46. Batu Merah

2.4K 380 14
                                    

Jangan lupa vote dan coment guys!
Mulmed 🎙🎶🔊 Red Thread by Oneus
Happy reading readers termwah!

👑👑👑


BUGH!

Satu pukulan mentah menghantam perut seorang pria bersurai biru tua. Tak habis disitu, pria tua yang tadinya memukul Harley kembali memukul tulang pipi pria itu. Darah segar mengalir dari sudut bibir Harley. Harley mengusap darah itu dengan kasar. Rahangnya mengeras karena marah. Namun ia tidak bisa melakukan apapun kepada pria tua didepannya walaupun hanya sekedar memblokir sebuah pukulan dari pria itu. Jika ia melakukannya maka serangan yang dilakukan oleh pria tua itu akan semakin bertubi-tubi.

"Apa yang kau lakukan selama ini hah?!" bentak pria tua yang salah satu matanya tertutupi oleh topeng. "Hanya untuk menangkap satu gadis saja kau tidak bisa!" pria itu berjalan mendekati Harley yang terkapar di lantai.

Ia mengulurkan tangannya kepada Harley. Sebenarnya Harley tak ingin menerima uluran itu karena ia tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Namun ia harus melakukannya.

Harley berdiri, ia memegangi perutnya yang terasa sakit. Tidak lebih dari tiga detik tiba-tiba...

BRAAAK!

Inilah yang Harley maksud, ia pasti akan menerima hal seperti ini ketika dirinya menerima uluran pria tua bertopeng itu.

Tubuh Harley terlempar jauh hingga punggungnya menabrak sebuah pilar ruangan. Pria bersurai biru tua itu meringis menahan rasa sakit karena ilmu sihir yang digunakan oleh pria didepannya ini yang membuatnya terlempar sangat jauh.

"Kau benar-benar tidak berguna untukku!" cecar pria itu. Dia adalah pemimpin bangsa penyihir, yaitu Tetua Grazian.

Harley kini bangkit berdiri sendirian.
"Maafkan saya tetua. Saya pasti akan membawa gadis itu secepatnya,"

"Jangan kecewakanku untuk kedua kalinya," tekan Grazian sebelum pergi dari ruangan itu.

Beberapa bawahan Harley memasuki ruangan itu. Neil, satu-satunya orang kepercayaan Harley mendekati pria itu.
"Tuan muda apakah anda baik-baik saja?" tanyanya.

"Aku baik-baik saja," katanya berjalan keluar.

Neil mengikutinya dibelakang. Pria itu khawatir dengan keadaan tuan muda walaupun hal ini sudah biasa dirasakan oleh tuannya itu.
"Tuan kenapa anda tidak segera menangkap Nona Evelin agar tetua tidak bertindak seperti tadi?" tanyanya.

Harley menghentikan langkahnya. Matanya yang indah menyorot tajam ke depan. Jika ia ingin, ia sudah menangkap Evelin sejak dulu. Tapi kenapa sekarang rasanya berbeda? Seakan-akan ia tidak akan membiarkan gadis itu berada dihadapan tetuanya? Harley menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia harus berpikiran jernih. Ia harus ingat tujuan awalnya.

"Aku akan menangkap dia segera mungkin," jawab pria bersurai biru tua itu. "Aku ingin sendiri, jangan ikuti aku!" peringatnya sebelum menghilang dari tempat itu.

***

Evelin duduk di bangku taman Palvilum Jasmine. Gadis itu menikmati camilan manis yang berada didepannya. Entah apa yang akan dibicarakan oleh Green sehingga pria itu menyuruhnya untuk mengikutinya.

"Apakah kau menyukai kue itu?" tanya Green yang sedari tadi duduk di hadapan Evelin sembari memerhatikan gadis itu.

Evelin mengangguk.
"Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Apakah kau memang tak ingin berhenti mengikuti ajang permaisuri?"

"Tidak Green, aku akan mengikuti ajang ini sampai selesai," ungkap Evelin jujur. "Bila aku berhenti disini akan sulit bagiku untuk membebaskan Willow. Selain itu aku akan kehilangan kesempatan untuk mengambil hati kelima pangeran," batin Evelin. Ia yakin bahwa setelah berhasil membebaskan Willow, dirinya tidak akan langsung bisa kembali ke dunianya. Dan pastinya Ibu Suri Helena akan mengetahui siapa orang yang telah membebaskan Willow. Maka dari itu ia perlu mengambil kelima hati pangeran agar bisa mendukungnya sampai dirinya kembali ke dunia modern. Ia juga perlu memperbanyak orang-orang hebat disampingnya. Karena ia tahu bahwa ibu suri memiliki prajurit tersembunyi. Selain itu ia tak tahu siapa orang yang ingin menghancurkannya bukan?

"Lalu untuk apa kau mengikuti ajang itu? Apakah kau memang masih ingin menjadi permasuri?" ada nada cemas dalam perkataan Green.

"Itu tidak benar, aku hanya ingin semua orang tidak memandangku seperti dulu lagi. Kau tahukan perbuatan apa yang pernah ku lakukan di masa lalu," Evelin menyesap teh hijau.

"Jika itu maumu maka aku tidak akan memaksamu," Green menghelan napas mengalah walaupun ia sedikit khawatir tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.

Evelin menatap wajah Green yang tidak sedap. Green ini benar-benar takut Evelin berpindah hati kepada pria lain. Ah ini sangat so sweet bukan? Sayang sekali Evelin palsu dulu tak memiliki kekasih di dunia modern padahal banyak pria tampan yang menyukainya. Alasannya cukup simpel, ia hanya ingin bebas tanpa kekangan seorang kekasih. Lagi pula ia sudah sering menatap lawan mainnya yang tampan-tampan. Dan untuk mendapatkan kissing mereka tidak sulit, karena setiap film, drama, maupun layar lebar yang ia bintangi pasti ada adegan seperti itu. Hal itu membuat Evelin rindu dengan kegiatan syutingnya saja.

"Green?" ucap Evelin.

"Katakan saja,"

"Apakah kau tau dimana batu merah diletakkan?" tanya Evelin serius.

Green menatap Evelin tajam. Batu merah adalah sebuah batu peninggalan leluhur Kerajaan Stevonia. Hal itu tidak boleh dibicarakan sembarangan.
"Apakah kau menginginkannya?" tanya Green tepat sasaran.

Evelin menganggukkan kepalanya.

"Aku tidak tahu," lanjut Green mengalihkan penglihatannya dari Evelin.

"Green ini membuatku kesal saja, sepertinya aku harus menggunakan suatu cara agar pria itu mau memberi tahuku," batin Evelin.

Gadis itu berjalan ke arah Green. Ia duduk di atas meja yang berada di depan Green. Ia menatap Green lama, hal itu juga dilakukan oleh pria itu. Kedua tangan Evelin meraih tangan Green.
"Apa kau benar-benar tak ingin mengatakannya kepadaku?" tanya Evelin.

"Jika dia tak mau mengatakannya, kau bisa bertanya padaku Evelin," sambar seorang pria.

Evelin dan Green otomatis menatap pria yang tiba-tiba berada disamping mereka. Evelin sedikit terkejut mengetahui siapa pria itu.
"Benarkah?" tanya Evelin.

Pria itu tersenyum.
"Ya,"

Tangan Evelin digengam erat oleh Green saat ia ingin berjalan mendekati pria itu.

"Kau tidak perlu bertanya padanya. Aku pasti akan memberi tahumu," ketus Green.

"Lalu dimana batu merah itu?"

"Itu berada di-" Green.

"Green aku ingin bicara padamu," potong pria itu.

Green menatap pria itu sebentar, lalu beralih menatap Evelin. Pria itu mencium punggung tangan milik Evelin yang ia pegang. Lalu mencium singkat dahi gadis itu sebelum ia pergi bersama pria itu.

Evelin sedikit terkejut dengan tingkah Green.
"Green ini kenapa juga gak sekalian cium bibir gue," batin Evelin. Gadis itu menatap punggung dua lelaki yang sudah menghilangkan di belokan. Apa yang ingin dua lelaki itu bicarakan? Jika ia mengikutinya pasti tidak menjamin dirinya akan tidak ketahuan. Secarakan kedua pria itu sangat teliti. Ah biarkan saja dua pria itu berbicara, toh Green ataupun pria itu sudah mengatakan bahwa akan memberi tahunya dimana letak batu merah berada.

TBC...

🔄🔜
JIKA KALIAN MENYUKAI ATAU MENIKMATI CERITA INI HARAP VOTE DAN KOMEN Y GUYS!
KARENA HAL ITU SANGAT MENDUKUNG SAYA DALAM MENULIS!

Banyak typo dan kalimat yg tidak pas harap dimaklumi :)

Terima kasih buat readers yang selalu vote maupun komen 💜

Oh iya guys, maaf nih lama gk update soalnya aku lupa wkwk. Jdi kalau udah lebih dari dua hari aku gk update cerita ini, kalian boleh ngingetin aku di kolom komentar supaya update y guys :)

Gimana guys?
Lanjut gk nich?

Ini pada kasian gk sma Babang Harley?
Tebak guys siapa pria itu?
Komen y guys!

Spoiler next chapter :
1. Flora
2. Evelin
3. Mungkin ada Kennard

Jangan lupa komen!
Thanks ^^

Fake Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang