42

119 25 4
                                    

Sebuah suasana yang agak awkward dirasakan Tazkia begitu ia dan Muji sampai di Cafè Yip Hauz yang terletak tepat berhadapan dengan Hotel Mercure Bandung. Cafè itu berada di sisi jalan Lengkong Besar, terhimpit bangunan toko yang tidak begitu tampak kalau dilihat sekilas oleh mata. Saat melihat Cafè itu, selama beberapa saat Tazkia takjub. Dari luar, design cafè itu terlihat cukup tua dan saat masuk suasana retro pun menyambutnya.

Tazkia suka dengan Cafè itu. Tidak banyak orang, lantai kubik hitam putih, pelayan yang ramah juga rooftop yang asri.

Sayangnya ia ke Cafè dengan Muji, tidak dengan orang yang ia suka. Sehingga rasa takjubnya hilang, tergantikan rasa kikuk saat melihat Una menyapanya di kursi panjang yang ada di rooftop. Sahabatnya itu duduk di membelakangi bangunan hotel di seberang cafè, tersenyum riang begitu melihatnya menapaki tangga terakhir. Tidak lama, Juna pun membalikkan kepala, menyapanya dengan senyum hangat.

"Lu abis siaran kan, Taz?" Tanya Una dengan dua bola mata membesar. Gadis itu kelihatan cukup bersemangat dan Tazkia yakin itu karena kehadiran Juna.

"Iya."

"Dijemput Muji?"

Tazkia menganggukkan kepala, melirik Muji di sisinya yang sudah tersenyum lebar hingga gigi taringnya tampak. Muji kelihatan manis, Tazkia akui itu.

"Nggak sengaja lewat Jalan Peta, pas dengerin Tazkia siaran. Yaudah, daripada Una sendirian, mending gue ajak Tazkia, kan?"

"Iya, sengaja." Ujar Juna yang lengannya segera disikut oleh Una.

" Ujar Juna yang lengannya segera disikut oleh Una

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Kamu udah pesen makan?"

Tazkia menggeleng. Ia tidak berniat makan malam, hanya tertarik pada Gelato yang terpajang di dekat kasir. Memilih rasa Coconut dan Triple Choco yang diharapkannya bisa menjadi kombo rasa yang enak. Beberapa kali Muji pun memaksa Tazkia untuk memesan makanan berat atau sekadar cemilan berupa kentang goreng atau waffle yang ditolak gadis itu dengan tegas. Sedangkan Muji memesan sebuah kopi, air mineral dan Mie Tektek untuk mengisi perutnya yang kelaparan.

"Gue nggak tahu ada Cafè di jalan ini." Ujar Tazkia sambil mendongak, memperhatikan lampu tumblr yang terpasang di atas mereka, yang membuat rooftop itu jadi tampak aesthetic--dan design Yip Hauz memang sudah cukup aesthetic.

"Right? Gue juga kaget." Kata Una menjentikkan jarinya.

"Thanks to Muji." Juna menunjuk Muji yang tersenyum malu karena sudah menjadi objek perhatian beberapa mata di dekatnya. "Dia yang dapat Cafè ini setelah berkunjung ke bangunan di belakang gue."

Telunjuk Juna merujuk pada Hotel Mercure di belakangnya. Muji langsung menepuk lengan Juna, pria itu sudah mengeksposnya. Tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak karena yakin Una dan Tazkia sudah tahu tabiatnya--apalagi mereka bertemu di Bar pertama kali, juga kejadian Tazkia yang tidak ingin diulanginya kembali.

Dan fakta itu benar. Muji bisa tahu Cafè Yiz Hauz setelah menghabiskan One Night Stand dengan seorang perempuan yang ditemuinya di Bar setahun yang lalu. Begitu check out dari Mercure, ia tidak sengaja melihat Yiz Hauz dan memutuskan untuk sarapan di sana.

Diddler [Complete]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن