"Bunda ...." Dirta memanggil. Nampan yang ia bawa ditumpukan pada tangan kiri sementara tangan kanannya mencoba menguak pintu. Syukurlah, pintu itu tidak terkunci.

"Bunda, makan siang dulu. Ini Dirta udah buatin nasi goreng spesial."

Dirta menunggu dan menunggu. Tangannya masih memangku nampan. "Bunda mau Dirta suapin?"

Dirta sudah akan menyendok nasi saat mendengar suara bel pintu. Dahinya mengernyit dalam. Mengira-ngira siapa yang datang bertamu. "Dirta ke bawah dulu, Bunda."

Suara bel itu menggema di seluruh penjuru rumah. Rumah yang sedang sepi semakin memperjelas bunyinya. Dirta berjalan menuju pintu utama sebelum akhirnya membukakan pintu.

"Tante?"

"Ya ampun, keponakan tersayang Tante."

Tubuh Dirta terhuyung ke belakang saat tantenya langsung memeluk erat. Tanpa tedeng aling-aling bahkan baru sekian detik setelah keduanya bertatap muka, Dirta sudah dihujani dengan pelukan dan kecupan dari tantenya.

"Tante," panggil Dirta supaya tantenya melepaskan pelukan erat di antara mereka. "Tante apa kabar?"

"Baik, Sayang. Dirta gimana? Kakek, Nenek sama Bunda gimana kabarnya? Sehat-sehat semua, 'kan?"

"Iya, sehat, kok, Tan." Senyum simpul Dirta tunjukan untuk tantenya. "Masuk, Tan."

"Ini pada ke mana? Kok sepi banget?"

"Kakek sama Nenek lagi pergi, Bunda ada di kamar," jawab Dirta. "Oh! Tan, Tan, Dirta titip Bunda sama Tante, ya? Dirta ada urusan penting dan harus segera pergi. Titip, Bunda, ya, Tante? Sebentar aja?"

Tantenya gelagapan diberondong oleh kata-kata Dirta yang tidak terputus seperti rentetan gerbong kereta api. "Dirta mau ke mana?"

"Pergi sebentar, Tan! Bunda ada di kamar!" seru Dirta. Kakinya berlari mengambil kunci motor lalu menuju garasi rumahnya. Tanpa membuang waktu barang sedetik, Dirta segera memacu kuda besinya itu menuju ke rumah sakit terdekat.

🌼🌼🌼

Setelah mendapatkan informasi mengenai ruangan tempat pasien dirawat, kaki itu langsung berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ya, siapa lagi kalau bukan Dirta. Dengan napas tersengal, Dirta terus memacu langkahnya. Sesekali tanpa sengaja ia menyenggol orang lain yang berpapasan di lorong.

"Argh!" Rintihan itu bermula saat tanpa sengaja Dirta menabrak salah satu tiang rumah sakit. Bahunya terasa ngilu. Sakit bukan main, tapi Dirta abai dan lanjut mencari ruangan. Begitu melihat plakat nomor dan nama ruangan sesuai dengan yang disebutkan perawat tadi, Dirta segera membuka pintu di depannya.

"Dirta?" Nabila hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Bagaimana Dirta bisa berada di sini?

"H--hai," sahut Dirta. Napasnya masih tersengal dan tidak beraturan.

Nabila langsung berlari dan menghamburkan diri ke arah Dirta. "Kamu datang," lirihnya.

"Maaf, yah ...."

"Aku kira kamu gak peduli."

Dirta mencoba menarik napas dalam-dalam supaya laju pernapasannya kembali normal dan dapat berbicara tanpa terbata. "Aku khawatir. Aku panik. Aku takut. Aku peduli sama kamu, Nabila."

"Iya ...."

"Mama kenapa?"

Nabila melepaskan pelukan mereka. Ia tersenyum dengan mata menatap tepat di kedua bola mata kekasihnya itu. "Aku bakal punya adik."

Dirta jelas terkejut. "Hah?" serunya.

"Ya, kamu gak salah dengar. Aku bakal punya adik." Nabila sengaja mengulangi kalimat sebelumnya. Kali ini ada penegasan dalam cara bicaranya. "Mama hamil."

"Ya Tuhan ...."

"Yeay!" Nabila berseru bahagia. Senyuman terpatri jelas di bibirnya yang merekah. Bahkan netranya terlihat menyipit saat senyuman itu kian melebar.

Dirta kembali memeluk Nabila erat. "Selamat, Sayang, selamat," ujarnya. Cowok itu memutar tubuh mereka yang saling berpelukan layaknya saat mereka  masih kecil dulu.

Suara pintu yang terbuka menghentikan aksi saling peluk di antara keduanya. Nabila mengintip dari balik tubuh Dirta siapa yang baru saja memasuki kamar tempat di mana mamanya dirawat. Sementara di sisi lain, Dirta mengernyit dalam saat melihat sosok yang baru saja membuka pintu tersebut.

"Lo?!"

"Ta," tahan Nabila saat Dirta sudah menunjukkan tanda-tanda cari masalah.

"Ngapain anak ini di sini?"

"Lo yang sopan. Gue lebih tua dari lo."

Dirta mendecih sinis. "Oh, dan lo bangga akan hal itu? Iya?"

"Ta, Atlas yang nganterin mama ke rumah sakit," kata Nabila menengahi.

"Apa?"

"Iya, jadi pas aku keluar buat nyari bantuan aku ngeliat dia ada di depan gerbang rumah kamu terus aku minta tolong aja sama dia."

Lagi, Dirta berdecih seraya menyeringai sinis. Kalau tidak ingat sedang berada di rumah sakit, mungkin kontrol dirinya tidak akan sebaik ini. Dirta menyentak tangannya yang dipegang Nabila. "Lepas!" serunya sebelum berderap keluar ruangan. Matanya menyorot sinis saat melintas di samping Atlas.

"Dirta!" Nabila berteriak meski tidak keras karena takut mengganggu waktu istirahat para pasien. Namun, yang dipanggil tampak tak acuh dan tetap melenggang pergi. "Atlas, minta tolong tungguin mama dulu, ya? Gue harua ngejar Dirta."

🌼🌼🌼

Kepala Nabila menoleh ke kanan dan kiri. Ia sudah berada di lobi, tapi Dirta tak kunjung juga tertangkap mata. Suasana lantai satu rumah sakit yang cukup sesak membuat Nabila kehilangan jejak Dirta.

Sementara itu, Dirta kini sudah berdiri di samping motornya. Dari sini ia dia bisa melihat Nabila yang tampak celingukan toleh kanan-kiri. Biarkan. Dirta tidak berniat memanggil Nabila. Ia perlu meredakan bara yang timbul di dadanya supaya tidak salah melampiaskan.

"Maaf, Nabila."

Dipasangnya helm ke atas kepala lalu Dirta segera menyalakan motornya. Begitu motor hitam itu sudah keluar dari area rumah sakit, Dirta segera menambah kecepatan hingga hampir mencapai batas maksimal. Bagi Dirta mengebut di jalan adalah salah satu self healing terbaik. Menurutnya dengan mengebut hal itu bisa ikut menerbangkan beban yang sedang ia rasa. Pundaknya akan terasa lebih ringan setelah melakukan hal tersebut.

🌼🌼🌼

Guys, makasih banget ya yg selalu ninggalin komen. Maaf kalau gak kebales karena kadang aku buka wattpad cuma buat nyempetin update, tapi aku bacain kok komentar kalian and it works. Itu beneran jadi motivasi aku buat rajin nulis dan update cepet, jadi jangan sungkan untuk kasih komentar kalian💗

(((Yeay yg mau punya adik😍)))

See ya, velable

DisabiloveWhere stories live. Discover now