Bella tampak ragu dengan perkataan nonanya. Namun ia menyetujuinya. Dua gadis itu segera berjalan ke arah kanan dengan cepat karena mereka hanya memiliki waktu satu jam untuk berburu, setelah itu ada hal lain yang harus dilakukan bersama Ivory.

"No-na, bu-bukankah itu seekor seri-serigala?" tunjuk Bella ke arah hewan berwarna abu-abu yang menatap mereka berdua dengan ganas.

Evelin menelan salivanya sendiri sembari menatap serigala itu. Bagaimana bisa di pagi hari ada seekor serigala? Ayolah jangan bilang serigala itu kelaparan.
"Kau benar Bella," tandas gadis itu.

"Ap-apakah kita perlu berteriak nona?"

Evelin menggelengkan kepalanya.
"Tidak perlu, aku akan memanah serigala itu," tekad Evelin sembari menarik busurnya. Gadis itu menutup sebagian matanya, lalu memfokuskan pandangannya pada serigala yang menatapnya penuh dengan minat.

SHUT!

Anak panah yang itu terbang lalu menancap di ekor serigala itu. Evelin hampir saja ingin tertawa bila ia tak ingat bahwa dirinya dalam bahaya. Padahal saat di dunia modern ia sangat pandai memanah.

Gadis bersurai emas itu kembali tersadar. Apa-apaan ini? Padahalkan Evelin telah memfokuskan pada kepala serigala itu, namun kenapa menancap diekornya? Apakah karena ia terlalu takut dengan serigala hingga membuat anak panahnya meleset?

Bella semakin cemas, apalagi serigala itu mulai mendekati posisi mereka. Dan sepertinya serigala itu sangat marah oleh tindakan nonanya. Evelin dilanda kebingungan. Haruskah ia menembak serigala itu? Namun bagaimana jika suara tembakkannya terdengar oleh orang lain? Tapi sepertinya tidak, ia terpisah dengan nona dan pangeran lain. Lagi pula letak pos prajurit sangat jauh. Gadis bersurai emas itu segera mengeluarkan pistol dari dalam mantelnya.

DOR!

Peluru pistol itu terbang dengan epik mengenai kepala serigala hingga darah segar mencuat dari sana. Tak butuh waktu lama, serigala itu limbung di atas tanah.

Evelin tersenyum kecil, ia kembali memasukkan pistol kesayangannya ke dalam mantelnya.
"Ayo Bella kita kesana," ajak Evelin untuk mendekati serigala yang sudah tak bernyawa itu.

Bella tersadar dari apa yang terjadi. Nonanya benar-benar sangat hebat, ternyata benda hitam kecil milik nonanya itu memiliki kekuatan yang besar.

Evelin menancapkan anak panah di kepala serigala yang tadi ia tembak. Ia mengusap kepala serigala itu sebentar, semoga saja serigala itu tidak menghantuinya.

"Nona kau sangat pintar!" puji Bella sembari memasang kode nonanya pada tubuh serigala.

"Velin, aku tidak tahu sejak kapan kau pandai dalam hal berpanah," Evelin segera tahu siapa orang yang berbicara dengannya ketika mendengar suaranya itu.

"O'on, sejak kapan kau berada disini?"

"Aku baru saja datang," jawab Green. Ada satu pelayan yang mengelap keringat di pelipis pria itu.

Evelin bernapas lega, untung saja Green tidak melihat aksinya.
"Sepertinya kau sudah mendapatkan banyak binatang," tebak Evelin.

"Hm," deham Green. "Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu," ungkap Green.

"Sesuatu?"

"Ayo ikut denganku," Green mengenggam tangan Evelin untuk mengikutinya.

"Pangeran, tangan Nona Evelin baru saja memegang serigala. Bagaimana bila tangan pangeran terkontaminasi?" ucap pelayan Green dengan takut.

Green menatap pelayannya itu dengan tajam hingga pelayan itu tak berani mengeluarkan suara lagi.

Evelin tertawa dalam hatinya, cinta Green pada Evelin asli sangat besar hingga pria itu tidak peduli tentang dirinya sendiri. Gadis bersurai emas itu mengikuti langkah Green. Dibelakang mereka Bella dan pelayan Green juga mengikutinya.

Fake Villainess Where stories live. Discover now