16

166 27 8
                                    

"Gara-gara kemarin aku jadi inget Sayembara Tita." Dika berkata sebelum mengunyah batagor Cuanki di dalam mulutnya. "Jangan-jangan orang itu beneran nyari Tita buat ikut sayembara, ya?"

 "Jangan-jangan orang itu beneran nyari Tita buat ikut sayembara, ya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bakso di dalam mulut Tazkia hampir keluar. Ia terbatuk kecil, cepat meraih botol air mineral dan meneguk isinya hingga sisa setengah. "Sayembara Tita!?"

Dika menganggukkan kepala. Ia tidak peduli dengan keramaian yang ada Warung Cuanki Serayu dan tetap mengajak Tazkia berbicara sambil makan meski diperhatikan orang yang ingin duduk untuk makan di warung bernuansa warna hijau-kuning itu. Sudah tidak heran melihat warung itu ramai dengan pembeli. Cuanki Serayu menjadi salah satu tempat makan yang wajib didatangi di Kota Bandung sampai saat ini.

"Kemarin kamu disangka Tita, kan?"

Tazkia mengangguk kikuk.

"Nah! Kemarin sempat rame, tuh, di internet soal Sayembara Tita. Katanya ada influencer nyari orang namanya Tita, kalau ada orang yang kenal, dia bakal ngasih satu juta, Taz! Orang Bandung katanya. Kamu tahu, nggak?"

Nafsu makan Tazkia tiba-tiba hilang padahal masih ada batagor dan beberapa bakso di dalam mangkuknya. Gadis itu akhirnya mengangguk lagi. "Iya, tahu."

"Bisa jadi, kan? Orang kemarin itu nyari Tita buat dapetin satu juta?" Asumsi Dika membuat Tazkia menggulum senyum tipis.

"Hahaha gila aja, Dik! Tapi, ya, urusan dia kali."

"Apa aku ikutan juga, ya? Lumayan sejuta." Kata Dika disambut tepukan pelan pada lengan pria itu yang pelakunya siapa lagi kalau bukan Tazkia.

"Ngasal!" Seru Tazkia sambil memicingkan mata hingga membuat Dika tertawa renyah.

Karena kondisi warung makin ramai, Dika pun kembali melanjutkan kegiatan makannya. Ia sudah lama tidak ke Cuanki Serayu. Meski kadang lebih suka jajan Cuanki dari Penjual Cuanki Keliling di Komplek rumahnya, ia tetap ingin makan di sana sebelum kembali ke Jakarta esok.

"Kamu nggak mau lagi, Taz?" Dika bertanya heran saat Tazkia mendorong mangkuk Cuanki ke arahnya.

Tazkia mengangguk. Nafsu makannya benar-benar hilang sekarang.

"Habisin, ya?"

"Nggak mau."

"Dika..."

"Sun dulu." Kata Dika jahil membuat Tazkia menarik mangkuknya kembali. Dika tertawa, ia meraih mangkuk Tazkia, lalu menepuk puncak kepala gadis itu pelan. "Becanda, Cantik. Ini aku abisin, ya."

Bibir Tazkia yang sempat mengerucut akhirnya kembali seperti semula. Bahkan ia tidak bisa menyembunyikan senyum saat Dika menyebut kata 'Cantik' untuknya.

"Besok balik ke Jakarta jam berapa, Dik?"

"Jam 4 pagi biar bisa langsung ngantor. Kakak Ipar aku bakal nganterin ke Pool travel." Jawab Dika di sela kegiatan makannya.

Diddler [Complete]Where stories live. Discover now