BAB 20 - Let's Do Not Fall In Love

13 2 0
                                    

Altair POV

Saat baru sampai di apartemen, aku segera membuka jaketku dan membuangnya asal keatas sofa. Kemudian berjalan menuju pantry sembari membuka kancing kemejaku paling atas dan dua kancingnya di tangan lalu menggulungnya asal.

Aku mengambil sekaleng bir disana lalu kuteguk dengan kasar. Kini aku hanya bersandar pada salah satu mejanya dan melamun.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak tahu bagaimana cara memperbaiki hubungan aku dengan Halley. Ia juga tampaknya akan menerima Orion kembali.

Sialan, aku telah kalah telak.

Aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku akan kehilangan Halley dengan cara seperti ini. Ini pasti belum akhir, karena akhir akan selalu bahagia. Jikalau belum begitu, itu bukanlah akhir dari segalanya, bathinku, mencoba memberi semangat pada diriku sendiri agar bisa mencari jalan untuk menyelesaikan semua permasalahan pelik yang tengah kuhadapi.

Aku buntu. Tak bisa berpikir apa-apa.

Segera kusambar kunci mobilku. Aku butuh pulang sekarang.

Mungkin aku bisa menemukan cara lain. Tanpa repot-repot berkemas, aku segera berkendara menuju Busan, tempat tinggal kedua orang tuaku.

''''

Perjalanan lebih kurang empat jam berakhir. Mobilku memasuki pekarangan rumah elit di kompleks ini. Aku memencet bel pada interkom, kemudian muncul suara seorang wanita bertanya, "Nuguseyo?"

"Ini aku bu. Anakmu baru saja sampai dari Seoul." Jawabku dengan nada candaan.

Ibu hanya balas tertawa, kemudian membuka kunci gerbang membiarkan aku masuk. Ibu menyambut kedatanganku dengan pelukan rindu. Usapan dipunggungku membuat lelahku seketika menguap. Aku menjatuhkan kepalaku pada bahu ibu saat ibu berniat menyelesaikan aksi melepas rindu ini. Kemudian memeluk ibu lebih erat, melepas penat.

"Kok kamu gak bilang-bilang mau pulang? Kan ibu bisa siapin makan dulu." Tanya ibuku dengan lembut sambil mesih terus mengusap-usap punggungku.

Aku tak menjawab, melainkan bertanya hal lain.

"Ayah mana, Bu?" Tanyaku saat kusadari tak ada ayah menyambut kedatanganku.

"Biasalah, lembur." Ujar ibu.

"Udah ah. Kok anak ibu jadi manja gini. Ibu mau nyiapin makan dulu buat kamu." Ucap ibuku melepaskan pelukanku, kemudian beranjak ke dapur menyiapkan makan malam untukku.

'''

Aku mencomot kentang kukus pedas manis buatan ibu. Ibu selalu tahu apa makanan kesukaanku. Tak ada timun di atas meja, karena aku memang tak suka sayuran itu.

Kusuapkan nasi dalam ukuran besar, sampai kedua pipiku terisi penuh. Ibu hanya terkekeh kecil melihatnya sembari menuangkan minum untukku dan menyodorkannya.

"Halley mana, Al? Tumben gak kesini bareng kamu." Seketika gerakan mengunyahku terhenti.

Tatapanku jatuh pada kentang kukus buatan ibu. Halley sangat suka makanan ini. Setiap akhir semester kami akan pulang ke rumahku dan Halley akan meminta dibuatkan kentang kukus ini. Bahkan dia tidak bosan memakannya setiap hari.

Aku terdiam, merasakan diriku sangat merindukannya.

Ibu menggoyang-goyangkan tanganku, membuat lamunanku terpecah. Aku mendongak menatap ibu.

"Kok ngelamun, Al?" Tanya ibu.

Aku menggeleng, memberikan jawaban, "Biasalah, Bu. Dia sibuk." Ucapanku diselingi tawa yang terdengar dipaksakan.

Us : 'Kalopsia'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang