Part 6 • Kalana

3.5K 451 13
                                    

Sejauh ini gimana ceritanya?
Jangan lupa komen di bawa ya!

Aku tidak tau harus merasa senang atau justru sedih. Dibandingkan dengan tugas-tugas sebelumnya, tugas yang diberikan untuk hari esok memang tergolong cukup ringan. Kami hanya perlu membuat papan nama, namun sayangnya harus dengan kriteria super rumit yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh para senior.

Aku merebahkan diriku dan menatap langit-langit kamar kos. Mengistirahatkan punggung sebentar sebelum nantinya kembali untuk melanjutkan aktivitas yang tertunda. Memejamkan mata sebentar karena badan yang terasa pegal-pegal, sebelum akhirnya di ganggu oleh suara Zahra yang kembali mengeluh seperti sebelumnya.

"Ini kapan kelarnya sih, La?" Zahra berujar sembari memotong kertas karton menjadi kecil-kecil guna menyalurkan rasa kesalnya yang sudah di ubun-ubun.

Sejak sholat magrib tadi, aku sudah berkutat dengan berbagai macam peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan papan nama seperti kertas karton, spidol warna warni, lem, gunting, cutter, dan peralatan-peralatan penunjang lain yang dibutuhkan. Sementara Zahra yang merupakan tetangga kamarku, tepat setelah setengah jam setelah aku mulai bekerja dia datang untuk mengerjakan tugas bersama.

Aku menggeleng. "Bentar lagi, Ra." Aku mencoba menyemangati Zahra, meski aku sendiri juga sudah tidak bersemangat.

Masalahnya kami berdua sudah melakukan pekerjaan membuat papan nama ini lebih dari satu jam, namun karena memang harus teliti dalam mengukur ini dan itunya hingga beberapa detik yang lalu ketika aku menilik jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul delapan seperempat malam, pekerjaan kami belum kunjung juga diselesaikan.

"Gue nggak kuat, La. Asli ngantuk banget!" Zahra yang duduk bersila di sampingku sudah mengatakan kalimat barusan sebanyak empat kali dalam lima menit terakhir.

Itu berarti bahwa hampir setiap menitnya, dia mengatakan jika matanya sudah tidak kuat lagi untuk terjaga dan menyelesaikan pembuatan papan nama.

Aku membuka mata, dan tanpa menoleh ke arahnya berujar, "Sana gih cuci muka dulu, Ra. Kalo nggak selese bisa kena marah besok!" Nasehatku pada perempuan yang kini menggunakan pakaian tidur bergambar doraemon.

"Gue rasa cuci muka juga nggak bakal ngaruh, La. Badan gue rasanya mau pada lepas sendiri, njir! Sakit semua." Jawabnya yang diikuti dengan merebahkan dirinya sama sepertiku.

Kami berdua malah kini memilih tiduran dan berhenti sebentar. Sama-sama merasa lelah karena setiap harinya harus pergi jam enam dan pulang jam lima, kemudian di malam harinya harus begadang untuk menyelesaikan tugas untuk esok harinya.

Aku menoleh ke samping kanan dan melihat penampilannya yang sudah seperti zombie. "Capek banget ya, Ra?" tanyaku karena melihat kondisi fisiknya yang jauh berbeda dari pertama kali kami bertemu.

Aku dan Zahra bukanlah teman lama. Kami berasal dari kota yang berbeda, dan baru berkenalan ketika tidak sengaja dia mengambil line ku di grup angkatan saat kami baru saja mendapatkan pengumuman diterima sebagai mahasiswa baru di kampusku yang sekarang.

Berawal dari iseng-iseng saling bertanya untuk saling mengenal, kami akhirnya berteman baik secara virtual dan janjian untuk mencari tempat tinggal yang sama. Kebetulan juga jurusan yang diambil kami juga sama sehingga tinggal berdekatan akan lebih memudahkan kami ketika ingin saling membantu dalam tugas seperti ini.

"Asli, La. Hari ini paling capek ketimbang yang kemaren-kemaren."

"Manalagi kebanyakan kegiatannya outdoor kan? nggak cuman duduk-duduk dengerin orang ngomong kaya hari sebelumnya." Lanjutnya kembali menjelaskan.

SeniorDonde viven las historias. Descúbrelo ahora