5

241 32 3
                                    

"Kemarin aku ke Club."

Tazkia menghela napas panjang, berbicara pada ponsel yang ia letakkan begitu saja di atas kasur, sembari fokus mengenakan skincare di depan meja riasnya. Ada bunyi gresek yang membuat Tazkia mendesis sebelum sebuah suara pria membalasnya.

"Ke Club? Club apaan? Club masak? Nulis?"

"Club! Diskotik, Dik!" Seru Tazkia kesal. Tapi ia tidak bisa menahan tawa karena pertanyaan polos Dika, pacarnya yang kini menetap di Jakarta untuk bekerja di sebuah perusahaan Webtoon.

"Club!? Kamu kenapa nggak bilang!? Ke sana sama siapa? Ngapain? Kok baru ngasih tahu!?" Dika mencecarnya dengan nada suara yang tegas. Lagi-lagi Tazkia tertawa. Kekhawatiran Dika selalu membuatnya gemas apalagi pada dasarnya Dika adalah orang yang protektif.

"Sama Una dan Emi. Nemenin mereka doang ke sana... nggak ngapa-ngapain. Nggak minum alkohol juga, kok." Jelas Tazkia lalu terduduk di atas kasur. Ia meraih ponsel, mendekatkan benda persegi panjang itu ke mulutnya.

"Terus? Nge-dance dance gitu? Kenapa ga minum? Kalau mau minum sok aja. Aku nggak ngelarang asal kamu nggak mabuk."

"Iya." Jawab Tazkia. "Nggak boleh mabuk. Aku kan pawangnya Una sama Emi. Kalau mereka mabuk siapa yang bawa pulang?"

Dika tertawa di balik telepon. Lalu diam sesaat dan bertanya dengan serius. "Kamu nggak digoda cowok, kan? Terus kamu pakai baju apa ke sana?"

"Baju haram!"

Tazkia tertawa terbahak-bahak. Ia melirik baju yang sudah ia masukkan ke dalam keranjang baju kotor. Pikirannya kembali mengingat pantulan dirinya di depan cermin saat mengenakan baju haram yang tidak begitu haram itu.

"Heh!? Baju haram!? Mana!?"

"Ada... aku beli."

"Iya! Mana fotonya!?" Dika mendesak, menahan tawa karena sikapnya itu.

"Nggak, ah... nanti kamu pangling!"

Dika menghela napas panjang. "Aku udah pangling tiap hari, Taz. Cepet mana fotonya! Mau aku pajang, nih, di kubikel!"

~~~

Fotonya mengenakan Off Shoulder Puff Sleeve hanya ada tiga. Difotokan Emi sebelum mereka pergi ke club. Saat melihat foto itu, Tazkia selalu takjub dengan dirinya sendiri. Bak Ninja yang pintar berkamuflase, Tazkia benar-benar kelihatan seperti orang gaul kebanyakan. Ia cantik di malam itu, thanks to Una yang pintar make up.

Tapi memang dasarnya Tazkia cantik. Selama ini gadis itu selalu malas mengenakan baju keren dan make up karena merasa kerjaannya cuma di studio selama 3 jam. Setelah kerja? Ya, pulang. Atau tetap di studio produksi untuk melihat staff produksi favoritnya, Stefan Gege, bekerja. Bukan ingin menjadi pick me girl, Tazkia selalu suka melihat orang yang ber-make up dan mengenakan fashion terkini. Ia hanya malas (tapi kalau diajak make up dan belanja baju selalu mau).

Foto yang akhirnya disebut sebagai foto haram itu Tazkia kirim ke Dika. Semuanya. Dadanya berdesir, ia gugup bukan main karena tidak pernah mengirimkan foto seksi kepada Dika. Mengirim foto selfie biasa saja jarang.

Dika

TAZ!
KAMU NGGAK DIGODA COWOK, KAN!?

Sudut bibir Tazkia tertarik ke atas. Ia tersenyum membaca pesan Dika dan bisa membayangkan bagaimana ekspresi pria itu setelah melihat fotonya. Pasti akan lebih lucu kalau melihatnya secara langsung. Sayang sekali, mereka harus LDR-an.

Diddler [Complete]Where stories live. Discover now