18. Melepaskanmu

236 46 6
                                    

Playlist | Terakhir Covered by Didik Budi Ft Cindi Cintya Dewi

Happy reading :)

🌼🌼🌼

"Buat kali ini kita bakal seru-seruan, biar kalian juga gak terlalu mumet mikirin OSPEK yang gak kelar-kelar," ucap salah satu panitia OSPEK. "Ini udah mainstream banget sebenarnya, cuma gak pa-pa, lah! Kita coba juga. Jadi kalian harus collecting alias mengumpulkan tanda tangan kating kalian sebanyak-banyaknya. Weits, nggak cuma itu aja, Ferguso. Kalian harus ngumpulin dari setiap fakultas, karena di sini rata-rata panitia OSPEK berasal dari fakultas yang beda-beda. Kalian mengerti?"

"Mengerti, Kak!"

Nabila menghela napasnya. Mengumpulkan tanda tangan tentu tidak semudah yang kalian kira. Terlebih pasti nanti ada saja kating-kating yang usil supaya mempersulit peserta OSPEK.

Dengan pasrah, Nabila pun turut berhambur membubarkan diri dan mulai mencari target. Dibantu sepasang kruk yang diapit di bawah ketiak, Nabila memulai tugasnya. Dalam hati kalimat penyemangat selalu ia rapalkan agar tidak mudah mengeluh dan putus asa.

"Permisi," kata Nabila. "Halo, Kak, boleh minta tanda tangannya?"

"Wah, berasa artis aja, nih, dimintain tanda tangan segala."

"Jangankan tanda tangan, lo minta foto bareng juga gue kasih."

Nabila memaksakan sebuah senyum. Dengan cepat ia sodorkan sebuah buku kepada kating-kating itu. Jumlahnya ada tiga orang. Namun, salah satu dari kating tersebut terlihat asik dengan dunianya sendiri.

"Kak, tolong tanda tangannya," ujar Nabila sopan. Sebenarnya tidak enak mengganggu kegiatan kating yang fokus pada ponsel tersebut, tapi ini kesempatan agar Nabila tidak terlalu banyak berpindah-pindah tempat.

"Ju ...."

"Apaan?" sahut kating itu.

"Ini ada maba minta tanda tangan. Kasih dulu, tuh, kasian nungguin."

Cowok itu menyimpan ponsel seraya mendengus. Bola matanya bergerak melihat pada sosok maba yang sudah mengganggu di waktu sedang asik bermain game.

"Ini, Kak." Lagi, Nabila menyodorkan buku dan pulpen ke arah kating tadi.

Buku itu direnggut secara kasar. Umpatan Nabila bahkan sudah terasa di ujung lidah, tetapi ia harus mengerem agar kata-kata yang tentunya kasar itu tidak terlontar dan menimbulkan masalah. Namun, semua itu berubah dan umpatan itu menjadi terucap begitu saja saat kating yang ia sodori buku dan pena tadi merobek kertas yang sudah terkumpul beberapa tanda tangan.

"Oh, shit!" umpat Nabila tertahan.

"Makan, nih, tanda tangan!" Robekan kertas itu dilempar tepat di wajah Nabila. Bahkan kedua cowok yang ada di situ juga ikut tercengang melihat temannya melakukan tindakan keji ini.

"Junior," tegur salah satu di antara keduanya. "Kenapa lo sobek, njir?!"

"Biar tahu rasa, lah! Apalagi memangnya?"

Kedua telapak tangan Nabila mengepal erat. Nabila mengambil napas dalam-dalam, menahannya sejenak lalu menghembuskannya kemudian. "Lo keterlaluan, Kak! Kalau emang lo gak mau dimintai tanda tangan, yaudah! Bisa, 'kan, jangan robek kertasnya?!"

"Heh, cewek cacat! Gak usah belagu lo. Baru juga maba udah nyolot. Lo mau hari-hari lo di kampus ini berasa jadi neraka, hah?"

"Mother fucker!"

DisabiloveМесто, где живут истории. Откройте их для себя