28. Diambang Kebingungan

261 39 2
                                    

Playlist | Easy on Me - Adele

Happy reading :)

🌼🌼🌼

"Kak! Kamu kenapa, Kak?!"

Seruan itu datang dari mama Nabila yang melihat anak gadisnya baru saja pulang dari kampus. Melihat Nabila yang berjalan dipapah oleh sopir pribadi keluarga mereka, sang mama langsung heboh dan panik.

"Saya permisi, Non, Nyonya," pamit si sopir setelah membantu Nabila duduk di sofa.

"Kamu kenapa, Kak?" tanya mama lembut. Tangannya menyibak rambut Nabila. "Kruk kamu ke mana? Kok sampai harus dipapah gitu tadi jalannya?"

"Tadi ada yang gak sengaja nyerempet Nabila di kampus, Ma. Motornya nyenggol tongkat Nabila sampai jatuh terus kelindes. Patah, deh, sekarang tongkat Nabila."

"Ya Tuhan ..., Sayang. Tapi kamu gak kenapa-kenapa, 'kan?"

"Aman, kok, Ma."

"Yaudah nanti biar Papa beliin kruk yang baru lagi. Untuk sementara kamu libur dulu aja, ya, kuliahnya? Belum mulai kegiatan pembelajaran, 'kan?"

Nabila menggeleng. "Belum, Ma. Masih ada ospek jurusan."

"Nanti Mama bilang ke Papa supaya kamu masuknya pas udah mulai selesai kegiatan ospeknya aja."

"Ma, apa nggak berlebihan? Lagian Nabila baik-baik aja, kok."

"Udah, kamu nurut aja apa kata Mama. Papa juga pasti setuju sama apa yang Mama bilang."

Nabila menghembuskan napas panjang. Ya sudahlah jika memang itu keputusan orang tuanya. Dia juga merasa perlu menenangkan diri terlebih dahulu. Pertama kali dalam hidupnya Nabila mengalami rasanya di-bully dan ternyata itu cukup berdampak. Bukan hanya pada fisik, tetapi juga pada mental. Luka akibat tindakan bully pada fisik tidak seberapa jika dibandingkan dengan mentalnya yang terluka, karena kalau sudah menyangkut mental akan susah mendapatkan penanganannya. Apalagi jika mentalnya sudah dihancurkan begitu parah.

🌼🌼🌼

Seorang cowok bertubuh tegap yang sedang bersandar pada tiang itu sudah seperti tukang palak. Bagaimana tidak? Jika ada yang lewat saja matanya sudah melotot sambil marah-marah tidak jelas.

"Apa lo?!"

"Ngapain liat-liat?! Naksir lo sama gua?"

Yang ditegur dan digertak seketika langsung ngibrit. Mereka tahu siapa itu Junior Aksara. Anak tunggal dari pemilik kampus tempat mereka menuntut ilmu. Mencari masalah sedikit saja sudah pasti langsung habis.

"Woi, Ju!"

Junior menoleh. Teman-temannya datang dari arah Selatan.

"Ngapain lo di situ?"

"Lah, bukannya jadi penjaga pintu neraka?" celetuk salah satu di antara dua cowok tadi. "Kepalanya udah bertanduk, tuh."

"Diem lo pada!" seru Junior kesal. "Cabut sana, gak usah ganggu gue."

"Lagian lo ngapain, sih? Nunggu seseorang?"

"Kita mau ke kantin, lo mau ikut nggak?"

Helaan napas berat Junior hembuskan. Akhirnya memilih menegakkan badan dan mengikuti teman-temannya.

"Temen lo kayaknya punya mangsa baru, Ta."

"Jangan bilang ...."

Junior melirik malas ke arah Dirta dan Edo. Mereka berdua pasti sudah tahu kebiasannya. Selalu mencari mangsa untuk dijadikan pelampiasan kemarahannya. Dan ternyata nasib sial itu jatuh kepada gadis cacat yang beberapa terakhir ini ia ganggu. Junior belum tahu namanya. Tidak penting juga, sih. Junior hanya peduli jika jiwa masokisnya terpuaskan, karena bagi Junior, melihat penderitaan orang lain adalah kebahagiaan untuknya.

DisabiloveUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum