19. Night with You

Start from the beginning
                                    

"Yaudah sini, Ma, biar Nabila yang beliin," ucap Nabila sambil mengulurkan tangan meminta uang untuk membeli nasi goreng yang dimaksud.

"Makasih, ya, Sayang. Kamu kalau mau beli satu lagi aja."

Nabila mengacungkan jempolnya. Gadis itu segera beranjak karena ia tahu bahwa mamanya sedang dalam fase ngidam. Apa-apa yang diminta harus segera dituruti, kalau tidak nanti calon adiknya bakal ngeces.

Tempat penjual nasi goreng yang mama Nabila inginkan tidak jauh dari rumah. Hanya perlu jalan beberapa menit saja sudah sampai di tempat. Namun, meski dekat dari rumahnya Nabila belum pernah mencoba nasi goreng itu. Alasannya mungkin karena Nabila lebih sering makan di rumah dibanding makan di luar. Selama ini makan di luar pun karena ajakan Dirta atau teman-temannya yang lain. Nabila mau menghargai mamanya yang sudah repot-repot memasak setiap harinya.

"Dirta?"

Si empunya nama menoleh. Benar, itu Dirta. Nabila mendekat dan duduk di bangku panjang yang juga ditempati oleh Dirta.

"Bila? Kamu ngapain ke sini?"

"Mama minta beliin nasi goreng," jawabnya.

"Mau beli berapa? Kamu mau juga nggak?"

Nabila menggeleng.

"Yaudah kamu tunggu sini, biar aku yang pesenin soalnya ngantri."

Apa yang Dirta katakan benar. Tempat ini ramai walaupun masih jam segini. Bangku-bangku panjang hampir terisi semua. Bahkan ada beberapa yang memilih ngaso di bahu jalan.

"Kamu beneran nggak mau makan?" tanya Dirta setelah kembali. "Cobain, geh. Nagih pasti."

Nabila menggeleng lagi dan menjawab singkat. "Enggak." Gadis itu memperhatikan Dirta dari samping. Ikut menikmati bagaimana cowok itu melahap nasi gorengnya tanpa ikut mencicipi.

Bosan karena diam saja, Nabila mengambil tangan kiri Dirta yang bebas. Dimain-mainkannya tangan itu. Mengusap, menepuk lembut, atau sekedar memainkan jari-jemari Dirta.

"Kenapa?" tanya Dirta. Sebelah alisnya terangkat yang justru semakin menambah kadar ketampanannya.

"Gak pa-pa."

Dirta tersenyum. Ia membalas genggaman tangan Nabila dengan mengusap pipi gadis itu. Lembut dan sangat hati-hati. Seolah menekan sedikit saja di bagian itu Nabila bisa terluka.

"Lain kali kalau keluar rumah pas malem pake jaket atau sweater," nasihat Dirta. "Angin malam gak bagus, bisa masuk tubuh kamu terus nanti kamu sakit."

"Lupa."

"Jangan bandel-bandel, kalau dibilangin nurut."

"Iya bawel, ah. Masih lama, ya? Pulang, yuk?"

"Bentar, aku ambil pesanan kamu dulu."

Nabila mengangguk sambil berdiri. "Aku tunggu di luar," ucapnya.

Nabila keluar dari tenda. Angin malam berhembus membuat ia bergidik pelan. Tangannya digosokkan satu sama lain untuk menimbulkan sensasi hangat. Namun, tiba-tiba ada yang menarik tangannya. Nabila menoleh dan melihat Dirta sudah berada di sampingnya. Cowok itu menggenggam sebelah tangan Nabila dan memasukannya ke dalam saku jaketnya.

"Udah?" tanya Nabila.

Dirta mengangkat satu buah kresek. "Nih, udah."

"Berapa? Tadi kamu gak mintain aku uangnya."

"Gak pa-pa, udah aku bayar."

"Yah, jadi enak ditraktir." Deretan gigi Nabila terlihat kala gadis itu menyengir. "Padahal Mama udah kasih uang ke aku."

DisabiloveWhere stories live. Discover now