19

71 25 5
                                    

Tangisan Fatimah membangunkan Nerissa terlihat sudah pukul 05.00 Umi Zahra belum juga pulang. Nerissa berinisiatif menghubungi Umi Zahra namun ponselnya tidak aktif. Sakya ikut terbangun mendengar tangisan Fatimah 

"Kenapa ?" Tanya Sakya

"Kebangun aja, Umi belum pulang ?" Nerissa sambil bengkit menggendong Fatimah

"Belum, beliau nginap di hotel" Jelas Sakya, Nerissa hanya mengangguk dan menidurkan Fatimah

"Tidur di kamar saya aja" Perintah Sakya

Nerissa memindahkan Fatimah ke kamar Sakya, Kamar Sakya sangat sejuk dan nyaman

"Kamu perlu apa Sakya ?" Menggandong Fatimah yang tidak mau tidur 

Sakya mengacuhkan Nerissa namun ketika Nerissa ingin mengambil wudhu Sakya ingin mengambil alih fatimah

"Kalo susah itu minta tolong, bisakan ?" Ucap Sakya

Nerissa terdiam dan tidak menghiraukan kata kata Sakya. Dirinya mengambil wudhu dan melaksanakan shalat subuh, setelah selesai Nerissa kembali menggendong Fatimah

"Sini biar aku aja" Nerissa ingin mengambil alih Fatimah" Sakya segera menyerahkan Fatimah dan duduk di sofa

"kamu gimana sama Melani ?" Tanya Nerissa karena penasaran

"belum ada kabar, tapi saya tetep cinta sama dia dan nunggu dia balik" Jelas Sakya 

Nerissa hanya tersenyum tipis "Semoga lancar ya sampai hari akad"

Sakya bingung kenapa sikap Nerissa seperti sudah ikhlas melepas dirinya bersanding dengan Melani ?

"Kamu gimana sama Nabil ?" Tanya Sakya

"Aku ga sama siapa siapa, masih ingin memantaskan diri" Nerissa tersenyum menampakan kedua lesungnya, Sakya hanya mengangguk 

"Sakya maafkan aku kalo aku banyak salah sama kamu ya, semoga kamu bisa jadi suami yang baik untuk Melani. Jangan sampai terbesit dalam pikiran mu kalau aku terluka, aku hanya perlu waktu untuk mengikhlaskanmu" Jelas Nerissa

"Assalamualaikum" Ucap Umi Zahra dan Sakya mengalihkan percakapan Nerissa

"Waalaikumsalam mi, karna Umi udah dateng Nerissa boleh pamit ya mi ? karena Ayah akan jemput Nerissa sore ini" 

"Boleh sayang makasih ya maaf jadi merepotkanmu" Umi Zahra tak enak hati

"Aku pamit ya mi Assalamualaikum" Ucap Nerissa menyerahkan Fatimah dan berjalan keluar rumah

***

Nerissa kembali ke kamarnya membereskan barang barang dan berpamitan kepada seluruh santri dan ustadzah. Lia melihat Nerissa dengan air mata yang tak tertahan

"Lia kenapa kamu ?" 

Lia yang menangis langsung memeluk Nerissa "gue ga ada temen lagi dong" 

mendengar ucapan Lia, Nerissa tertawa dan berfikir bahwa ibu hamil tingkahnya sangat random

"gapapa kan ada pandu dan ustadzah yang lain, pandu aku nitip Lia ya jagain dia dan dede bayi" Ucap Nerissa hendak pergi

Nerissa menaiki mobilnya dan ketika sampai gerbang ada Sakya yang duduk di kursi rodanya"Hati-hati" 

Perasaan Nerissa bercampur antara sedih dan kecewa bahwa Sakya tetap memilih Melani. namun jika itu kebahagiaan Sakya, Nerissa akan tetap senang menerima semua kenyataan ini walaupun banyak air mata yang mengalir

***

"Nerissa apa lelaki itu yang kamu maksud ?" Tanya Ayah 

"Siapa yah ?" Tanya Nerissa

"Lelaki yang duduk di atas kursi roda itu" Jelas ayah dan Nerisa mulai mengerti kemana alur pembicaraan yang ayah maksud

"Ayah percayalah bahwa Nerissa benar-benar mencintainya tapi dia lebih memilih wanita lain. Ayah ga perlu khawatir, putri ayah ini baik baik saja" Nerissa tersenyum tulus. Namun seorang ayah tidak akan terima jikalau putrinya menangis hanya karena seorang lelaki yang tidak mencintainya

"Tak apa nak, kamu berhak bertemu dengan lelaki yang jauh lebih baik" Ayah menggenggam tangan Nerissa

"Nerissa percaya yah, Makasih ya ayah" 

Nerissa memasuki rumah dan di sambut oleh Mamah "MasyaAllah anak mamah udah pulang nih" Mamah menyambut dengan pelukan hangat

"Iya mah kangen deh" Ucap Nerissa

"Yaudah kamu istirahat ya sayang" Nerissa langsung pergi ke kamar membereskan semua barang

Ponsel Nerissa berdering menandakan ada panggilan masuk

"Assalamualaikum Nerissa gue dapet kabar besok ada Wisuda" Ucap Citra

"Waalaikumsalam MasyaAllah kangen banget udah lama ga komunikasi, kamu sehat ?" Tanya Nerissa

"Alhamdulilah, besok kita harus ketemu"

"Ah kangen bangetttt"

"Nerissa gimana lu sama Sakya ?" Tanya Citra

Deg

Nerissa menarik nafasnya dan menghembusakan "Alhamdulilah dia udah tunangan"

Citra diam merasa tidak enak pada Nerissa, Nerissa tau bahwa citra menyinggung perasaanya

"Citra kenapa ? aku baik baik aja kok tenang aja" Jelas Nerissa yang menyembunyikan segala ke hancurannya

"Gue tau, gue kenal lo dan lo ga mungkin ga sakit hati" Citra tak terima

"beneran ko aku gapapa, aku tutup dulu ya soalnya mau beres beres, makasih infonya citra sampai bertemu besok" Nerissa menutup telponnya dan tidak mau membahas perasaanya pada Sakya

***

Disisi Lain Sakya masih berusaha menghubungi Melani dan berniat untuk datang ke rumah Melani malam ini

"Sakya sebaiknya kamu bertanya dengan Melani apa masih ingin melanjutkan pernikahan ini atau tidak" Saran Umi Zahra

"Iya mi Sakya udah ada niatan malam ini ingin kerumah Melani" Jelas Sakya

"Umi temani ya nanti di antar dengan supir pondok" 

"Tidak usah mi, Sakya bisa sendiri"

"Tapi kondisi kamu masih seperti ini sayang, memang tidak akan sulit ?" 

"Sakya bisa mi lagi pula kaki Sakya sekarang sedikit sedikit sudah mulai bisa di gerakan Sakya pamit ya mi Assalamualaikum" Pamit Sakya

Perasaan gelisah Sakya memenuhi ruang hatinya, namun dia percaya bahwa Melani akan tetap memilih dirinya. Setelah sampai di depan rumah Melani, Sakya melihat ada mobil yang terparkir di halaman rumahnya yang menandakan bahwa ada tamu. Sakya menjalankan kursi rodanya dan benar saja dirinya melihat melani sedang dirangkul lelaki lain

Melani menyadari keberadaan Sakya, lelaki itupun ikut menoleh dan tanpa Sakya duga dia adalah Nabil seorang ustad di pondok yang terkenal dengan ke bijakannya dan ke shalihannya

"Sakya" Panggil Melani

Sakya masih terdiam melihat mereka, hatinya hancur "Melani saya putuskan, saya membatalkan pernikahan kita" Ucap Sakya dengan nada penuh kecewa

"Bagus lah biar lu sadar diri kalo lo ga pantes buat Melani" Bentak Nabil

"Iya memang saya yang tidak pantas bersanding dengannya, karena jodoh mencerminkan diri sendiri, kalian snagat serasi karna sama sama suka bermaksiat, selamat berenang senang ya" Sakya meninggalkan mereka dan tidak menghiraukan cacian dari Melani dan Nabil

"Astagfirullah, apa ini yang Nerissa rasakan ketika aku bersanding dengan Melani saat itu ?" Batinnya

Tak terbayang bagaimana Nerissa saat itu dan sekarang dirinya merasakan betapa sakitnya di khianati dengan orang yang kita cintai. Sakya baru sadar dan benar saja kata umi bahwa Nerissa jauh lebih baik dibanding Melani

"Ya Allah apa yang aku fikirkan" Sakya memagang kepalanya dengan penuh penyesalan karena telah meyakiti hati Nerissa




NERISSA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang