BAB 27 - Planning

8 2 0
                                    

"Kenapa? Lu gabisa?" Tanyanya heran.

Aku diam lagi, baiklah mungkin sekarang bukan saat yang tepat. Akhirnya aku mengiyakan ajakkannya.

"Tapi gue ada satu permintaan." Ucapnya kemudian.

Aku menatapnya heran. "Apa?" Tanyaku.

"Lia lagi di apartemen lu kan? Lu bisa ajak dia? Gue mau dia sama Ares ketemuan dan gue harap ini kesempatan Ares buat bisa sama-sama lagi bareng Lia." Ujar Orion dengan tatapan penuh harapan.

Aku setuju. Ide yang bagus. Kemudian aku menjawab, "Gak masalah. Gue bisa ajak dia kok. Gue juga berharap mereka bisa berakhir bahagia." Ucapku tulus.

Aku benar-benar mengharapkan kedua temanku itu memiliki happy ending secepatnya.

"Good. Jadi sekarang kita sekutu ya? Kita bikin mereka balik lagi." Ujar Orion mengulurkan kepalan tangan kanan kedepannya meminta persetujuan yang langsung kusambut dengan kepalan tangan serupa.

Kami sama-sama terkekeh. Kami mulai menyusun rencana perjalanan sembari Orion mengantarkanku ke kantor.

''''

Ophelia POV

Aku keluar kamar dengan malas. Terpaksa bangun karena cacing diperutku mulai melakukan marching band. Jam dinding telah menunjukkan pukul 12 siang. Aku menguap dan melanjutkan perjalanan ke surga dunia.

Ya, dapur Halley.

Jika diibaratkan, dapur Halley sudah mirip minimarket. Berbagai makanan instan dan bahan masakan segar ada disana. Kalian tinggal pilih mau makan apa. Lalu, silahkan gunakan alat masak yang aku tidak paham saking banyak perintilannya. Halley memang gemar memasak. Kalau dia punya waktu senggang dan mood yang bagus, dia sering mengirimkanku foto hasil-hasil masakannya, yang tentu saja membuatku ngiler ingin menyicip.

Saat membuka freezer, aku menemukan ayam dan kentang goreng instan. Dengan segera kukeluarkan dan mulai menggorengnya. Sembari menunggu makanan tadi matang, aku juga mengambil sebotol susu murni dingin dan meneguknya.

Setelah matang, kuangkat dan tiriskan lalu menggabungkan keduanya dalam satu piring dan menuangkan saus dari botol pada sebuah mangkuk kecil. Lalu membawa keduanya keluar sambil leherku menjepit botol susu tadi. Aku menjalani hari malasku di apartemen ini dengan menonton televisi sambil terus mengunyah.

"Enak banget hidup gratisan kayak gini, lama-lama banyak ngemil gini naik drastis dah berat badan gue sampe di Colmar. Kenapa Halley makan ginian tiap hari tetep kurus dah?" Gumamku.

Saat selesai acara makan-makanku, aku langsung merapikan meja tadi tetapi masih menyisakan french fries yang banyak kugoreng tadi. Lalu kembali merebahkan diri sambil terus mengunyah. Sampai akhirnya aku tertidur di sofa tersebut dengan televisi yang terus menyala.

''''

Terdengar seperti seseorang memasuki apartemen ini, lalu mematikan televisi. Aku melihatnya yang samar-samar mendekat padaku.

"Aw." Aku meringis sambil mengelus-elus jidat. Ternyata tuan rumah telah kembali.

Ia menjitak kepalaku lalu berkata, "Enak banget ye. Mager-mageran sambil makan gratis trus TV dibiarin nyala pas lu tidur."

"Males matiinnya." Jawabku asal sambil memutar badanku mengahadap punggung sofa. Merasa kesal dengan jawabanku, ia akhirnya menjewer telingaku untuk membangunkan.

"Mandi sana! Semenjak kesini, lu belum mandi anjir! Jorok banget." Ujarnya sambil terus menarik daun telingaku. Pose tangan kiri yang menjewer telingaku dan tangan kanan bertengger dipinggangnya persis seperti ibu-ibu yang mencereweti anak gadisnya.

Us : 'Kalopsia'Where stories live. Discover now