51

126 25 0
                                    

Radio tempat Tazkia bekerja kelihatan lengang saat Muji sampai. Seperti biasa, kedua bola mata Tazkia terbelalak begitu melihat ia berdiri di depan kaca yang membatasi studio siaran dengan ruang tamu. Sambil tersenyum, Muji melambaikan tangannya ke arah Tazkia yang sedang membereskan barangnya ke dalam tas, bersiap pulang ke kosan setelah bekerja. Muji juga melambaikan tangan pada Fani yang tengah duduk di depan meja siaran.

"Ngapain, Mu?" Tanya Tazkia begitu keluar dari studio. Gadis itu memegang helm dan kunci motor, jaket parasut berwarna cokelat sudah ia kenakan, menutupi kaos abu-abunya.

"Jemput kamu."

"Ke mana!?" Suara Tazkia serak dan gadis itu terbatuk sedikit untuk membuat tenggorokannya lebih baik

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Ke mana!?" Suara Tazkia serak dan gadis itu terbatuk sedikit untuk membuat tenggorokannya lebih baik.

"Kamu sakit?" Tanya Muji khawatir. Ia memegang bahu Tazkia dengan cukup kuat, menatap Tazkia dari jarak yang cukup dekat sampai gadis itu terperangah dan mundur selangkah.

"N-nggak. Serak aja... abis nangis semalam."

Hembusan napas Muji mengenai pipi Tazkia. Pria itu meremas bahunya, lalu menepuk-nepuknya pelan. "Temani aku nonton, mau?"

"Nggak, Mu. Aku ma--"

"Sekali aja... hari ini doang. Please?"

Tazkia sudah punya ribuan alasan untuk menolak ajakan Muji tapi ia tahu, perangai pria itu tidak akan mendengarkan alasannya. Muji keras kepala dan ia akan mencoba berbagai cara untuk merealisasikan tujuannya. Karena tidak ingin berdebat dan menimbulkan adegan pertikaian di radio, akhirnya Tazkia mengangguk lemah. "Aku pakai motor aja, ya."

"Nggak." Sergah Muji cepat. "Motornya tinggal di kantor, besok aku anter ke radio."

"Mu..."

"Nggak, Taz." Muji bersikukuh. Ia meraih helm Tazkia lalu berjalan ke resepsionis untuk bertemu seorang perempuan yang tengah menjaga dan menitipkan helm Tazkia di sana.

"Mu, kamu tahu, kan, aku lagi nggak baik--"

"Tahu. Makanya aku mau ketemu sama kamu." Potong Muji sambil tersenyum tipis. Pria itu meraih tangan Tazkia dan menariknya keluar gedung radio.

"Mu, kamu tahu, kan, aku masih sayang sama Dika?"

"Tahu." Jawab Muji dengan rahang mengeras. Ia tidak suka dengan pertanyaan retoris itu tapi tetap berusaha menjaga hatinya untuk kuat. "Tapi aku bakal terus usaha, Taz. Aku pengen buktiin ke kamu kalau aku lebih baik daripada mantan kamu."

"Mu,"

Muji menggeleng saat Tazkia ingin melemparkan pernyataan lain. Pria itu menyuruh Tazkia diam dan masuk ke dalam kursi penumpang begitu pintu mobil sudah ia buka.

"Hari ini Salif syuting di PVJ. Sebelum nonton aku mau kamu lihat apa yang Dika lakuin sebenarnya." Kata Muji sebelum menutup pintu, membuat jantung Tazkia berdegup kencang. Dadanya kembali terasa sesak dan Tazkia sadar, ia takut dengan masa depan yang akan ia lihat sebentar lagi.

Diddler [Complete]Onde histórias criam vida. Descubra agora