BAB 28 - Super Trap

9 2 0
                                    

Arlojiku telah menunjukkan pukul 08.00 pagi, tetapi Halley tak kunjung keluar dari kamarnya. Lalu aku berniat untuk memastikan bahwa ia telah bersiap-siap.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Ia terlihat rapi dengan long chiffon dress berwarna cream yang dilipat dipadu padankan dengan sebuah long coat berwarna mocca muda yang sedikit lebih panjang dari dress sebagai luarannya. Rambutnya yang masih hampir kering dibiarkan tergerai begitu saja, tetapi telah rapi. Ia menggunakan sneakers yang berwarna putih.

Ia berjalan menuju dapur, mengambil sebuah sandwich kemasan di dalam lemari dan memakannya cepat.

"Cantik banget lu, udah kayak mau nge-date sama cowok idaman aja dah. Mana parfumnya banyak banget lagi lu pake." Ujarku sambil terus memerhatikannya dari atas ke bawah. Tampilannya benar-benar simple dan terlalu manis apabila hanya untuk pergi hang out bersama teman perempuannya ini. Penampilannya ini lebih cocok untuk pergi kencan buta.

"Iyalah, emang gue sama kayak lu yang kusut tiap hari." Jawabnya sombong.

"Lu gak sekalian kencan buta kan?" Tanyaku penasaran. Dia hanya terbahak-bahak, lalu menggeleng sembari tertawa-tawa.

"Bukan gue yang mau kencan." Balasnya ambigu. Aku mengerutkan kening tak paham. Malas bertanya lebih jauh, aku segera bertanya.

"Iya-iya bacot. Kita berangkat pake apa coba trus mau kemana?" Tanyaku sambil berjalan dan mengambil sepatu lalu mengenakannya.

"Liat aja nanti." Jawabnya singkat sambil mengunyah potongan terakhir sandwich-nya.

Setelah keluar ia pun menutup pintu dan menuju lift. Aku mengikutinya dari belakang. Ia berjalan santai saat keluar lift dengan sling bag berwarna dark brown yang hanya disampirkan pada bahu kanan serta kamera mirrorless fujifilm dibiarkan menggantung di lehernya.

Aku melihat sebuah mobil sedan berwarna hitam didepan lobi seperti menunggu kedatangan kami. Terlihat Halley menunjuk bagasi seperti memberi kode agar seseorang di balik kaca mobil yang gelap itu membukanya.

Dengan segera ia membuka bagasi mobil tersebut, menyuruhku meletakkan tasku di situ—yang lebih cocok dibilang backpack—karena aku seperti orang yang mau travelling dengan tas sebesar itu. Setelah menutup bagasinya, ia dengan cepat masuk kedalam mobil menggunakan pintu penumpang sebelah kanan dan aku dengan santai berjalan membuka pintu penumpang sebelah kiri. Tapi setelah membuka setengah pintu tersebut, ia segera menutup cepat dan beralih ke pintu penumpang disebelah pengemudi.

"Bonjour!" Ucap Orion menyapaku.

Aku terkejut. Terdiam kaku. Sama sekali tidak melanjutkan langkahku untuk masuk kedalam mobil. Tapi, aku lebih terkejut lagi melihat seseorang tengah duduk di jok penumpang sebelah kanan.

Ares? Bathinku.

"Woi, lu mau pergi gak? Atau mau gue tinggalin diem aja disitu?" Ucap Halley yang sudah duduk manis, memutus lamunanku.

Dengan segera aku masuk kedalam mobil tanpa berbicara sedikit pun. Orion langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi keluar dari area apartemen.

"Kita mau kemana nih?" Tanya Orion sambil terus melajukan mobilnya.

"Terserah." Jawabku bersamaan dengan Ares.

Aku menoleh kesamping, menemukan Ares yang juga sedang menatap ke arahku. Segera kuputuskan pandangan tersebut, memilih menatap keluar jendela.

Aku mendengar Orion dan Halley terkekeh kecil, membuatku ingin menendang mereka keluar dari mobil ini. Melihatku marah, Halley langsung mengalihkan topik dan menjawab pertanyaan Orion tadi.

Us : 'Kalopsia'Where stories live. Discover now