24. Sebuah Surat Dari Masa Lalu

287 37 7
                                    

Playlist |Bila Nanti - Nabila Maharani

Happy reading :)

🌼🌼🌼

Pijak demi pijak akhirnya mengantarkan Dirta sampai ke rumah yang disebut-sebut sebagai rumah ayahnya. Di sisinya ada sosok sahabat serta rekan kerja mendiang ayahnya menemani Dirta. Namanya Lando. Pria yang selama ini selalu menjadi wali Dirta saat pembagian rapor tiba. Bukan sekali dua kali Dirta menolak, tapi pria itu kekeuh dan menulikan telinga.

"Welcome home, Dirta."

Dirta mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Meski sudah lama tak dihuni, rumah ini cukup bersih. Hanya saja tak bisa dipungkiri bahwa suasana sepi sangat kental sekali terasa.

"Jadi ini rumah Ayah, Om?"

"Yup! Dan sekarang rumah ini sudah jadi milik kamu. Kamu bebas tinggal di sini."

Tiba-tiba terbayang dalam benak Dirta bagaimana rumah ini akan hangat jika ditinggali oleh ayah, bunda, dan juga dirinya. Pasti akan sangat sempurna. Sederhana, tapi bisa membuat hati bahagia. Namun, sayang seribu sayang nasib baik tak berpihak padanya. Dirta harus rela hidup sebagai yatim meski kenyataannya Dirta merasa seperti menjadi yatim piatu.

"Om?" Dirta menengok saat tak mendapatkan respon. Cowok itu terbelalak melihat Om Lando terisak sambil membungkuk. "Om?"

"Maaf, Ta. Om cengeng banget, haha ... padahal udah tua juga."

"Om kenapa?"

"Om ... Om jadi ngerasa kalau Ayah kamu masih ada di sini," ucap Lando serak. "Dulu Om sering ke sini buat ngomongin soal kerjaan sama Ayah kamu."

Lando menarik napas dalam-dalam. Mata dan hidungnya telah berair. "Terlalu banyak kenangan tentang Ayah kamu di rumah ini."

"Ayah itu orangnya gimana, sih, Om?"

"Ayah kamu?" tanya Lando dan Dirta mengangguk. "Kamu kalau tahu tembok China, ya kayak gitu Ayah kamu."

"Maksud Om?"

"Ayah kamu itu orangnya cuek, dingin, apa-apa selalu disimpen sendiri, gak bisa terbuka sama siapa pun, tapi emang setelah kenal sama Bunda kamu pelan-pelan Ayah kamu udah mulai berubah."

Dirta mendengarkan cerita Lando dengan baik. Ia memperhatikan setiap ekspresi yang tercipta di wajah Lando. Lelaki itu terlihat menerawang, mungkin memutar kembali memori tentang ayahnya.

"Percaya sama Om, Ta, kalau jauh di dalam hati Bunda kamu, sebenarnya dia sayang banget sama kamu. Cuma mungkin emang masih sulit bangkit dari semua rasa sakit dan trauma yang Bunda kamu alami."

"Enggak, Om. Buat liat aku aja Bunda gak mau."

"Remember what i've said before? Bunda kamu masih kesulitan buat berdiri kembali, tapi dia sayang sama kamu. Gak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya sendiri, begitu juga Bunda kamu. Buktinya sekarang nama kamu Dirta."

Dahinya mengerut tak paham. "Apa hubungannya, Om?" tanya Dirta.

"Karena nama Dirta adalah nama yang udah disiapkan oleh Ayah kamu. Pertama kali Bunda kamu ngeliat kamu di dalam inkubator, dia manggil kamu," kata Lando seraya tersenyum. Namun, tak ada yang tahu bahwa dadanya terasa sesak. "Dia manggil kamu Dirta," sambungnya.

"Ah, iya! Ada sesuatu buat kamu."

Dirta mengekori Lando dari belakang. Mengikuti ke mana kaki itu melangkah. Rupanya ke sebuah ruangan yang terlihat seperti ruang kerja.

DisabiloveWhere stories live. Discover now