23. Hancur

259 43 7
                                    

Playlist | Bagaimana Kalau Aku Tidak Baik-Baik Saja covered by Indah Aqila

Happy reading :)

🌼🌼🌼

Dirta kembali ke rumah saat langit sudah berubah hitam. Hujan telah reda dan ia pun sudah memulangkan Nabila. Kini Dirta sedang memasukkan motornya ke dalam garasi. Kedua alisnya bertaut saat sayup-sayup mendengar suara nyaring bundanya.

"Lo nggak pernah tahu rasanya, Ocha!"

Pemandangan yang pertama kali Dirta temukan saat memasuki rumah adalah sosok bundanya yang terlihat berantakan sedang menatap nyalang ke arah Tante Ocha. Di sudut ruangan, neneknya hanya diam sambil mengusap pipi.

Bingung dengan situasi yang sedang terjadi, Dirta memilih mendekat ke arah neneknya.

"Lo nggak pernah tahu rasanya ditinggal sama suami karena lo punya Kak Bara di sisi lo. Lo nggak tahu gimana hancurnya hidup gue karena kehilangan orang yang selama ini selalu ngelindungin gue, jadi lo gak usah belagak ngerti gimana rasanya jadi gue karena lo punya segalanya!"

"Laras lupa kalau yang kehilangan di sini gak cuma Laras? Ocha juga kehilangan kakak satu-satunya Ocha, satu-satunya keluarga yang Ocha miliki. Ocha sebatang kara, Laras! Sebahagia apa pun karena Ocha udah punya keluarga sendiri, tapi apa pernah Laras tahu kalau di sini ...." Ocha menunjuk tepat di atas dadanya, "Ocha selalu merasa kosong. Laras jangan egois! Laras pikirin juga perasaan Dirta. Apa pernah selama Dirta ada Laras anggap keberadaan Dirta? Apa pernah Ocha tanya?!"

Dua wanita itu saling beradu teriakan. Urat di leher masing-masing nampak jelas saat seruan-seruan terus diteriakkan.

"Nenek," panggil Dirta. "Ayo lerai Bunda sama Tante, Nek. Dirta gak mau mental Bunda down lagi."

"Biarin, Nak. Bunda kamu memang harus disadarkan. Biar Tante Ocha yang ngingetin kalau sikap Bunda kamu selama ini udah salah. Omongan Nenek bahkan udah gak mempan buat Bunda kamu, jadi biarin Tante Ocha yang menyadarkan."

"Cha, dengar, ya!" ucap Laras penuh dengan tekanan. "Lo nggak tahu apa-apa jadi jangan bacot. Lo gak tahu gimana rasanya ngeliat orang yang lo sayangi tewas di depan mata kepala lo sendiri. Berlumuran darah sampai rasanya nyawa lo ikut kecabut juga. Lo gak ada saat Nathan menghembuskan napas terakhirnya dan lo gak tahu, 'kan, kalau semua ini gara-gara apa? Gara-gara Nathan mau nyelamatin gue dan anak dia."

Laras menjeda sebentar. Napasnya terasa putus-putus. Pun wajahnya sudah berlinang akan air mata.

"Lo tahu apa yang gue rasain saat gue buka mata gue setelah semua yang terjadi saat itu? Gue berharap semua itu cuma mimpi, tapi apa? Semuanya nyata. Keponakan lo udah bikin Nathan mati. Rasanya gue pengen ngebunuh diri gue sendiri karena gue gak bisa bayangin buat ngejalanin semuanya tanpa Nathan lagi. Pas gue udah sadar, perut gue yang tadinya besar tiba-tiba aja udah balik seperti semula, jadi apa salah kalau gue gak pernah ngerasa melahirkan seorang anak? Satu-satunya tanda yang buat gue inget kalau gue pernah hamil adalah bekas operasi ini." Diangkatnya kaos yang ia kenakan begitu saja. Menampakan bekas jahitan operasi yang sudah agak samar. "Emang dari awal harusnya gak ada anak itu."

"Laras!" seru Ocha dan maminya secara kompak. Kedua bola mata dua wanita berbeda usia itu melotot nyalang ke arah Laras.

"Apa Laras salah, Mi? Kehadiran dia sejak awal udah salah. Anak itu ... anak itu ...."

Dalam hati Ocha merapal kalimat supaya Laras tidak sampai mengucapkan sesuatu yang bisa semakin memperburuk segalanya. Jangan sampai Dirta yang tidak tahu-menahu menjadi pelampiasan atas semua yang sudah menimpa ayah dan bundanya.

DisabiloveWhere stories live. Discover now