27. Bertemu Lagi

292 43 2
                                    

Playlist | Ajarkan Aku - Arvian Dwi

Happy reading :)

🌼🌼🌼

Jika boleh memilih, Nabila tidak mau melanjutkan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi. Untuk mendapat ijazah SMA dulu saja Nabila terpaksa mengambil paket C, lalu sekarang mau tidak mau ia harus berkuliah hanya karena tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.

Katakanlah ia adalah orang yang pesimis, karena belum apa-apa saja Nabila sudah meragu tentang semuanya. Termasuk tentang siapa orang tidak beruntung yang kelak akan menjadi jodohnya. Kata orang jodoh sudah ada yang mengatur, jodoh di tangan Tuhan, tapi siapa yang sudi mempunyai pasangan yang cacat fisik seperti dirinya ini? Siapa orang yang mau menghabiskan sisa hidupnya hanya untuk ditambahi beban saja?

Berlindung dari teriknya sinar matahari, Nabila meneduh di bawah pohon rindang yang sepi. Masa Ospeknya telah selesai. Hanya tinggal Ospek dari pihak jurusan saja. Nabila tidak punya teman. Oh, atau lebih tepatnya belum. Memang, sih, Nabila yang memilih menarik mundur dari lingkungan karena dia sadar diri.

Dibukanya kotak bekal yang berisi sandwich. Ada empat potong di dalamnya. Nabila mencomot satu dan mulai melahap sandwich itu. Mulanya Nabila tenang dan nyaman berada di bawah naungan pohon rindang itu. Namun, semua itu menjadi terganggu saat seseorang tiba-tiba datang entah dari mana lalu menggeplak punggungnya. Nabila yang sedang minum kontan saja tersedak luar biasa. Air minum itu mengalir ke arah saluran pernapasan dan bukan ke saluran pencernaan, makanya Nabila tersedak hebat hingga matanya menjadi berkaca-kaca.

"Batuk, Ca?"

Nabila mendongak hanya untuk mendapati seorang cowok yang tertawa keras. Tawa cowok itu begitu lepas dan terlihat sangat happy sekali. Mungkin masa kecilnya memang kurang bahagia makanya melihat orang tersedak bukannya menolong justru menertawai. Konyol.

"Berengsek lo!" maki Nabila ketika batuknya sudah reda. "Gabut, ya, lo, sampai mau bunuh orang?!"

"Weits, santai kali, Ca. Gimana kalau kita kenalan dulu biar makin akrab."

"Gak sudi gue kenal orang keturunan da'jjal kayak lo."

Cowok itu mengangkat bahu acuh. Tangannya yang tak bersambut dimasukkan ke dalam saku celana. "Masih inget gue?"

"Gak penting banget orang kayak lo diinget."

"Hm, untuk ukuran cewek cacat kayak lo, lo sombong juga, ya."

Nabila mengemasi kotak bekal dan juga botol minumnya. Cepat-cepat ia berdiri, tapi secepat-cepatnya Nabila, dia kalah cepat dengan cowok tadi. Satu tongkatnya diambil dan dilempar sekuat tenaga.

"Lo punya masalah idup apa, sih, sebenernya?!"

"Gue?" tanya cowok itu menunjuk dirinya sendiri. "Sorry to say, tapi mata gue gatel liat orang cacat kayak lo ini berkeliaran di kampus."

"Emangnya ini kampus punya nenek lo?! Gak usah sok jadi cowok, tuh!"

"Well, emang bukan punya nenek gue, sih, tapi lebih tepatnya punya bokap gue. Gimana, dong? Lo mau apa?"

Nabila kicep. Mulutnya terkatup rapat dengan kedua bola mata melebar selebar-lebarnya.

"Kaget? Jadi mulai sekarang gak usah berani lawan gue kalau lo gak mau gue depak dari kampus ini." Cowok itu beranjak pergi. Namun, entah karena apa dia tiba-tiba balik badan lagi. "Anyways, gue Junior. Salam kenal, Cewek Cacat."

Kedua telapak tangan Nabila mengepal. Bentuk dari emosi yang tidak bisa dikeluarkan. Tatapan Nabila saja sudah seperti sebilah pedang yang siap menghunus musuh.

DisabiloveWhere stories live. Discover now