"Doyoung..."
Segera Taeil pun menyusul Doyoung yang pergi, tapi tiba tiba Doyoung menghilang begitu saja dan ia coba pergi ke kamarnya siapa tahu Doyoung ada disana tapi ternyata kamarnya rapih tidak ada siapa siapa lalu mencoba membuka kamar Yangyang dan hasilnya sama tidak ada siapa siapa dan tujuan terakhirnya adalah kamar Doyoung sendiri
Ia pun membuka pintu kamar Doyoung dan benar saja terlihat Doyoung yang tengah berdiri di balkon dengan perlahan ia pun menutup pintunya dan berjalan mengendap endap
Grep!
"Aku kira kau menghilang" ucap Taeil sambil memeluk tubuh Doyoung dari belakang
Merasa Doyoung tidak merespon apapun ia sedikit bingung lalu melepaskan pelukannya dan beralih membalikkan tubuh doyoung
"Doyoungie..."
Taeil sedikit terkejut ketika melihat mata Doyoung sembab dan merah
"Apa yang terjadi??" tanyanya mulai merasa cemas
Doyoung menggelengkan kepalanya lalu mengusap matanya menggunakan lengan kemejanya
"Ah tidak hyung tidak apa apa, aku baik baik saja" ucapnya
"Wajahmu tidak memperlihatkan baik baik saja, apa yang terjadi? Duduklah" ucap Taeil sambil mendudukkan Doyoung
Ia pun berlutut di hadapan Doyoung dan menangkup wajahnya menatap mata Doyoung yang merah dan sembab itu
"Bisa beritahu aku apa yang terjadi? Tanyanya
Doyoung menunduk lalu terdengar isakan kecil yang keluar dari mulutnya, Taeil semakin bertambah cemas pasalnya saat mereka di hotel tadi Doyoung terlihat baik baik saja bahkan dia terlihat bahagia
"Doyoungie...jangan menangis, ceritakan padaku kenapa kau menangis?" ucap Taeil dengan suara lembutnya
Doyoung menatap Taeil dengan bibirnya yang bergetar menahan isakannya keluar "M-maafkan aku..."
"Maafkan aku hyung, tidak seharusnya aku seperti ini hehe..." ucap Doyoung sambil mengelap air matanya
Taeil menatap Doyoung cemas, Doyoung yang melihat Taeil menatapnya seperti itu kembali terdiam lalu menunduk
"K-kemarin ulangtahun...mu" ucapnya berhenti lalu menatap Taeil
"Kenapa kau tidak memberitahu ku hiks...kau sengaja menepatkan tanggal pernikahan dan kau tidak memberitahuku kalau kemarin ulangtahun mu hiks..."
Taeil sedikit terkejut lalu sudut bibirnya terangkat, ternyata yang membuat istrinya sendu seperti hanya karena tidak tahu bahwa kemarin adalah hari ulangtahunnya
"Dengan cara mu seperti ini membuatku sakit hiks...aku jadi berpikir aku adalah istri terburuk yang tidak tahu tanggal lahir suaminya hiks..." ucap Doyoung
"Shhh... jangan berkata seperti itu, iya iya aku minta maaf ini salahku...jangan bilang kau buruk, kau adalah orang terbaik di hidupku, ya aku memang sengaja tidak bilang, bahkan orang orang pun tidak tahu jika kemarin aku ulangtahun" ucap Taeil
Taeil tersenyum lalu menangkup wajah Doyoung "Kemarin adalah hari pernikahan kita sekaligus hari ulangtahun ku, tanpa kau sadari kau sudah memberiku hadiah yang sangat berharga"
"Hadiah paling berharga dihidupku, hadiah yang tidak akan pernah aku berikan pada orang lain, hanya aku saja yang berhak memilikinya...." ucapnya
"Apa itu?" tanya Doyoung padanya
"Tentu saja dirimu, hadiah yang paling terbaik di hidupku" ucapnya
Doyoung terdiam sejenak lalu sudut bibirnya terangkat dan akhirnya berubah menjadi senyuman lalu ia pun berdiri membuat Taeil reflek ikut berdiri
"Aku juga punya sesuatu untukmu" ucap Doyoung sambil mendudukkan Taeil
Taeil hanya menatap Doyoung yang pergi dan membuka laci meja mengambil sesuatu dari dalam sana lalu kembali lagi ke hadapannya
"Ini..." ucap Doyoung sambil menyodorkan sebuah kotak berwarna biru tua dengan pinta silver di atasnya
Taeil menatap Doyoung bingung "Apa itu?" tanyanya
Doyoung tersenyum lalu menarik tanan Taeil agar kotaknya di pegang oleh Taeil "Bukalah" ucapnya
Karena ia juga penasaran dengan isi kotak yang di berikan Doyoung ia pun segera membukanya dengan perlahan dan melihat sebuah kalung berwarna silver disana
"Aku tidak tahu harus memberi mu apa, jadi aku berikan itu sebagai gantinya walaupun itu tidak mahal tapi Appa yang membuatkannya untukku dan sekarang aku akan berikan ini kepadamu..." ucap Doyoung
Taeil menatap Doyoung tidak percaya "Ini buatan Appa mu sendiri?" tanyanya kepada Doyoung yang mengangguk
"Biar aku pakaikan" ucap Doyoung lalu mengambil kalung itu dari dalam kotak dan melepaskan kaitannya lalu memasangkannya pada leher Taeil
Doyoung tersenyum senang saat kalungnya sangat cocok dengan Taeil, terlihat lebih classic jika di gunakan oleh orang yang seperti suaminya itu, kalung yang tidak mungkin dijual itu terlihat seperti kalung yang mahal jika Taeil yang memakainya
"Bagaimana?" tanya Taeil penasaran karena ekspresi Doyoung
"Kau sangat keren hyung..." balasnya sambil merapihkan rambut Taeil yang sedikit berantakan
"Kalung ini hanya kalung Tua yang Appa bikin sebagai hadiah ulangtahunku dulu, Tapi ternyata jika kau yang memakainya sudah seperti kalung mahal hahaha...." lanjutnya
Taeil tersenyum "Terimakasih banyak, aku akan selalu memakainya untuk menghargai Ayah mu dengan begini kau juga bisa mengenang ayahmu bukan?"
Doyoung mengangguk sambil tersenyum "Selamat ulangtahun Hyung..." ucapnya lalu mencium pipi Taeil
Taeil tersenyum menatap Doyoung, ia pun berdiri lalu tangannya menarik tubuh Doyoung sampai menempel di permukaan dadanya benar benar sangat rapat
"Besok kita akan pergi bersama, kita rayakan ini bersama eomma...kau ingin kemana?" tanya Taeil padanya
Doyoung melingkarkan tangannya di leher Taeil, bibirnya mempout sedang berpikir
"Ayo makan hot pot..." ucapnya
Taeil terkekeh tangannya mencubit gemas hidung Doyoung "Matamu jadi sembam seperti ini, jangan menangis lagi aku tidak suka melihat mu menangis..."
"Kenapa aku tidak boleh menangis? Ini juga karena mu hyung!" balas Doyoung padanya
"Aku tahu...tapi matamu yang indah akan terhalangi dengan kantung mu yang sembab, aku tidak bisa melihat duniaku jika seperti ini" ucap Taeil sambil mengusap mata Doyoung
Doyoung tersenyum tanpa berkata apapun ia langsuny mengecup bibir Taeil membuat sang empu terdiam, lalu ia pun memeluknya
"Aku mencintaimu hyung..." ucapnya membuat Taeil tersenyum lalu memeluk tubuhnya yang ramping itu
"Aku juga mencintaimu lebih dari apapun" ucap Taeil
………………
"Oppa bunda dengan Papah sedang apa?" tanya Winter pada Yangyang
Yangyang menoleh pada Winter, ya mereka berdua tadi baru saja kembali dari kamar Doyoung, niatnya mereka ingin mengajak Doyoung dengan Taeil makan Cake bersama. Tapi mereka malah melihat Taeil dengan Doyoung berpelukan dan menempelkam bibir, Yangyang pun tidak mengerti apa yang di lakukan Bunda dengan Papahnya itu
"Tidak tahu, nanti kita tanyakan pada Hendery hyung saja..." balas Yangyang lalu kembali memakan kentang gorengnya lagi
Winter menggaruk pipinya "Kenapa tidak tanya Bunda saja oppa? Bunda pasti tahu..."
"Tidak winter, nanti kita ketahuan sudah mengintip mereka, nanti saja jika kita bermain dengan Haechan dan Hendery hyung kita tanyakan saja, Hendery hyung tahu segalanya..." ucap Yangyang
Winter mengangguk angguk setuju, tapi haruskan Papahnya itu mengigit bibir Bundanya???
To be continued...
Siap siap ya guys🤪
YOU ARE READING
[END] I Want Perfect Family | ILYOUNG
Fanfiction[END] [BxB] [MATURE] [MPREG] Kisah seorang anak yang mengharapkan ayahnya mendapatkan pengganti ibunya yang sudah tiada, tapi ia lebih mengharapkan gurunya yang menjadi pasangan untuk papahnya, akankah harapan Yangyang terkabulkan? [12112020] ©yora...