🔅 11

7.8K 1.4K 252
                                    

Setelah mengabaikan kegaduhan di rumah Taeil lebih memilih untuk pergi mengantarkan Yangyang ke sekolah lebih cepat daripada harus berada di rumah lebih lama, bahkan rasanya ingin sekali ia membawa Yangyang dan Suster Lee pindah ke rumah yang lebih layak dan lebih memiliki privasi tapi banyak kenangan yang membuatnya terus memundurkan rencananya dan berakhir tetap bertahan disana.

"Ingin di antar kedalam?" Tanya Taeil pada Yangyang seraya membukakan pintu mobilnya.

Yangyang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum simpul "Tidak Papah aku bisa masuk sendiri" Ucapnya seraya menatap beberapa orangtua yang memperhatikannya, karena merasa tidak nyaman dan takut ayahnya akan menjadi pembicaraan lagi ia pun langsung melenggang masuk meninggalkan Taeil.

Melihat anaknya yang sudah berjalan jauh ia pun kembali memasuki mobilnya dan menatap para orangtua yang sedari tadi memperhatikannya "Selamat pagi" Ucapnya lalu menjalankan mobilnya.

Setelah beberapa kilo meter dari daerah sekolah Taeil menepikan mobilnya karena handphonennya terus berdering merasa sepertinya itu panggilan yang penting ia langsung mengangkatnya "Yeoboseyo? Ya bagaimana Tuan Choi?"

"Mungkin kita akan bertemu di hari kamis nanti, untuk lokasinya akan aku kirimkan"

"Ya begitu saja, terimakasih Tuan Choi" Taeil pun langsung mematikan handphonennya kembali dan menyalakan mobilnya kembali.

"Kau mau kemana! Jangan harap kau akan lolos hari ini bocah rendahan!"

Taeil terdiam sekejap saat melihat seorang laki laki tengah di kerubungi beberapa orang berbada besar "Sedang apa mereka?" Awalnya ia tidak ingin memikirkan dan akan melanjutkan perjalanannya menuju kantor, tapi melihat sepertinya laki laki itu tengah dalam situasi mengancam ia memilih untuk mematikan kembali mobilnya dan keluar untuk menghampiri laki laki itu.

"Ti-tidak maafkan aku Tuan, tolong beri aku kesempatan lagi ibuku belum sembuh dan aku masih harus mencari pengganti uangnya kumohon, beri aku sedikit waktu lagi aku janji akan melunasinya"

"Kau pikir dengan alasan ibu mu yang lemah itu aku akan luluh lagi? aku tidak peduli ibu mu sembuh atau tidak! aku hanya ingin kau bayar uang yang kau pinjam itu! kau sudah berjanji akan membayar minggu ini bocah sialan!"

"Bukan kah itu guru yang mengajar di kelas Yangyang?" Taeil mengangkat kedua alisnya saat melihat laki laki yang tak asing di matanya itu tengah ketakutan.

Karena merasa kasihan melihat Doyoung yang sepertinya ketakutan dan ia juga cukup penasaran ia langsung menghampiri mereka dan melepas paksa tangan Doyoung yang tengah di cengkram oleh pria besar itu "Ada apa ini?" Ucapnya membuat Doyoung terkejut dengan kedatangan Taeil.

Pria besar itu menatap Taeil sinis lalu membusungkan dadanya "Siapa kau? Jangan mencoba untuk menjadi pahlawan disini"

"Pahlawan? aku disini bukan untuk menjadi pahlawan, aku mengenal laki laki ini dan kalian memiliki masalah apa dengannya sampai harus berteriak teriak disini" Ucap Taeil.

"Ha, Masa bodoh! kau pikir kau siapa? kau pemerintah disini?? jangan ikut campur! Aku hanya memiliki urusan dengannya" Ucap pria itu lalu kembali menarik tangan Doyoung namun di tahan oleh Taeil.

"Berapa yang harus dia bayar?" Ucap Taeil to the point membuat Doyoung langsung membelalakan matanya "Jangan Tuan" Ucap Doyoung seraya menggelengkan kepalanya berusaha mencegah Taeil.

Pria besar itu terkekeh remeh pada Taeil seraya menatapnya tidak yakin "Kau bertanya tentang nominalnya? haha, bahkan nominalnya jauh lebih besar dari harga jas kw mu itu Tuan sok pahlawan"

"Jika seseorang bertanya maka kau harus menjawab dengan jawaban yang inti, berapa hutangnya?" tanya kembali Taeil pada pria itu dengan wajahnya yang kini tidak berekspresi karena mulai jengah.

[END] I Want Perfect Family | ILYOUNGWhere stories live. Discover now