34. Menguak Misteri

254 44 5
                                    

Playlist | Aku Masih Memikirkanmu - Kezia

Happy reading :)

🌼🌼🌼

Dirta menekan dadanya dengan kuat. Matanya mencari ke mana perginya gadis yang sudah membuat rasa sakit aneh ini tiba-tiba datang. Masih dalam kesakitan, Dirta berjalan pelan mengikuti kaki itu melangkah di telan lorong. Tidak sulit mengejar jarak yang terbentang jauh karena Nabila harus bersusah payah menyeret kakinya menaiki undakan tangga.

Kening Dirta berkerut saat sadar bahwa arah yang dituju Nabila adalah rooftop kampus. Dalam jarak aman, Dirta masih setia mengikuti. Sakit di dadanya masih terasa meski sudah tidak sesakit sebelumnya. Dirta masih diam memperhatikan sampai sebuah suara yang terdengar seperti kalimat perpisahan mengalun di antara heningnya suasana. Jangan bilang kalau ... gadis itu akan melakukan aksi bunuh diri?

Belum selesai dengan terkaannya, Dirta terkejut luar biasa ketika Nabila memang benar akan melakukan aksi bunuh diri. Tanpa perlu berpikir, Dirta menyergap tubuh itu dan menariknya kuat. Tubuh mereka terhempas jatuh di lantai kotor rooftop itu. Dirta merasa sekujur tubuhnya seperti remuk karena gerakan tiba-tiba tersebut. Terlebih kepalanya yang menghantam semen mulai berdenyut.

"D-Dirta?"

Dirta membuka mata. Wajah Nabila yang penuh keheranan berada dekat dengan wajahnya sendiri. Ia bungkam, sembari meredakan rasa nyeri yang masih bersarang di kepala. Mendadak ada bayangan kabur yang melintas di kepalanya. Seperti suara tadi bukanlah pertama kalinya ia dengar. Cara gadis itu memanggil namanya terasa akrab di telinga.

Tangan Dirta terangkat, memijat pelipisnya kuat. Semua kilasan tadi masih berputar dalam kepalanya diiringi suara Nabila yang memanggil cemas. Sampai pada satu titik Dirta sudah tidak kuat lagi menanggungnya. Matanya terbuka lebar. Tangannya tersentak ke depan dan dengan cepat mendorong tubuh Nabila yang tadi berada di atas tubuhnya-menimpanya.

"Argh," erang Nabila di antara rasa sakit dan juga terkejut.

"Who are you?"

Nabila mendongak, membersihkan telapak tangannya yang kotor karena kerikil-kerikil dari semen. "Kamu ini ngomong apa?" responnya. "Kamu nggak pa-pa?"

"Lo gila."

"H-hah?"

"Gimana? Masih berniat untuk bunuh diri?"

Nabila menunduk, menyembunyikan wajah. Beberapa menit yang lalu ia sudah lupa akan niatnya yang hendak terjun dari atap kampus karena terkejut ketika membuka mata bukanlah kematian yang didapat, melainkan wajah Dirta yang begitu dekat dengan wajahnya. Namun, ketika ditanya telak seperti itu, Nabila jadi menciut.

"Lo gak punya otak, hah?" tanya Dirta kasar. "Lo pikir dengan lo terjun tadi lo bisa langsung mati gitu aja? Gimana kalau lo gak mati dan justru masih hidup dan bikin repot orang lain?"

"Ta, kamu nggak berhak menghakimi aku kayak gitu. Kamu nggak tahu apa yang aku rasain. Aku putus asa. Aku ... aku bahkan udah gak tahu mau ngapain lagi ada di dunia ini. Duniaku runtuh saat kamu gak ingat sama aku."

"Emang lo, tuh, sebenarnya siapa, sih?!" teriak Dirta frustasi karena tidak ingat satu hal pun tentang gadis bernama Nabila ini.

"Aku pacar kamu, Ta!" balas Nabila. Merasa bahwa dirinya ikut terpancing emosi, Nabila menarik napas perlahan. Setelah menghembuskannya dalam satu helaan napas panjang, pelan-pelan Nabila mulai menceritakan bagaimana hubungan mereka sebelumnya. Dan setelah selesai menceritakan semuanya Nabila kembali merasa lega. "Gimana? Ada yang kamu inget even itu hal kecil?"

DisabiloveWhere stories live. Discover now