Part 9 • Aryan

2.5K 379 18
                                    

"Sial!" Aku mengumpat pelan ketika melihat instastory salah satu adik kelasku di SMA. Entah kenapa Lala bisa muncul dalam frame nya, dengan ekspresi wajah yang benar-benar terlihat bahagia.

Apakah Dimas adalah pacar Lala?

Satu kalimat yang berhasil di pikirkan oleh otakku, yang justru malah membuatku jadi uring-uringan.

Mood ku langsung buruk seketika, sementara otakku tidak bisa bisa lagi diajak bekerjasama untuk mengerjakan laporan yang baru setengah jam lalu mulai aku kerjakan.

Aku berjalan mondar mandir di dalam kamar kos ku karena bingung apa yang harus dilakukan. Memutuskan untuk mengambil hp, lalu menghubungi satu-satunya sahabat laknat yang aku punya dengan amat sangat terpaksa.

To: Gara
Sibuk nggak?

From: Gara
Ngp?

To: Gara
Nyari makan yok!

From: Gara
Mls!

To: Gara
Gw traktir

From: Gara
Otw kos lo!

Aku mendengkus membaca balasan darinya. Sagara memang teman yang paling paham memanfaatkan teman lainnya. Selain itu, dia juga adalah tipe orang yang tidak bisa menolak gratisan.

"Kemana, Yan?"

Aku menunjukkan layar ponselku padanya. "Tempat makan deket kampus?"

Aku mengedikkan bahu. Sebuah tanda bahwa aku tidak tahu tempat yang ada dalam video berdurasi beberapa detik itu. "Iya kali,"

"Sini gue liat dulu." Gara sudah merebut ponsel dari tanganku dan mengamati lebih seksama video yang sebelumnya aku tunjukan padanya.

"Iya bener. Tempat makan deket pertigaan itu."

"Kenapa kesini?" tanyanya padaku.

Lagi-lagi aku hanya mengedikkan bahu. "Pengen aja. Kayaknya makanannya enak." Jawabku sembari berjalan untuk mengambil motor.

"Anjir! Tungguin gue ogeb." Gara berteriak dan berlari untuk menyusul ku.

***

Lagi-lagi jantungku kembali dibuat turun. Setelah sampai di tempat makan, aku melihat dua orang laki-laki dan dua orang perempuan yang duduk dalam satu meja. Apa mereka sedang double date?

Melangkahkan kaki menuju salah satu meja yang berjarak satu meja di samping mereka, tentunya dengan perasaan yang entah sudah seperti apa. Gara di belakangku hanya mengikuti, karena dia pasti sadar jika mood ku sedang buruk dan tidak ingin menggangguku bila tidak mau menjadi pelampiasan.

"Kangen sumpah, Dim!" Tiba-tiba Lala berujar yang membuatku memelototkan mata hingga hampir keluar.

Dapat kurasakan jika Dimas terkekeh pelan. "Bokis banget lo, La." Jawabnya sembari tertawa.

"Anjir! Gue udah jujur padahal tadi."

Aku mendengkus pelan. Apa-apaan ini? Lala mengatakan kangen pada temannya yang bahkan belum lama berpisah, sedangkan padaku yang bertahun-tahun tidak bertemu dia tidak mengatakan apapun?

"Lo kenapa, Yan?" tiba-tiba Gara yang duduk di hadapanku bertanya. Dia mungkin merasa aneh dengan sikapku barusan.

Aku melihat ke arahnya, lalu menginstruksikan padanya untuk diam sebentar. "Meja sebelah kita, sebelahnya lagi." Ucapku yang langsung membuatnya menoleh ke arah yang aku instruksikan.

SeniorWhere stories live. Discover now