36. Old Man's Rhythm

518 41 1
                                    

TW : Kematian karakter

<...>

(Sicily, Italy)

"Kau familiar dengan tempatnya, Jim?" tanya Namjoon, menyusuri lorong dengan pencahayaan remang-remang. Sebuah rokok terselip di bibirnya, lalu ke arah yang asal meniup asapnya.

"Tidak terlalu." Mungkin Jimin sudah melupakannya. Lagipula, sudah bertahun-tahun yang lalu sejak Jimin menghampiri Namjoon di Italia.

"Ah, ini dia." Namjoon membuka pintu. Seorang pria tua yang sedang mengukir kayu sambil merokok pun terpampang di hadapan mereka. Pria itu menyerupai Gepetto, ayah dari Pinocchio. Tetapi wajahnya lebih tidak bersahabat dibanding karakter kartun itu.

"Ciao, Paolo. (Hai, Paolo.)" sapa Namjoon. Menepuk pundak pria tua itu.

"Hai portato due sconosciuti nel mio negozio, Namjoon. Sai come sono con gli sconosciuti. (Kau membawa dua orang asing ke tokoku, Namjoon. Kau tahu bagaimana aku dengan orang asing.)" Paolo berbicara, melirik ke arah Jimin dan Rose dengan tatapan tajamnya.

"Lo so, Paolo. Ma non sono estranei, sono una famiglia. (Aku tahu, Paolo. Tapi mereka bukan orang asing, mereka keluarga.)" Namjoon menjawab sebelum akhirnya duduk di hadapan lelaki tua yang dipanggil 'Paolo' tersebut.

Mereka berbincang dengan bahasa Italia. Bahasa yang mau Jimin ataupun Rose tidak mengerti. Daripada menunggu mereka, Jimin memilih untuk melihat ukiran-ukiran yang ada di sekeliling toko. Rose duduk dan memandang ke arah sebuah lukisan yang terlihat kuno. Lukisan seorang wanita dengan gaun khas Italia yang sedang meminum anggur merah dengan hiasan mangkuk penuh buah di nakas dekat sofa panjang tempat ia terduduk.

"Intéressé par la peinture, madame? (Tertarik dengan lukisan itu, nona?)" tanya seseorang dari balik tubuh Rose.

Rose berbalik untuk melihat siapa yang berbicara. Lelaki itu bukan Paolo. Jauh lebih muda beberapa tahun sepertinya, masih sehat dan bugar.

"I'm sorry but i don't speak French," jawab Rose, agak gugup. Berbicara dengan orang yang tiba-tiba muncul didekatnya sungguh membuatnya tidak nyaman.

"Ah, maaf. Aku pikir seorang perancang brilian yang menggemparkan Paris Fashion Week tahun ini bisa berbahasa Perancis," kata laki-laki itu.

"Hei, kau bisa berbahasa Korea?"

"Ya, bisa. Nama 'Park' di belakang nama perancang ternama Roseanne Park berarti kau orang Korea, 'kan?"

"Betul. Aku perancang yang lahir di Korea, tetapi Beauté Design lahir di Miami." Rose menjawab. Entah mengapa setelah lelaki itu mulai berbicara dengan bahasa Korea, ketegangan dalam diri Rose berangsur-angsur berkurang.

"Kau cukup lama memandangi lukisan itu. Paolo memenangkan lukisan itu dari sebuah lelang pada tahun 1997. Semenjak saat itu, ia tidak pernah mencopot lukisan ini dari dinding tokonya." Lelaki itu menjelaskan. Iris biru mudanya mampu membuat siapapun luluh saat menatapnya. Rose juga harus mengakui bahwa lelaki di hadapannya ini tampan sekali.

"Beri tahu aku lebih banyak tentang lukisan ini."

<...>

(Park's Mansion, Miami)

Melihat ke arah jendela membuat batin Lisa menjadi agak tenang. Hujan yang memandikan tanah, membasahi pepohonan di taman kediaman Jimin itu. Ae-Young masih bertengger di hadapan laptopnya, berdoa agar Bianca menyambungkan kembali koneksi untuk mereka melancaknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 09, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Señor - Lizkook ✔️Where stories live. Discover now