54

126 25 0
                                    

"Gue sadarnya pas diajakin Muji ke PVJ, sih. Ngeliat Dika meluk cewek itu secara langsung dan... yah, cantik." Kata Tazkia lirih lalu menyesap Cola yang berada pada cup kertas di tangannya. Hatinya masih mencelus mengingat kejadian itu. Sakit seperti ditikam oleh seseorang. Ditikam oleh Dika dari belakang lebih tepatnya.

"Siapa? Selingkuhan Dika?" Cecar Emi dengan kedua bola mata melebar.

"Siapa lagi? Tapi, sumpah! Cewek itu cantik banget!"

"Lu juga cantik, Taz." Sahut Una menyipit tajam ke arah Tazkia yang menghela napas panjang sebelum menyantap kentang goreng Mcd dengan tidak penuh minat. Daritadi ia mendengar cerita Tazkia tentang Dika, yang menyebalkan karena hampir semua isi cerita sahabatnya itu berisi rasa insecure.

"Taz, kamu juga cantik. Cuma, ya, emang nggak pernah mode aja. Kemarin pas jalan sama Sisil kelihatan, kan? Aku masih punya, nih, fotonya, mau aku kasih lihat?"

Tazkia menggeleng, menolak tawaran Emi yang tidak mendengarnya, gadis itu malah meraih ponsel untuk memperlihatkan foto Tazkia mengenakan baju super minim berwarna hitam yang membuat bulu kuduk Tazkia meremang. Ia jadi teringat angin yang yang kerap meniup punggungnya di malam itu.

"Surprisingly Muji masih mau ngejar lu ya, Taz. I mean, after all this shit happened." Kata Una tiba-tiba disambut anggukan setuju Emi. "Bener!"

"Yeah... dan gue ngerasa kasihan sama Muji. Maksud gue, dari awal gue nggak ada niatan buat suka sama dia. Gue nggak bisa janji bisa balas perasaan dia, entah sampai kapan pun."

"Kata Juna dia emang orangnya going the extra miles kalau udah nemu sesuatu yang pengen dia raih." Balas Una dengan cengiran di wajah. "Ya, kalau kayak gitu lu harus udah siap, Taz."

"Sisil juga bilang gitu. Dia ampe heran kenapa Muji jadi jarang main ke Club, jarang mainin cewek lagi." Tambah Emi membuat Tazkia sukses kehilangan nafsu makan.

Perbincangan tentang Dika berkembang menuju Muji. Ia tidak pernah siap untuk membicaran orang kedua, sama seperti hatinya yang tidak siap menerima orang baru untuk masuk lebih dalam ke kehidupannya. Apalagi di mata Tazkia, Muji tetaplah tipe pria yang paling ingin ia jauhi dalam hidup meski akhir-akhir ini Muji malah banyak membantunya.

"Gue capek." Kata Tazkia kemudian, menandaskan cola dalam cup itu. "Kapan gue bisa tenang... capek gue kayak gini mulu."

"Sabar, Taz. Habis dapat cobaan biasanya ada hikmah."

Cengiran usil di wajah Emi membuat Tazkia mendesis. Ia melempar struk belanjaan mereka ke arah sahabatnya itu. "Enak di mulut!"

"Lah? Bener, kan?" Sahut Emi balik melempar kertas itu ke arah Tazkia. Gadis itu lalu terkikik geli dan mengempaskan tubuh di atas karpet bulu yang terpasang di tengah kamarnya. "Aneh, ya? Dunia? Kayak beberapa waktu lalu kamu udah yakin sama Dika, terus tiba-tiba keyakinan kamu hancur berkeping-keping.

"Terus Muji... orang yang sempat lecehin kamu malah ngebantu banyak hal sekarang. Nggak heran kalau besok-besok kamu beneran jadian sama Muji."

"Hush!! Nggak bakal!!" Seru Tazkia kesal mendengar penuturan Emi yang tiba-tiba bijak.

"Jangan bilang gitu, Taz. Kalau lu beneran jadian sama Muji, gimana? Traktir nonton?"

"Yuk! Traktir nonton, yuk!!"

"EMI! UNA!"

~~~

"Nanti lu dateng, kan? Ke Southbank?" Juna melempar tanya pada Muji yang asyik menonton sebuah video di ponselnya. Seperti biasa, Juna bertahan di kantor semalaman hanya untuk mengunduh anime-anime kesukaannya, sekalian menunggu Muji siaran.

 Seperti biasa, Juna bertahan di kantor semalaman hanya untuk mengunduh anime-anime kesukaannya, sekalian menunggu Muji siaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Datenglah."

"Kirain lu beneran insyaf ke Club." Tawa Juna merebak hingga Muji mendesis. "Yang penting nggak main cewek ini."

"Serius?"

Muji menaruh ponselnya ke atas meja. Ia memandang punggung Juna yang membelakanginya. Sedikit keki karena ternyata temannya itu tidak memperhatikannya sama sekali sehingga ia meraih kembali ponselnya untuk menonton reels di sana.

"Iya, Jun. Lagian gue lagi nggak tertarik ke siapa-siapa selain Tazkia."

"Danggg... gue nggak salah denger?" Tanya Juna menahan tawa.

"Nggak. Telinga lu emang budeg." Jawab Muji kesal hingga Juna kembali tertawa dan kali ini berbalik menghadapnya.

"Tapi lu beneran serius? Kalau misalnya Tazkia jatuh ke pelukan lu, terus lu tiba-tiba tertarik sama cewek lain, gimana?"

Pertanyaan itu sukses membuat Muji terdiam. Benaknya terpikirkan jawaban atas pertanyaan Juna yang cukup pelik. Sejujurnya, Muji tidak tahu harus menjawab apa karena ia pun belum berhasil mendapatkan hati Tazkia. Entah ia akan terus bertahan dengan Tazkia atau malah melakukan kebiasaan lamanya--mendekati berbagai perempuan yang menarik perhatian.

 Entah ia akan terus bertahan dengan Tazkia atau malah melakukan kebiasaan lamanya--mendekati berbagai perempuan yang menarik perhatian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalau lu masih mau main-main, mending lu berhenti ngejar Tazkia dah, Mu. Kasihan anak orang. Kemarin abis diselingkuhin juga." Sahut Juna acuh tak acuh. Pria itu sedikit serius dengan perkataannya karena sejak awal ia memang mengkhawatirkan tabiat Muji yang susah insyaf meski kemarin sempat yakin kalau temannya itu serius dengan Tazkia.

Juna mengakui kalau dia memang mengkhawatirkan Tazkia, sebagaimana Una selalu menceritakan tentang sahabatnya itu kepadanya. Dari awal ia juga berempati karena melihat Tazkia sebagai anak baik-baik, tidak seperti dirinya atau Muji. Terlebih setelah melihat berbagai kejadian yang menyeretnya ikut mengurusi hubungan Tazkia dengan mantannya.

"Gue... nggak tahu, sih, Jun. Tapi, ya... gue emang pengen Tazkia sekarang."

"Tazkia bukan mainan, ya. Bukannya ikut campur, tapi karena Una sahabatan sama Tazkia, gue jadi ikut worry kalau misalnya perasaan lu ke Tazkia cuma sesaat."

"Iya, Jun." Balas Muji ragu. Ia merebahkan punggungnya ke atas sofa, melirik Juna yang berbalik ke hadapan komputernya lagi. "Ingetin gue, ya, Jun kalau misalnya gue kelewatan."

"Gue udah ingetin lu tiap saat."

"Jangan bosen!"

"Iyee!!"


Don't forget to like and comment yaa kalau suka ^^

Diddler [Complete]Where stories live. Discover now