11. A Day with Pacar

Start from the beginning
                                    

Dirta mengedikkan kedua bahunya. Memang tidak tahu, lalu bagaimana? Ditanya soal cita-cita, Dirta bingung. Ia tidak tahu apa dan bagaimana tentang masa depannya.

"Ya gue percaya, sih, lo bisa jadi apa aja. Secara otak lo seencer Einstein. Tinggal pilih aja, pasti tanpa usaha cita-cita lo bisa terwujud."

"Enggak gitu juga dong, konsepnya, Sayang. Semua butuh usaha dan kerja kerasnya masing-masing. Hasil itu gak akan mungkin ada kalau tanpa usaha. Mau sejenius apa pun orangnya, kalau cuma diam aja, ya, tetep nihil."

"Gila," respon Nabila.

"Kenapa?"

"H--hah? Oh, nggak ... ini gue, mmm ... apa, ya? Argh, gue tergila-gila sama lo!" Nabila memekik keras. Namun, dengan cepat tangannya meraih bantal dan meredam pekikannya di balik benda empuk tersebut. Gila. Memang benar-benar gila. Ini, sih, namanya Nabila terDirta-Dirta, jiakh!

"Kamu kenapa makin hari makin gemesin, sih, Bil."

"Apa?!" Lagi dan lagi, suara Nabila memekik kencang. Dirta bahkan sampai menutup kedua belah telinganya. Jaga-jaga agar gendang dalam indera pendengaran tersebut tidak jebol.

"Lo manggil gue apa barusan?!"

"Nabila, lah."

"Nggak, nggak, bukan itu maksud gue."

Dirta mengernyit bingung.

"Ih, itu, loh, tadi ...." Nabila menunjuk dirinya sendiri lalu beralih menunjuk Dirta. Begitu terus sampai berulang kali. "Dirta, ih!"

"Apa, si--oh, kamu maksudnya?"

Nabila mengangguk dengan gigi yang menggigit bantal. Entahlah. Gadis itu merasa nano-nano. Campur aduk antara kaget, senang, histeris, semuanya berpadu jadi satu.

"Kenapa emangnya? Toh, kita juga udah pacaran sekarang." Dirta menarik bantal yang digigit Nabila dengan lembut. "Jangan gigitin bantal begini, sakit nanti giginya."

"Ta, ya Allah .... Ini gue udah lemes."

"Udah, gak usah lebay. Yuk, jalan. Sambil cari makan sekalian."

"Ke mana?"

Dirta mengulurkan tangannya ke depan Nabila. "Terserah kamu. Ke kafe boleh, ke mall boleh, ke warung pinggir jalanan juga boleh."

"Tapi masih gembel gini," kata Nabila. Kepalanya menunduk memindai penampilannya yang sederhana. Hanya sebuah kaos dan celana jeans pendek sementara Dirta mengenakan kaos hitam dan celana jeans panjang dengan warna senada. Namun, Dirta hanya perlu satu usaha untuk membuat penampilannya sempurna. Yaitu dengan memakai jaket denim saja sudah cukup. Lebih dari cukup malah.

"Ganti baju dulu, aku tungguin."

🌼🌼🌼

Mall menjadi tempat untuk menghabiskan waktu di antara tiga pilihan yang Dirta tawarkan tadi. Nabila bilang bahwa gadis itu ingin mencoba photo box di mana nantinya Nabila dan Dirta akan foto berdua dalam satu tempat yang telah disediakan. Biasanya nanti fotonya akan langsung jadi pada saat itu juga. Sebenarnya hampir sama konsepnya dengan foto menggunakan kamera polaroid. Hanya saja hasil photo box ini nanti gambarnya akan lebih bagus. Itu pendapat Nabila pribadi. Mungkin akan beda dengan pendapat yang lain.

Keduanya berjalan saling beriringan. Kaki remaja itu bergerak sampai membawa langkah mereka berdua pada tempat yang dimaksud.

Sebelum memulai sesi foto, Nabila memberi arahan tentang pose yang harus keduanya lakukan.

"Nanti ikutin, ya?" aba-aba Nabila. Saat ini mereka sudah siap untuk berfoto.

Pose pertama, Nabila memberi arahan untuk memanyunkan bibir dengan ibu jari dan jari telunjuk yang membentuk simbol centang di bawah dagu. Tak berselang lama, pose kedua pun dilakukan. Untuk pose yang kedua ini Nabila mengaba-aba supaya memasang wajah konyol. Ekspresi keduanya terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Berlanjut ke pose yang ketiga, Nabila mengatakan untuk berekspresi malas. Nabila sendiri memejamkan mata seolah-olah dirinya tengah mengantuk, sementara Dirta merangkulkan lengannya pada bahu gadis di sampingnya dengan sedikit ulasan senyum di bibir. Untuk pose yang terakhir Nabila membebaskan dirinya sendiri dan Dirta berekspresi. Ini antara kehabisan ide atau memang sudah begitu konsepnya yang jelas Nabila terkejut saat tiba-tiba Dirta melabuhkan bibir di pipinya. Nabila teecekat. Mendadak ia kehilangan pasokan oksigen dan jantungnya terasa berhenti sejenak sebelum akhirnya memompa dengan keras.

DisabiloveWhere stories live. Discover now