31

118 22 1
                                    

Tazkia merasa jiwanya masih melayang-layang sejak kejadian itu. Ia tidak merasa bersemangat dan hidup kembali. Bayangan Muji yang memaksa menciumnya pun masih sering berseliweran di otak--yang sering membuat Tazkia geram kepada dirinya sendiri. Kalau saja ia bisa memutar waktu kembali, maka ia akan membiarkan Muji memposting fotonya di IG pria itu.

"Taz... Tazkiaaaa..."

"Ya, Ge?" Tazkia menyahut lirih. Kedua matanya masih memandang ujung sepatu, tidak balas menatap Stefan Gege, tim produksi radio yang tengah mengerutkan dahi menatapnya heran dari balik komputer.

"Kamu teh kenapa?" Tanya Stefan Gege khawatir.

Napas Tazkia terhela panjang. "Nggak apa-apa, Ge."

"Masa? Kamu capek? Mau resign?"

Buru-buru Tazkia menggelengkan kepala. Ia juga menggerakkan kedua tangannya di udara. Ia tidak pernah punya pikiran untuk berhenti kerja. Sekarang ia hanya lelah dengan pikirannya sendiri yang belum bisa melupakan kejadian di pagi itu. Dan ia pun tidak bisa menceritakannya kepada siapa-siapa. Bahkan kepada Una dan Emi yang ia yakin sudah tahu dari Juna.

"Ge... pernah kesel sama diri sendiri nggak?"

"Oh... kamu lagi kesel sama diri sendiri?" Tanya Stefan Gege balik yang langsung disambut anggukan kikuk Tazkia.

"Kinda? Kayak... ada orang yang ngelakuin sesuatu yang salah ke aku. Tapi, aku juga salah karena udah bikin hal itu kejadian. Paham nggak, sih, Ge?"

"Gimana?" Kali ini perhatian Stefan Gege sepenuhnya diberikan kepada Tazkia. Ia sampai menggeser kursi agar bisa melihat Tazkia lebih jelas dari balik meja kerjanya yang dipenuhi oleh peralatan produksi.

Tazkia menarik napas panjang, lalu menjelaskan maksudnya. "Jadi, ada seseorang nih, Ge. Dia ngajakin aku jalan, pas di tengah jalan dia ngelakuin sesuatu yang bikin aku marah. Kesalahannya gedeee banget ampe bikin aku trauma. Aku marah... tapi di satu sisi aku juga sadar kalau aku juga salah udah ngeiyain ajakan jalannya dia."

"Salahnya gimana dulu? Dia nabrak orang?"

"Nggak, Ge!" Tazkia berseru cepat. "Apa, ya?"

"Apa hayo..."

"Hmm... ya gitu, deh, Ge. Anggap aja kesalahan gede yang bikin aku marah banget ampe nggak mau ketemu dia lagi." Kata Tazkia sedikit kebingungan.

Stefan Gege berdehem. Pria itu menggaruk kepalanya lalu kembali memfokuskan mata ke depan komputer. Terdengar suara ketukan mouse yang menandakan kalau pria berkacamata tebal itu melanjutkan pekerjaannya.

"Normal kalau orang ngelakuin kesalahan, Taz. Kamu boleh marah tapi jangan nyalahin siapa-siapa. Cukup lihat, di depan sana orang itu ngelakuin kesalahan yang sama lagi atau nggak. Kalau fokus kamu cuma perkara siapa salah siapa benar nggak bakal ada habisnya." Jelas Stefan Gege bijak, mendiamkan pikiran Tazkia yang masih ruwet. Meski begitu, jawaban Stefan Gege tidak memberikan ketenangan bagi Tazkia. Ia masih tidak suka dengan perlakuan Muji saat itu.

Dan sayangnya ia tidak bisa memberitahu Stefan Gege soal permasalahan apa yang terjadi. Entah mengapa Tazkia yakin, kalau Stefan Gege tahu faktanya, pria itu mungkin saja ikut murka.

"Kalau menurut kamu masalahnya besar dan bikin kecewa, ya sudah. Jangan ketemu lagi. Tapi jangan lupa maafin orang, Taz. Tuhan aja Maha Pemaaf, masa kamu yang manusia nggak?"

~~~

Bunyi silinder kunci yang terputar membuat Tazkia menghela napas lega. Akhirnya selesai juga pekerjaannya hari ini dan betapa Tazkia merindukan kasur karena hanya tempat itu ia bisa berpikir dengan tenang. Tapi kelegaan itu segera pupus saat pintu kamar Una tiba-tiba terbuka lebar oleh dua manusia yang berlari menghampirinya. Bahkan salah satunya sudah memeluk Tazkia dengan erat.

"Tazkiaaaaaa kangeeennnn!!" Seru Emi manja, melingkarkan tangannya di leher Tazkia.

"Iyaaa... kangen juga." Ujar Tazkia pelan. Senyumnya tersungging kecil walau ia merasa belum siap bertemu dengan dua sahabatnya itu.

"Gue tahu lu capek, Taz. Tapi kita nggak bisa diem nunggu lu ngomong." Kata Una sambil bersidekap di belakang Emi. Gadis itu lalu menggerakkan dagu ke arah kamar Tazkia. "Ngobrolnya di kamar lu, ya."

Tazkia menyanggupi, menahan napas yang ingin terhela panjang. Ia lalu membuka pintu, mempersilahkan kedua temannya masuk ke dalam ruangan yang cukup berantakan itu. Una masuk paling akhir karena ia harus menutup pintu kamarnya. Gadis itu mendecakkan lidah saat melihat kesemrawutan kamar Tazkia yang tidak pernah dilihatnya. Ya, ini pertama kalinya Una melihat kamar Tazkia berantakan.

"Sorry berantakan. Gue belum punya waktu buat beresin." Kata Tazkia sedikit malu sambil membuka jaket parasutnya dan meletakkan ke gantungan baju.

"Bodo amat, Taz." Sahut Una yang sudah duduk di atas karpet bersisian dengan Emi.

"Kamu belum liat kamar aku aja." Kata Emi sambil terkekeh. "Ini mah masih oke."

"Ya... lu mah nggak usah ditanya." Ujar Una sambil mendorong bahu Emi pelan.

Senyum tipis Tazkia terpampang di wajah. Ia memandang kedua sahabatnya dengan perasaan yang lebih baik. Ia juga rindu berinteraksi dengan Una dan Emi tapi hatinya masih belum siap membicarakan permasalahannya dengan Muji yang sudah terjadi beberapa hari yang lalu.

"Taz? Mau J.co nggak? Kayaknya nggak afdol ngobrol tanpa cemilan." Celetuk Emi tiba-tiba, gadis itu memperlihatkan susunan giginya yang putih membuat Tazkia ikut tersenyum melihatnya.

"Deliv makanan yang banyak, yuk! Gue pengen Ayam geprek, dah." Sahut Una sambil membuka ponselnya, melihat menu makanan dalam sebuah aplikasi food delivery.

"Seblak hayu?"

"Nggak, ah! Gue mau Ayam!" Seru Una tidak mengindahkan ajakan Emi yang juga sudah membuka aplikasi di ponselnya.

Napas Tazkia pun terhela panjang. Ia tidak mampu menyembunyikan senyum melihat Una dan Emi yang tidak pernah berubah dalam situasi apa pun. Ia jadi ikut membuka ponsel, melihat menu makanan dalam satu aplikasi karena tiba-tiba jadi ikut lapar.

"Beli Mango Sundae-nya Mixue gimana? Terus beli Pizza tapi yang pinggiran keju. Sama mau Choco Puff PHD juga." Kata Tazkia tiba-tiba.

Una dan Emi selama beberapa saat terdiam. Keduanya mengerjapkan mata, menatap Tazkia speechless.

"HAYUK! APA AJA YANG KAMU MAU TAZZ!!"

"YUK PESAN MIXUE SAMA PHD! CEPAT MI!!"




Don't forget to like and comment yaa kalau suka ^^

Diddler [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang