Bukan Nabila tidak mau berusaha untuk mencari tahu. Nabila sudah mencoba segala cara untuk setidaknya mendapatkan informasi tentang Dirta dan keluarganya. Dimulai dari mendatangi rumah Dirta sampai mencari kontak teman-teman SMA-nya. Namun, semua itu belum ada yang membuahkan hasil. Rumah yang dulunya bersebelahan dengan rumah Nabila, kini sudah tak berpenghuni lagi. Bangunannya memang masih tampak sama, tetapi suasananya sudah jauh berbeda.

"Aku besok udah mulai kuliah, Ta. Akhirnya setelah istirahat sambil mulihin kondisi aku, aku bisa masuk dunia perkuliahan. Aku dulu selalu berharap bisa kuliah bareng-bareng kamu, tapi ternyata semesta jahat banget sama kita. Kenapa semesta tega misahin kita berdua, Ta?"

Pertanyaan sama yang selalu menjadi momok untuk Nabila. Kenapa harus berakhir seperti ini? Kenapa Tuhan mengambil salah satu bagian terpenting dalam hidupnya? Dosa apa yang ia perbuat sampai-sampai Tuhan murka dan ia mendapat karma sekejam ini? Namun, semua tanya itu hanya sebuah tanya belaka tanpa adanya jawaban.

Selalu saja seperti ini. Nabila terisak-isak di sudut kamar dalam keremangan cahaya. Cairan bening itu seolah tiada habisnya meski selalu menetes tanpa kenal lelah. Kadang Nabila bangun dengan kondisi mata yang membengkak lantaran menangis sepanjang malam. Menangisi kekasihnya yang tak tahu rimbanya.

🌼🌼🌼

Hari ini akan menjadi hari pertama bagi Nabila untuk masuk ke dunia perkuliahan. Sebenarnya jika setelah menyelesaikan studinya di bangku SMA Nabila langsung mendaftarkan diri ke salah satu kampus, Nabila harusnya sudah menginjak di semester lima. Namun, keadaan yang memaksa Nabila harus rela menunda kuliahnya.

"Kalau ada yang jahatin atau bully kamu, langsung lapor Papa, ya?"

Nabila yang sedang bersiap-siap turun dari mobil menoleh ke arah papanya yang duduk di balik kemudi. "Iya, Pa. Papa gak usah terlalu khawatir, Nabila bisa jaga diri, kok."

"Nabila, Papa gak akan biarin seorang pun menyakiti kamu atau bahkan sekedar mengolok-olok kamu, jadi jangan tutupi hal sekecil apa pun dari Papa, okay?"

"Iya, Pa," jawab Nabila dengan tersenyum. "Yaudah, kalau gitu Nabila pamit. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam. Hati-hati, Kak, jangan buru-buru jalannya."

Halaman kampus dipenuhi oleh mahasiswa yang begitu heboh dengan atribut OSPEK-nya masing-masing. Pakaian serba hitam putih dan pernak-pernik lainnya menjadi pemandangan di pagi hari yang cerah itu. Nabila mengayunkan tongkatnya pelan tapi pasti. Di lehernya tergantung sebuah kertas yang indah dihiasi ukiran namanya.

Nabila Anastasya
Sastra Inggris
(Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya)

Nabila AnastasyaSastra Inggris(Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya)

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Di hari perdananya ini, Nabila belum memiliki seorang teman. Ia sudah kehilangan kontak dengan teman-temannya dulu dan itu artinya Nabila kini harus menghadapi dunia perkuliahannya seorang diri. Berharap di hari pertamanya ini ia akan mendapat teman baru.

DisabiloveOnde histórias criam vida. Descubra agora