56. Memanah

1.9K 291 14
                                    

Jangan lupa vote dan coment guys!
Mulmed 🎙🎶🔊 OO by NMIXX
Happy reading readers termwah!

👑👑👑

Di pinggir hutan yang cukup lebat namun terawat terlihat ada seorang gadis. Disetiap sudut pada tempat itu berdirilah prajurit Kerajaan Stevonia untuk menjaganya. Gadis itu bercengkraman dengan panah ditangannya. Ia menggunakan pakaian berpanah, surai peachnya ia gulung dengan anak rambut di dekat pelipisnya yang terjutai ke bawah.

Ia membalikkan tubuhnya untuk memanggil pelayan pribadinya.
"Maisy," ucapnya.

Sosok yang dipanggil dengan sebutan Maisy itu yang tadinya berdiri di dekat prajurit segera berlari kecil mendekati nonanya.
"Apa yang dapat saya bantu nona?"

"Apakah putra mahkota masih lama?" tanya Flora dengan suara rendah.

"Saya dengar dari para prajurit bahwa putra mahkota sedang berada diperjalanan," jawab Maisy.

Flora tersenyum, perlahan ia akan membuat Lieven jatuh cinta padanya. Dan ia bisa mencapai tujuannya.

Tak berselang lama, Lieven tiba di tempat itu sendirian dengan kuda putihnya. Ia mengeluarkan aura dingin khasnya yang membuat semua orang yang berada disitu harus tunduk hormat kepadanya.

Maisy yang menyadari putra mahkota telah tiba segera undur diri ke tempat tadi dirinya berdiri.

Lieven melangkah mendekati Flora yang memasang senyuman manis kepadanya.

"Saya memberi hormat kepada putra mahkota semoga diberikan seribu kehidupan," sambut Flora. "Terima kasih telah datang untuk mengajari saya memanah putra mahkota," lanjutnya dengan suara lembut.

Lieven memasang ekspresi datar seperti biasanya.
"Kau sudah mengerti bukan cara menggunakan panah?"

"Saya sudah mengerti putra mahkota,"

"Jika kau sudah mengerti maka berlatihlah memanah sendiri," ketus Lieven. Pria itu mengambil panah serta anak panah dari prajurit. Lalu melepaskan anak panah tempat sasaran pada bidang panah.

Sebuah senyuman indah yang tersunggi dibibir Flora mendadak luntur. Gadis itu lalu bergerak kaku melepaskan anak panahnya menyembunyikan rasa malu. Bisa-bisanya Lieven tidak memperdulikan harga dirinya di depan para prajurit. Untung saja ia sekarang menyukai pria itu dan ia membutuhkannya. Jika tidak maka ia tidak akan setenang ini.

Anak panah Flora melesat menancap ke sebuah batang pohon menandakan bahwa tidak tepat sasaran. Ia sengaja melakukannya. Bibir mungil merahnya terbuka.
"Kenapa tidak tepat sasaran? Apa yang salah?" lalu kepalanya menoleh ke samping menatap putra mahkota. "Putra mahkota apakah kau bisa mengajriku bagaimana teknik agar tidak meleset dari sasaran?"

Lieven menatap Flora dingin, namun pria itu berjalan mendekatinya.
"Pegang anak panah dibusur dengan benar, lalu fokuskan pandanganmu pada sasaran," instruksi Lieven tanpa menyentuh Flora satu helai rambutpun.

Flora berdecak kesal namun tak ada yang melihatnya karena gadis itu segera merubah ekspresi wajahnya. Ia mematuhi semua instruksi Lieven, dan benar saja setelah itu anak panah benar-benar tepat sasaran.

***

Evelin yang tadinya bingung bagaimana ia bisa terlepas dari Green segera mendapatkan sebuah ide ketika menatap beberapa orang yang berada di pinggir hutan.

"Apakah kau tak memiliki pekerjaan sehingga mengikutiku seperti ini?" tanya Evelin pada Green yang berada disampingnya.

"Aku bisa mengerjakan tugasku dilain waktu, tapi aku tak akan bisa hidup jika kehilanganmu,"

Fake Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang