20

168 29 3
                                    

"Pegang pinggang aku, Tit!"

Tazkia mengerutkan kening. Di depannya, Muji mengendarai motornya dengan perlahan membelah jalanan Kota Bandung yang sudah mulai sepi di malam hari. Pria itu merengek ingin mengembalikan ELF Bar-nya, merengek ingin membonceng Tazkia ke rumahnya yang berada di kawasan Buah Batu yang cukup jauh ditempuh dari Cihanjuang. Karena tidak mau menjadi objek perhatian manusia di tempat parkir Coffee Shop itu, akhirnya Tazkia menyanggupi meski rasanya ia ingin menendang Muji jauh-jauh dari hidupnya.

"Ogah!!"

"Aku mau bawa kencang, nih!"

"Ya, silahkan!" Seru Tazkia di balik helmnya. Selain heran dengan sikap Muji yang ajaib, ia juga tidak paham mengapa pria itu mengganti panggilan lu-gue yang sempat terucap di bibirnya saat mereka berseteru menjadi aku-kamu.

Muji tidak membalas dan benar-benar membawa motornya dengan cukup kencang. Tazkia berusaha tenang walau jantungnya berdegup kencang. Lagipula ia masih bisa memegang handle di belakang jok.

Di Coffee Shop yang ternyata milik Kakak Salif itu, mereka benar-benar menyelesaikan permasalahan Sayembara Tita dibantu Juna. Caranya adalah memotret tangan Muji dan Tazkia yang saling bersalaman. Ditambah video singkat pengakuan Tazkia kalau dirinya adalah Tita. Video tanpa wajah Tazkia dengan suara yang dibuat secentil mungkin. Untung saja Tazkia bisa mengubah suaranya dengan mudah.

"Kamu lapar nggak?" Tiba-tiba Muji berseru dari balik helm yang ia pinjam dari Salif.

"Nggak!" Balas Tazkia cepat. Sekarang dipikirannya hanya ingin cepat pulang apalagi kawasan kosannya cukup jauh dari Buah Batu.

Lalu Muji tidak berseru kembali dan motor berjalan normal. Tazkia diam, ia daritadi menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan pria itu. Sejak bertemu dengan Muji kedua kalinya, Tazkia benar-benar merasa ilfeel. Bayangan tentang Muji yang keren, yang ia lihat dari potongan video saat pria itu siaran pupus sudah.

"Aku mau makan dulu!" Seru Muji saat mereka sudah berada di jalan Buah Batu. Tazkia ingin protes tapi motornya sudah menepi ke depan gedung pertokoan yang tutup, mendekati food truck tua yang tidak terlihat keren sama sekali.

Tazkia mengerutkan dahi. Di sekeliling Food Truck itu ada bangku dan meja plastik yang tersusun seadanya. Tidak begitu banyak orang di sana. 'Warung' itu pun tidak tampak di mata kalau hanya dilihat sekilas karena tidak ada penerangan sama sekali.

"Makan apa?" Tanya Tazkia sambil menaruh helmnya di kaca spion.

"Mie." Jawab Muji dengan senyum tergulum. "Ayo!" Serunya dan berjalan mendekati food truck itu. Tazkia mengekor di belakang.

Rasa gondok gadis itu sudah hilang tergantikan rasa penasaran. Ia tidak tahu kalau setiap malam di Jalan Buah Batu ada Food Truck tua yang berjualan makanan, padahal dulu saat masih kuliah ia sering melewati jalan itu.

"A! Apa kabar!?"

Tazkia memperhatikan Muji dengan seorang pria bersarung yang tengah duduk di dalam Food Truck. Keduanya bersalaman, saling melempar tanya seperti kawan lama yang baru bertemu. Tazkia sedikit tergugah dengan kondisi food truck yang tampak seperti dapur warkop--kompor gas, ceret juga pan aluminium ada di sana. Tidak jauh dari 'dapur', ada kasur yang sepertinya digunakan sang empunumya untuk tidur.

"Itu saha, Mu? Pacar?" Tanya pria itu sembari menggerakkan dagu ke arah Tazkia yang langsung menggelengkan kepala.

"Teman, A!"

"Ooh... temen apa temen?" Goda si Aa, menyikut Muji yang tersenyum tipis.

"Mau Indomie Kuah kayak biasa ya, A." Kata Muji mengubah topik. Tadi di Coffee Shop ia tidak sempat makan karena terlalu sibuk mengurusi Sayembara Tita, dan sekarang rasa lapar menyerangnya.

Diddler [Complete]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt