BAB 30 - Matchmaker

9 2 0
                                    

Orion POV

Sekarang kami sudah berada di Myeongdong, salah satu pusat perbelanjaan terkenal di Korea Selatan. Kami mengunjungi berbagai kios, mall, dan kami menikmati makan siang kami di salah satu restoran bulgogi.

Kami berputar-putar, menyinggahi banyak tempat. Bahkan aku dan Ares dipaksa Halley untuk masuk kedalam toko kosmetik. Dia bilang kosmetik disini murah tapi kualitasnya terjamin. Bahkan dia menyarankan aku dan Ares membeli beberapa.

"Muka kalian kusut banget soalnya, mending beli deh, buat skincare rutin." Ucapnya dengan nada ejekan.

Lia dan Ares terlihat sedikit akrab. Bahkan beberapa kali kulihat Lia tersenyum kecil karena perkataan Ares. Aku tentu merasa terharu melihat sahabatku itu bisa dekat kembali dengan gebetan lamanya.

Hari semakin sore dan disini semakin ramai pengunjung. Awalnya Lia kekeuh tak ingin melepaskan lengan coat Halley. Tapi, aku beralibi ingin ditemani Halley mencari toko game untuk membeli beberapa barang.

Seperti mengerti maksudku, dengan tanpa dosa Halley melepas tangan Lia dari jaketnya dan menautkannya ke lengan Ares. Mereka sama-sama terkejut.

"Bentar ya, gue mau nemenin Lion dulu. Kasian kan, disini banyak lorongnya, ntar dia ilang." Ucapnya dengan tampang tanpa dosa. Aku sebenarnya susah sekali menahan tawa.

"Ares lu jagain dia. Jangan di lepas tangannya. Oke?" Ujarnya memerintah Ares. Kulihat dia memberikan kedipan supaya Ares mengerti maksud kami meninggalkan mereka berdua.

"Kalian duduk dulu disini, jangan kemana-mana. Kita cuma bentar. Tokonya deket kok." Lanjutnya yang kemudian segera menarik tanganku menjauh.

Aku memberikan tatapan penyemangat ke Ares.

''''

Ares POV

Temen biadab, bathinku, saat melihat Halley dan Orion telah menjauh sambil bergandengan tangan. Aku langsung menoleh pada Lia saat ia melepaskan tangannya dari lenganku karena perbuatan Halley tadi.

"Temenin ke dalam." Ucap Lia sambil menarik lengan jaketku seperti yang dilakukannya pada Halley sebelum ini.

Ia berjalan duluan ke dalam Stationery yang berada tepat disamping kami. Aku berjalan dibelakang tetapi ia tetap tidak melepaskan pegangannya. Dulu, aku sangat khawatir dengan fobianya itu, karena pasti saja dimana pun itu akan ada keramaian.

Tetapi kini aku mulai menyukainya. Ini menyenangkan, walaupun tidak untuknya. Setidaknya aku selalu berdekatan dengannya untuk beberapa waktu.

Ia berhenti di bagian drawing tools, melihat-lihat beberapa spidol dan pensil carchoal lalu mencoba hampir semuanya pada kertas yang disediakan. Bahkan ia sempat membuat doodle pada kertas tersebut, sepertinya agar tidak bosan hanya mencoret-coret dan dapat melihat lebih detail perbedaan dari setiap goresannya dan kenyamanan dalam pemakaiannya.

Ya, aku sangat paham dengan bidang ini karena aku bekerja dibidang desain grafis di Jepang dan sering menggunakan berbagai macam jenis pensil untuk membuat sketsa.

Setelah puas mencoba semuanya, ia mengambil beberapa diantaranya dan sebuah penghapus.

Aku hanya terpaku memperhatikan setiap hal yang ia lakukan dan tidak berbicara sama sekali. Ia sama sekali tidak melihatku dan fokus pada semua yang dilakukannya. Interaksi antara kami hanya disaat ia menarik lengan jaketku.

Ya hanya itu, tidak lebih.

Kami melewati beberapa pajangan boneka We Bare Bears, ia masih berjalan dengan cepat, lalu berhenti. Ia melangkah mundur untuk kembali ke pajangan boneka tadi, aku hanya mengikuti langkahnya. Tanpa berbalik, ia hanya memutar badannya sedikit dan melihat price tag pada merk boneka tersebut, lalu ia mendengus kesal dan kembali berjalan.

Aku tahu ia ingin membelinya tetapi harganya cukup mahal. Aku juga tahu Lia bukan tipe yang suka berfoya-foya untuk diri sendiri.

Ia menarikku dengan erat dan berjalan sangat cepat, tetapi kusempatkan menyambar sebuah boneka Ice Bear yang tadi dilihatnya dan memegangnya dibelakang punggung. Ia sepertinya tidak sadar dengan apa yang aku lakukan dan langsung menuju meja kasir.

"Gak beli apa-apa?" Tanyanya dengan nada datar sambil melihat ke monitor kasir.

"Ada satu." Jawabku agak gugup. Tanganku meremas boneka itu dibelakang punggungku. Semoga dia tidak bertanya lebih jauh lagi.

Ia hanya membulatkan mulut dan memberikan tanda bahwa ia akan menungguku diluar toko tersebut karena antrean disini cukup ramai. Aku hanya mengiyakan dan ia langsung membawa kantung belanjaannya keluar lalu memasukkanya kedalam ransel.

Sampai diluar aku lihat dia sedang asik dengan lamunan dan musik yang ia dengarkan. Aku menyodorkan sebuah paper bag berwarna cokelat padanya dan ia langsung memberikan tatapan heran.

"Ini buat lu, kenang-kenangan." Ucapku dengan senyuman yang membuat kedua bola mataku hampir tidak terlihat.

"Ini apa?" Tanyanya sambil membuka salah satu earphone yang dikenakannya. "Buka aja." Jawabku sekenanya lalu berdehem singkat.

Ia tersenyum kecil saat membuka kantung belanjaan tadi. "Makasih ya." Ucapnya singkat.

Semenjak awal perjalanan tadi baru kali ini dia tersenyum padaku dan melihatku saat berbicara. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dengan acungan jempol.

''''

Halley POV

Aku dan Orion segera berjalan menjauh. Saat kami sudah jauh, kami kemudian tertawa. Membayangkan bagaimana awkward-nya mereka memulai pembicaraan.

Saat aku sedang tertawa, tatapanku jatuh pada tanganku sedang menggandeng tangannya. Tadi aku segera menarik tangannya agar pergi.

Sontak langsung aku lepaskan, "Sorry." Ucapku dengan senyum meminta maaf.

"It's okay." Balasnya dengan senyum senang. Aku memalingkan pandangan, menatap ke arah lain.

"Jadi sekarang kita kemana?" Tanya Orion.

Aku memikirkan apa yang bisa kami kunjungi selagi memberikan waktu Ares dan Lia berdua.

"Beli jajanan street food aja yuk? Pengen ngemil nih." Ajakku yang langsung ditanggapinya dengan anggukan.

"Tadi siang kita udah makan deh, emang lu ga kenyang?" Tanya Orion heran. Aku langsung menggeleng mantap dengan jari telunjuk bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Porsi makan berat, sama porsi cemilan itu beda di perut gue. Masih ada sisanya. Lagian kita butuh cemilan sore." Jawabku dengan nada gurauan.

Kudengar dia hanya berdecak kagum.

"Kurus-kurus gini lu banyak makan juga ya. Tapi kok gak gendut-gendut juga sih?" Tanya Orion gemas, kedua tangannya naik mencubit kedua pipiku.

"Aw, sakit! LION!" Aku mengaduh seraya memukul tangannya dan mengusap-usap pelan pipiku, pasti merah deh.

Dia hanya tertawa gemas, kemudian mengacak-acak rambutku. "Habisnya gue gemes." Ucapnya.

Aku terdiam, merasakan hawa panas lagi. Aish, pasti makin merah deh.

''''

Us : 'Kalopsia'जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें