39

67 19 57
                                    

Happy reading
||

Setelah pertemuan kala itu, kini hari sakral yang ditunggu-tunggu kedua keluarga besar tiba. Hari dimana kedua keluarga besar berkumpul disatu di tempat yang sama.

Semua tamu undangan dibuat terkagum-kagum dengan dekorasi interior ruangan yang sangat mewah dengan latar putih-biru. Acara itu diadakan di gedung milik keluarga Sangose.

Siapa pun yang melihat kemewahan ini akan betah berlama-lama.

Bukan hanya dekorasi interior yang mewah, tetapi makanan dan minuman yang di sajikan pun begitu mewah dan banyak tentunya. Semua makanan itu tertata rapi di meja khusus makanan.

Setelah menunggu seminggu lamanya untuk menyiapkan segala keperluan dan kebutuhan untuk cara ini, akhirnya bisa disiapkan dengan maksimal.

Sementara semua berbahagia, Nesa gugup setengah mati di ruang rias pengantin. Ia bahagia namun dilanda ketakutan. Apakah acara ini bisa berjalan dengan lancar? Ia takut seperti pernikahannya tempo lalu.

"Mbak, nggak usah gugup gitu yakin saja semua akan berjalan dengan baik," ujar perias.

"Aku hanya gugup." Nesa menatap dirinya di cermin. Ia hampir saja tidak mengenali dirinya sendiri.

Rupanya bukan hanya Nesa yang dilanda kegugupan melainkan Kivant pun merasakan hal yang sama. Ia takut tidak bisa mengucapkan sumpah pernikahan dengan lancar. Apa kata orang?

Kivant berkali-kali menyakinkan dirinya kalau dia bisa.

"Anak papa gugup banget kayanya," ujar Doruk yang baru saja datang dari arah belakang.

"Nggak kok, Pa," elak Kivant berusaha menghilangkan rasa gugup nya.

Setelah menunggu beberapa jam akhirnya semua prosesi sumpah pernikahan bisa dilaksanakan tanpa ada kendala apapun.

Nesa tersenyum bahagia. Ia tidak menyangka akan menikah dengan Kivant seorang CEO yang sangat menyebalkan saat pertama kali bertemu.

Ia tidak membayangkan akan hidup bersama dengan orang yang ia kenal lewat surat konyol. Cinta yang timbul tanpa melihat tampang orang itu.

Perlahan tapi pasti Kivant membuka penutup wajah Nesa yang menutupi wajah cantiknya.

Kivant tersenyum begitupun Nesa. Seminggu tidak bertemu pujaan hati membuatnya uring-uringan. Tetapi sekarang rasa rindu itu terobati dan yang pasti tidak akan melepaskan Nesa sejengkal pun.

Nesa mencium tangan Kivant untuk pertama kalinya sedangkan Kivant mencium kening Nesa dengan penuh kasih sayang.

Riuh tepuk tangan menggema di aula pernikahan.

Setelah sumpah pernikahan. Tamu undangan di arahkan untuk menikmati semua hidangan yang sudah di sajikan.

Kedua mempelai duduk di pelaminan yang sudah di hias secantik mungkin.

Senyum selalu mereka di kedua pasangan yang berbahagia itu. Tidak ada lagi yang bisa memisahkan keduanya.

"Selamat ya, kak." ujar Kenant menyalami tangan Kivant dan Nesa yang diikuti sang istri di belakangnya.

Teman-teman Kivant maupun Nesa juga ikut memberi salam kepada keduanya.

Hari bersejarah yang tidak akan  pernah terlupakan.

Pukul 23.00 WIB acara pun selesai semua tamu dan kerabat yang sudah hadir berhamburan meninggalkan hotel tempat resepsi pernikahan diadakan.

Tersisa Kivant dan Nesa yang ada di hotel itu. Malam ini mereka bermalam ditempat ini.

Tiga puluh menit lama nya Nesa membersihkan badannya yang lengket.

Kivant melihat Nesa keluar dari kamar mandi dengan piyama doraemon warna biru tersenyum manis.

Walau tanpa make up Nesa tetap cantik tidak salah ia memilih Nesa sebagai pasangan hidupnya.

"Jangan liat-liat mending kamu mandi," ujar Nesa.

Kivant mengangguk dan berlalu masuk dalam kamar mandi.

Saat kembali dari membersihkan badannya Kivant melihat Nesa yang sudah tertidur pulas mungkin kecapean.

Kivant merebahkan tubuhnya di samping Nesa menyelipkan lengan kekarnya di bawah leher Nesa untuk dijadikan bantal. Sedangkan tangan satunya memeluk pinggang rampingnya.

Kivant memandang lekat wajah Nesa yang damai. Saat tidur seperti ini bisa-bisanya Nesa sangat cantik.

"Good night, mimpi indah, wife." Kivant ikut terlelap dengan memeluk tubuh Nesa dalam dekapannya.

__

Pagi yang cerah menyambut sepasang suami istri yang baru beberapa jam lalu menyandang status itu.

Sinar matahari masuk melalu celah jendela kamar yang kebetulan berhadapan langsung dengannya.

Gadis cantik terusik. Perlahan ia membuka matanya dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan suaminya.

Suami? Rasanya tidak percaya kini pria dihadapannya sudah menjadi suaminya. Terasa seperti mimpi.

Nesa memandangi setiap inci wajah tampan Kivant tidak ada celah pun yang terlewatkan.

"Perfect," gumam Nesa.

Cup.

"Good morning, my wife."

Deg.

Jantung Nesa berpacu lebih cepat. Pipinya merona ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan semanis ini di pagi hari.

Nesa merasa ribuan kupu-kupu menggelitik perutnya. Kalimat yang Kivant lontarkan membuat hatinya menghangat.

Beginikan rasanya bersuami? Rasanya ia tidak ingin waktu cepat berlalu.

Kivant yang sedari tadi bangun hanya pura-pura tidur.

"Sudah puas liatinnya?"

Nesa hanya tersipu malu.

______

"Tante kok nggak bilang kalau Kivant sudah menikah? Tante tau kan gue sangat cinta sama dia," ujar Stevani.

Ia sangat kesal sebab tidak ada yang memberitahunya perihal pernikahan Kivant.

Sampai kapan pun ia tidak akan rela Kivant bersanding dengan orang lain. Kivant miliknya sampai kapan pun itu.

(Masih ingat dengan toko Stevani? Ya dia gadis cantik yang lahir di Indonesia, tapi sejak kecil ia tinggal di London. Liat di part 32-33)

"Tidak ada yang bisa mencegah itu," ujar Kaito.

Saat ini mereka berada di sebuah restoran ternama di ibu kota.

"Setidaknya beritahu gue, Tan."

"Sudahlah lagipula Tante senang dia menikah, dengan itu Kivant bisa kembali ke Jepang dan tidak menganggu kehidupan Tante dan Kenant di sini."

"Tante kok ngomong gitu, Tante kan tau gue suka sama Kivant sejak kecil," rengeknya. Ini tidak bisa dibiarin.

"Itu urusanmu, Tante tidak peduli." Setelah menyatakan itu Kaito pergi meninggalkan Stevani yang di penuhi dengan amarah.

"Lo jahat, Van. Dulu lo bilang nggak akan ninggalin gue tapi sekarang apa? Lo menikahi orang lain tanpa sepengetahuanku. Lo jahat!"

Tangannya mengepal memperlihatkan buku-bukunya.

Kivant cinta pertamanya sejak kecil, mereka bersama hingga pada akhirnya terpisah sebab Stevani harus ikut orang tuanya ke Londen.

Tetapi saat itu Kivant berjanji tidak akan meninggalkan Stevani, ia akan menunggu Stevani kembali.

Ia ingat betul saat itu mereka masih duduk di bangku kelas 6 SD. Saat di bandara Kivant mengatakan akan menunggu Stevani sampai kembali.

Stevani juga berjanji akan menutup pintu hatinya untuk Kivant.

Cukup lama Stevani terdiam dalam lamunan. Hingga pada akhirnya ia memutuskan pergi entah kemana.


Tbc___

Cinta Neslia (End)Where stories live. Discover now