10. Kehilangan Barang Berharga.

Mulai dari awal
                                    

"Ya gak papa sih, gue penasaran aja gitu, orang tua lo kemana?" Tanya Zahra.

Akbar menatap lurus, "Orang tua gue gila kerja semua, sampe lupa kali ada anak yang butuhin kasih sayang mereka."

"Gue dari umur 14 tahun sampai sekarang umur gue 20, berarti gue udah 6 tahun disini. Orang tua gue ngejengukin gue cuma pas idul Fitri aja, itupun cuma sehari besoknya, ya kembali lagi ke rutinitasnya."

Zahra mendengarkan curhatan Akbar, selama ini ia salah terhadap Akbar. Akbar selalu menujukkan wajah cerianya terhadap Zahra, namun ia juga memiliki luka yang sangat besar.

Ia juga membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya.

"Gue anak satu satunya, yang seharusnya bisa dapat kasih sayang penuh sama orang tuanya, malah gue ngerasa ditelantarin. Gue cuma pengen orang tua gue ada waktu sama gue. Gue gak pengen mereka sakit karena kerja terus." Akbar meneteskan air matanya.

"Nangis aja gak papa jangan ditahan." Ucap Zahra.

"Tapi gue bersyukur, Ra. Keluarga om Umar sama tante Fara baik banget. Mereka sayang banget sama gue. Gue juga seneng kalo sama lo, berasa punya adek."

Zahra tersenyum tulus mendengar penuturan Akbar.

"Lo boleh anggap gue adek lo. Gue juga pengen punya kakak cowo." Zahra pun sama meneteskan air matanya.

"Jangan nangis lah, Ra." Ucap Akbar.

"Gue pengen peluk lo tapi gak bisa hiks." Tangis Zahra.

Akbar terkekeh, "Gue yang curhat lo yang nangis."

"Bar, gue boleh panggil lo abang gak?" Ucap Zahra. Berharap Akbat memberikan jawaban Ya.

"Boleh." Jawab Akbar.

Disaat mereka melanjutkan obrolannya, tiba'tiba ada suara bariton.

"Kalian ini, sudah pernah dihukum masih saja melakukannya lagi, perlu hukuman cambuk, hah." Ucap Gus Atthar sedikit membentak.

"Sekarang Zahra kamu kembali ke asrama." Ucap Gus Atthar tegas.

"Gus ngusir gue." Ucap Zahra.

"Terserah kamu bilang saya mengusir atau apa. Laki-laki dan perempuan yang bukan mahram haram berduaan tanpa ikatan halal." Ucap Gus Atthar.

Akbar tersenyum dalam hati ia mengejek, "bilang aja kalo cemburu elah, pake gengsi segala."

"Kalo kita terus berduaan aja kenapa." Ucap Zahra, sengaja memancing amarah Gus Atthar.

"Nanti ada syaiton yang jadi orang ke tiga, dan menumbuhkan rasa nafsu pada kalian mau." Ucap Gus Atthar sedikit emosi.

"Kalau setan jadi orang ketiga tandanya Gus Atthar dong setannya, ya kan, Bar." Akbar hanya tersenyum mendengar kepolosan Zahra.

"Bukan itu maksudnya. Sekarang kamu kembali."

Zahra menurutinya, ia kembali ke asramanya, namun ia tak sadar ada benda jatuh kepunyaannya.

"Bilang aja Bang kalo cemburu, pake gengsi segala." Ucap Akbar mengejek.

"Saya tidak cemburu, saya hanya memperingati kamu agar tidak berduaan di tempat yang lumayan sepi seperti ini, nanti akan timbul fitnah." Ucap Gus Atthar.

"Iyain aja lah, kalo suka kitbah Bang." Akbar lari terbirit'birit sebelum Abangnya mengamuk.

Gus Atthar mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Dasar anak muda."

Gus Atthar tak sengaja menginjak sebuah lingkaran berwarna hitam. Ia mengangakatnya.

"Punya siapa geleng ini." Ia melihat ada ukiran nama pada gelang itu.

"Zahra." Gumamnya. Kemudian ia memasukkan gelang itu ke dalam saku celananya.

*****

Sore hari selepas ia mandi, Zahra kelimpungan mencari gelang kesayangannnya pemberian Mamahnya.

"Gelang gue mana sih."

Teman-temannya datang menghampiri.

"Ra, kamu cari apa? Dari tadi mondar-mandir terus." Ucap Difa.

"Gelang kesayangan gue hilang."

"Gelang yang gimana Ra?" Tanya Qila.

"Yang item itu loh, kemana ya." Zahra terus mengobrak-abrik ranjang serta lemarinya.

Teman-temannya pun membantu Zahra mencari.

"Gelangnya berarti banget ya, Ra?" Tanya Nabila membantu Zahra.

Zahra mengangguk, "Banget."

"Dijalan kali, Ra. Kamu kan sempat pergi tadi siang." Ucap Qila.

Zahra baru sadar, ia keluar dari kamarnya. Menuju tempat yang tadi ia dan Akbar tempati.

Ia sampai berjongkok mencari gelangnya.

"Gelangnya mana sih, nanti kalo Mamah tau pasti marah." ingin menagis saja rasanya.

*****

Malam hari setelah bermurojaah, Gus Atthar mengingat gelang itu, ia lupa mengembalikan pada pemiliknya.

"Gelangnya bagus, kalau saya gadai gimana ya." Monolog.

"Gelangnya cantik, seperti pemiliknya." Ia tersenyum dan tak sadar memuji kecantikan Zahra.

Gus Atthar menggeleng-gelengkan kepalanya agar pemikiran itu pergi.

"Astaghfirullah tidak boleh Atthar, jangan sampai kau mencintainya, bisa jadi bencana nanti."

*****


09 Mei 2022

ZAHTHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang