"Saya bawa Ilham dulu ya bu." Ijin Rani yang di persilahkan oleh ibunda Ilham.

Rani mendorong kursi roda Ilham untuk memasuki ruangan kemoterapi. Hesti dan Aulia mengalihkan pandangannya ke arah Rani yang mendorong kursi roda Ilham.

"Dr. Rani.... Ilham takut..." ucap Ilham takut sembari memeluk tubuh Rani yang ada di sampingnya. Rani mengelus punggung Ilham untuk memberikannya ketenangan. Hesti yang melihat itu tersenyum haru.

"Ilham sudah bisa nyaman dengan Rani, mungkin seiring berjalannya waktu dia juga akan bisa nyaman dengan Aulia." Gumam Hesti dalam hati.

"Ini Dr. Hesti hasil tesnya." Rani memberikan berkas hasil tes Ilham untuk memastikan apakah dia sudah mampu menjalani kemoterapinya. Hesti menyimak berkasnya.

"Ok. Tubuh Ilham sudah mampu untuk dikemoterapi." Ucap Hesti membuat Aulia mempersiapkan semuanya.

"Tenang Ilham.... gak disuntik kok. Paling yang disuntik infus kamu. Ya kan Dr. Hesti?" Tanya Rani pada Hesti untuk menenangkan Ilham.

Hesti menoleh dan mengangguk tersenyum tanpa berbicara apapun untuk menenangkan Ilham. Karna dia ingin memberikan kesempatan Rani untuk menenangkan Ilham.

"Ilham sekarang tiduran di sini ya." Pinta Rani menunjuk ranjang yang ada di ruangan itu.

"Sini Dr. Rani bantu." Lanjut Rani membantu Ilham berpindah dari kursi roda ke ranjang. Sedangkan Aulia sedikit bingung melihat Hesti yang sepertinya sengaja menjauh dari Ilham.

"Lo kenapa Hes?" Tanya Aulia berbisik pada Hesti.

"Kenapa apanya?" Tanya Hesti balik dengan lirih.

"Biasanya lo berinteraksi sama Ilham. Lo beri dia semangat, lo beri dia pikiran positif saat dia berpikir negatif, lo nenangin dia saat dia takut. Tapi sekarang lo justru seolah-olah membuat Rani yang melakukan itu depan Ilham." Ucap Aulia lirih hampir tak terdengar.

Aulia memang yang paling mengerti diantara tiga sahabat itu. Dia selalu mengerti saat sahabatnya memendam masalah. Dia yang paling awal ngerasain perubahan dari sahabatnya itu.

"Ya gak apa-apa. Sesekali Rani belajar dewasa yaa kan??" Bohong Hesti pada Aulia.

"Gue tau lo bohong Hes." Gumam Aulia dalam hati.

"Oohh gitu." Jawab Aulia seakan-akan dia percaya.

Kemoterapi Ilham berlangsung 3 jam dan membawa Ilham ke ruangan khusus setelah kemoterapi.

"Gak sakitkan Ilham?" Tanya Rani pada Ilham yang sudah berbaring di ranjang R. 32 Sp. Kanker.

"Gak kok Dr. Rani." Jawab Ilham lirih karna capek berjam-jam duduk.

"Aul! Aku kabari ibunda Ilham dulu ya..." ijin Hesti berbisik pada Aulia karna tidak ingin mengganggu Ilham dan Rani. Aulia menahan tangan Hesti.

"Lo gak apa-apa kan?" Tanya Aulia berbisik pada Hesti yang dijawab anggukan oleh Hesti.

"Gue tau lo cemburu Hes ngeliat kedekatan mereka (memandang Rani dan Ilham) tapi lo nutupin itu seakan-akan lo tidak apa-apa." Gumam Aulia dalam hati.

Saat di tengah perjalanan menuju R. Anak Sp. Kanker untuk menemui ibunda Ilham, Hesti melihat Lutfar yang berjalan berlawanan arah darinya.

"Haii far!!" Sapa Hesti tersenyum manis memperlihatkan gingsulnya.

"Hai Hes!" Jawab Lutfar sedikit gugup dan menunduk tidak berani menatap Hesti. Hesti mengikuti arah pandang Lutfar yang ke bawah.

"Ada apaan sih di bawah? Kok kamu lihat bawa?" Tanya Hesti bingung dengan sikap Lutfar.

"Hhmm... gak ada apa-apa. Gue permisi dulu ya Hes." Jawab Lutfar hendak meninggalkan Hesti, Hesti mulai paham kenapa sikap Lutfar seperti itu. Hesti mencegah Lutfar dengan memegang pergelangan tangan Lutfar.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Where stories live. Discover now