16. Melangitkan Namanya

Start from the beginning
                                    

Ia ingin melangitkan nama seseorang yang selalu menggetarkan hatinya.

Gus Atthar mulai berdoa mengangkat tangannya.

"Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, bukakan lah pintu hati Zahra. Izinkan dia jadi seorang yang bisa membanggakan banyak orang."

Gus Atthar memejamkan matanya.

"Ya Ilahi Rabbi, hamba ingin melangitkan nama hamba-Mu. Wanita yang selalu menggetarkan hati hamba. Wanita yang selalu membuat jantung hamba berdegup lebih kencang. Wanita yang selalu membuat hati hamba berwarna setelah Ummi."

"Ya Allah Ya Tuhan-Ku, Hamba mencintai salah satu hamba-Mu. Jika kami berjodoh dekatkan lah kami. Jika tidak pun, hamba berterima kasih pada-Mu karena telah membuat hamba mencintainya."

"Hamba ingin membawa cinta ini sampai ikatan yang Engkau ridhoi, dan menjadikan keluarga yang Sakinah Mawaddah dan Warahmah. Aamiin. Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad, wa'ala ali sayyidina Muhammad."

Ia menutup doanya, dengan memuji Allah SWT dan bershalawat atas Nabi Muhammad SAW.

Ia melajutkan dengan bermurojaah, sampai Adzan subuh berkumandang. Ia langsung pergi.

Sholat subuh ini ia yang mengimaminya. Dan ia juga melakukan ceramah singkat.

Ditengah-tengah ceramahnya, ia tak sengaja melihat seorang gadis yang biasanya tertidur dibelakang atau mengobrol. Sekarang malah terlihat sangat tidak baik-baik saja. Matanya terlihat memerah, mungkin karena kurang tertidur ataupun karena terlalu banyak menangis.

Melihat gadis yang ia cintai bersedih, seketika hantinya pun ikut bersedih.

Beberapa lama kemudian ceramah singkat berakhir, semua para santri membubarkan dirinya.

"Zahra, ayo kita ke asrama dulu, terus kita berangkat sekolah." Ucap Qila.

"Duluan aja, Zahra masih pengen disini." Ucapnya lirih.

"Kita temenin ya." Ucap Nabila.

"Nggak usah, kalian ke asrama aja, gue disini. Nanti gue ke asrama juga kok." Ucap Zahra.

Akhirnya Qila dan Nabila pergi meninggalkan Zahra sendirin, oh tidak ternyata ada Gus Atthar yang masih berada disana.

Gus Atthar menghampiri Zahra yang tengah terduduk di depan teras masjid, ia duduk tentunya menjaga jarak dengan Zahra.

"Masih sedih karena kemarin?" Tanya Gus Atthar.

Zahra terjingkat kaget dan langsung mengelus dadaya tak lupa juga beristighfar, "Eh gus, kok disini, ngagetin aja tau." Zahra mencoba baik-baik saja.

"Kalo kamu mau curhat, curhat aja sama saya." Ucap Gus Atthar.

"Zahra gak papa, apa juga yang mau dicurhatin."

"Masalah kemarin."

"Oh kemarin, Zahra udah gak papa kok, cuma sekarang masih berusaha melepaskan rasa yang ada dihati Zahra aja."

"Segitu besarkan rasa cinta mu kepada dia?."

Zahra menatap langit yang mulai terang.

"Besar Gus, apa lagi dia selalu ada buat Zahra, selalu mengerti keadaan Zahra. Bisa dibilang Bagas itu cinta kedua Zahra setelah Papah."

Gus Atthar mengangguk kan kepalanya, namun hatinya terasa sakit mendengar curahan hati Zahra.

"Kalau ada seseorang yang mau mengobati luka hatimu, apakah kamu mau?"

Zahra bingung kenapa Gus Atthar bertanya seperti itu.

"Hah, maksudnya gimana? Zahra gak paham."

"Kalau ada seseorang yang melamar mu dan mengajak mu menikah apa kamu mau?"

Seketika tawa kencang keluar dari mulut Zahra. Zahra turut menggeplak lengan Gusnya itu.

"Gus Zahra baru aja putus sama Bagas, hati Zahra juga masih jadi milik dia. Siapa juga yang mau sama Zahra, emang Gus mau gitu sama Zahra. Gak mau kan, hahaha."

"Mencintai seseorang jangan terlalu berlebihan Zahra, Allah cemburu."

Zahra menoleh ke arah Gusnya. Kemuadian ia kembali menatap langit.

"Zahra tau Zahra bukan wanita yang baik, Zahra baru merasakan bagaimana indahnya islam. Bagaimana dikelilingi sama orang baik. Saat ini Zahra terus berusaha melupakan Bagas, Zahra mau belajar mencintai Allah."

"Apa saya boleh melangitkan nama mu disepertiga malam saya?" Tanya Gus Atthar bersungguh sungguh.

Tapi yang namanya Zahra mana paham dekat bahasa begini, ia malah menertawakan ucapan gusnya.

"Gus lawak ya, masa nama Zahra mau dilangitkan, emang nama Zahra bisa diterbangin ya. Gus lulusan Mesir kan?" Tanya Zahra.

Atthar mengangguk.

"Lulusan Mesir, mau jadi astronot ya Gus?"

Gus Atthar menaikan satu alisnya, ia tak paham dengan ucapan Zahra.

Zahra mencoba menjelaskan kembali.

"Gini Gus, Gus kan katanya mau melangitkan nama Zahra, ya otomatis Gus harus jadi astronot dulu biar bisa ke langit. Ya kan."

Gus Atthar menggelengkan kepalanya dan terkekeh. Tak paham rupanya gadis ini.

"Nanti kamu akan tau maksud ucapan saya, belajar yang giat lagi, Assalamu'alaikum." Gus Atthar pamit dan beranjak dari duduknya.

"Wa'alaikum salam."

"Omongan Gus Atthar emang kagak jelas ya, kayak orangnya kadang baik kaya malaikat, kadang galak melebihi iblis." Gumam Zahra.

Ia pun sama pergi, ia akan bersiap siap untuk ke sekolah.

*****

Selepas dari masjid, Gus Atthar pulang ke ndalem. Ia melihat ada Umminya yang sedang bermurojaah, ia lantas mengampirinya.

"Assalamu'alaikum, Ummi, Atthar boleh masuk?" Ucap Atthar.

Ummi Fara menghentikan murojaahnya dan menutup Al-Qur'an.

"Wa'alaikum salam, sini masuk aja ,Nak." Ucap Ummi Fara.

Karena diizinkan, Gus Atthar menghampiri Umminya, ia duduk di bawah bersimpuh.

"Abi dimana ummi?"

"Abi sedang berkunjung ke kepesantren milik Kyai Rahman."

Gus Atthar mengagguk, "Ummi mencintai seseorang itu boleh kan?" Tanya Atthar

Ummi Fara tersenyum, putranya ini sedang jatuh cinta toh.

"Sedang mancintai seseorang, Nak?" Tanya Ummi Fara.

"Iya, ummi. Tapi dia belum keluar dari cinta masa lalunya. Tapi Atthar mencintainya, bagaimana Ummi?" Rengek Atthar.

Ummi Fara terkekeh melihat rengekan Atthar.

"Mencintai siapa, Nak?"

"Zahra Ummi." Gumam Atthar.

"Masya Allah, Ummi setuju jika kamu dengan Zahra. Zahra anak yang baik, penurut, pintar memasak, cantik pula."

"Tapi dia masih mencintai seseorang Ummi. Kemarin dia baru saja memutuskan pacarnya, karena ia tak mau berdosa."

Ummi Fara mengelus rambut Atthar, "Dia sedang mencoba melupakannya. Jika kamu mecintainya berdoalah disepertiga malam. Meminta diluluhkan hatinya. Ia juga sedang berusaha melepaskan cinta yang tak seharusnya ia tempatkan."

"Berusaha lah, Nak. Ummi yakin semua keputusan ada pada Allah."

*****

Iam Back.

19 Juni 2022

ZAHTHAR [END]Where stories live. Discover now