28. Diambang Kebingungan

Comenzar desde el principio
                                    

"Jangan bilang kalau mangsa baru lo itu cewek yang pakai tongkat itu, ya?"

"Kok lo tau?" tanya Junior pada Dirta. "Perasaan gue belum ngasih tau kalian."

"Anjir! Parah lo, Ju! Gak kasian apa sama cewek itu?"

"Halah," Edo mengibas tangan di depan wajah Dirta, "basi lo ngomong begitu sama Junior, Ta. Cowok kayak Junior ini mana pandang bulu, sih, kalo nge-bully orang."

"Nggak, bukan itu. Masalahnya yang jadi sasaran lo itu cewek cacat. Dia udah kesulitan buat jalan dan lo justru semakin nambahin masalah dia."

"Lo gak usah temenan sama gue, deh, Ta. Gak cocok, asli. Lo sama gue itu ibarat siang ama malam. Lo terang, gue gelap."

Edo terpingkal-pingkal karena tawa. Perumpamaan yang Junior katakan barusan sangat fakta sekali. "Lo iblis, Dirta malaikat," sambung Edo.

"Sialan lo."

Mereka bertiga tiba di kantin. Tanpa susah payah ketiganya mendapatkan tempat kosong meski kantin sangat ramai. Privillege yang dimiliki Junior lah yang menjadi alasannya. Mahasiswa lain secara otomatis akan mengosongkan satu tempat untuk Junior dan teman-temannya. Pernah dulu saat Junior ke kantin dan semua tempat duduk penuh. Hal yang selanjutnya terjadi adalah salah satu meja terbalik dengan naas. Tidak peduli bahwa di atas meja itu sudah tersaji makanan yang tengah disantap. Oleh karena itu, selalu ada tempat yang kosong ketika Junior menginjakkan kaki di kantin. Kantin di gedung mana pun itu.

Pesanan ketiga mahasiswa cowok yang sangat mencolok di tempat ramai itu datang. Lebih cepat dibandingkan dengan mahasiswa lain yang harus mengantri.

"Btw, lo kenal sama cewek cacat itu, Ta?" tanya Junior. "Kok lo bisa tau kalau dia sekarang jadi sasaran gue?"

"Gue nggak sengaja liat itu cewek pas kesusahan jalan buat ngambil tongkatnya. Terus gue juga liat lo udah pergi dari sana. Sekali tebak aja pasti lo, 'kan, yang udah ngebuang tongkatnya?"

Edo tak mau kalah. Ia ikut menimpali dengan berkata, "Dan gue tebak, lo nolongin itu cewek. Bener, 'kan?"

Dirta mengangguk. Edo berseru sambil menepuk tangan keras. "Kan, bener kata gue. Junior iblisnya, Dirta malaikatnya," ujarnya heboh. Edo mengangkat tangan, menghadapkannya pada Dirta. Dirta yang mengerti maksud dari cowok itu menyeringai dan balas mengangkat tangannya. Jadilah keduanya saling bertos ria.

"Lo pulang nanti jangan nebeng gue, Do!"

🌼🌼🌼

"Kak Nabila!"

Nabila berhenti berjalan lalu menoleh. "Alena?"

"Hai, Kak?" sapa gadis yang baru saja menghampiri Nabila. Napasnya sedikit tersengal dan tidak beraturan. "Huh, akhirnya kita ketemu lagi, ya, Kak. Kak Nabila apa kabar?"

"Baik."

"Ada kelas sekarang, Kak?"

"Nggak, kok, nanti masih satu jam lagi."

"Ih, ayo ngobrol dulu kalo gitu, Kak!" seru Alena bersemangat. "Di sana aja, yuk?" tunjuknya pada satu gazebo yang kosong.

Hari ini akhirnya Nabila sudah kembali ke kampus. Dikarenakan masa ospek jurusan pun telah selesai, jadilah meskipun malas Nabila memaksakan dirinya.

"Lo tau nggak, sih,--"

"Eh, Kak, tau nggak, sih--"

Keduanya berkata secara kompak tanpa rencana. Mereka saling menatap, kemudian tertawa bersama.

"Lo dulu," kata Nabila.

Alena mengangguk lantas mulai bercerita dengan menggebu-gebu. "Masa, nih, ya, Kak Nevan tiba-tiba muncul lagi abis gitu kayak yang mau ngajak balikan aku, Kak," ujarnya. "Setelah menghilang kayak ditelan bumi, sekarang main nongol aja. Padahal, 'kan, aku rencananya mau cari kakak tingkat yang cakep-cakep di sini. Sialan banget emang, tuh, mantan."

"Serius, Len? Dia nemuin lo langsung gitu?"

"Iya! Masa kemarin itu dia ada di depan rumah aku. Siapa yang gak syok coba? Kupikir akunya aja yang lagi halu, eh, tapi ternyata beneran dia."

"Terus? Dia ngomong apa aja?"

"Intinya minta maaf gitu, lah, Kak. Ih, tau, ah, kesel aku sama itu orang," ucap Alena dengan ekspresi cemberut. "Eh, tadi Kak Nabila mau ngomong apa?"

Nabila menarik napas dalam-dalam. "Sama kayak lo. Gue ketemu Dirta."

"H--hah?"

"Gue belum tahu pasti, tapi dia mirip banget sama Dirta, Len. Gak mungkin itu saudara kembar atau apa pun itu karena Dirta anak tunggal."

"Ya mungkin itu emang Kak Dirta, Kak."

"Tapi dia gak nyapa gue. Dia gak ngenalin gue, Alena."

"H--hah?" kata Alena untuk kedua kalinya. "Maksudnya gimana, Kak?"

"Kalau itu emang beneran Dirta pasti dia bakal ngomong atau setidaknya nanya kabar gue, lah, karena gue sama Dirta, 'kan, udah lama gak ketemu," jelasnya. "Sekarang gue jadi ragu kalau kemarin yang gue temui itu Dirta."

🌼🌼🌼

I'm sorry for being slow update because my real life is really hectic and it feels suck😪

See ya, velable

DisabiloveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora