, berbeda halnya dengan Nesa yang tetap pada diamnya.

Lama posisi itu terjadi, hingga pada saatnya Nesa mendorong tubuh Kivant agar menjauh darinya.

Kivant bingung harus berbuat apa agar gadisnya bisa tersenyum lagi.

Walaupun dia tidak tahu hal apa yang membuat Nesa bersedih, tetapi dia yakin semua ini berkaitan dengannya.

"Cerita kalau ada masalah. Aku siap bantu jika dibutuhkan," ujar Kivant.

"Pergi, gue nggak mau liat muka lo." Tanpa melihat Kivant, Nesa menyatakan hal itu.

"Tapi kenapa? Aku ada salah?"

Pake nanya.

"Gue hanya tidak mau melihat muka brengsek lo."

Kivant semakin dibuat bingung.

"Aku nggak tau letak kesalahanku dimana."

"Sudahlah, semua cowok emang tidak peka." Nesa berdiri dari duduknya.

Ingin melangkah pergi namun pergerakannya dihentikan Kivant.

"Maksud kamu apa berkata seperti itu? Jika aku ada salah bicara jangan hanya diam dan menangis seperti ini. Bagaimana aku tau kalau aku salah jika kamu tidak memberitahuku?"

"Jangan samakan semua cowok, sebab itu salah. Tidak semua cowok memahami sifat cewek. Jadi, kalau aku ada salah bilang."

Emosi Kivant tidak dapat mengontrol emosinya.

"Maaf," ujar Kivant sesal. Dia tidak bermaksud berkata seperti itu.

"Siapa dia?" tanya Nesa. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Maksudnya?"

"Siapa dia yang bersamamu bermadu kasih di depan kamar apartemen?"

Rona merah menghiasi wajah Nesa. Rasanya sangat memalukan menanyakan hal ini.

"Kamu cemburu?"

Mungkin sedikit menjahilinya tidak apa-apa.

"Tidak!"

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now