"Lo serius, Re?

"Serius gue. Pintunya tadi dikunci, dan gue nemuin di gantungan deket taneman, nah sorry banget nih sebelumnya gue lancang. Gue masuk dan nyariin Rasya ke sudut ruangan manapun, tapi ya gak ada. Coba deh lo hubungan rumah ortu lo, gue hubungin orang rumah Rasya."

Bagas mengangguk meskipun Rere tak akan bisa melihatnya. Memutuskan panggilan tersebut dan menghubungi telepon rumah di kediaman Frans.

Jantung Bagas berdebar tak karuan, kala Rasya tidak ada di rumah orang tuanya.

Kemudian ponselnya bergetar kembali, tanda ada pesan masuk.

Rasya gak ada di rumah ortunya, dan mereka juga khawatir banget. Btw, lo pasang GPS di hpnya Rasya? Lo lacak sekarang juga!

Bagas segera melacak nomor Rasya yang kebetulan masih aktif ponselnya. Ia melihat di sana Rasya sedang dalam perjalanan. Sebelum beranjak pergi dirinya segera mengirim pesan pada Farhan dan Doni.

Rere juga memastikan sekali lagi pada Bagas, jika dirinya sekarang sedang menunggu kedatangan Farhan juga Doni di rumah Bagas. Biar mereka berangkat bersama untuk menyusul Rasya, sesuai arahan Bagas.

Untungnya Bagas sudah selesai dalam mata kuliahnya, tapi dia sedang dalam mengerjakan tugas bersama temannya. Bagas langsung memutuskan untuk pergi dan meminta izin pada mereka, ada hal penting yang harus Bagas lakukan. Ia juga meminta papahnya mengeluarkan bodyguard yang pernah menjaga perusahaannya. Jaga-jaga, jika nanti di sana ada bahaya.

Setelah sampai di parkiran, Bagas segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan kencang, sesekali melirik GPS nya yang sudah diatur agar bisa melacak Rasya. Untung saja pada ponsel Rasya ia pasang GPS, jika tidak, mungkin akan susah menemukan di mana Rasya berada.

***

Rasya turun dari taksi, dan ia menemukan sebuah rumah dengan halaman luas. Banyak pepohonan juga rumput-rumput hijau di sana.

Menatap rumah itu selama beberapa detik. Rumah dengan cat warna putih gading yang terlihat sepi dan angker.

"Apa bener, ya, ini rumahnya?" gumam Rasya dengan dirinya sendiri.

Ting

Ponsel Rasya berbunyi. Di sana terdapat pesan yang berisi ...

Gue tahu lo udah di depan, masuk! Jangan kaya orang tolol di sana sendirian bengang-bengong lihat rumah ini.

Rasya menggeram kesal, lantaran di sebut tolol.

Tapi baru saja melangkah, ponselnya berdering tanda panggilan masuk.

Rasya mengernyit kala panggilan telepon pada ponselnya. Ia segera mengangkatnya dengan posisi masih diam berdiri di halaman rumah tersebut.

"Sya, lo kemana sih, ini gue Rere. Lo nyari siapa atau lo lagi nyari apa? Gue  telepon Bagas gue kira dia tahu lo di mana ternyata enggak, kita berdua hubungin orang tua lo dan Bagas. Dan hasilnya juga sama, lo gak ada. Lo di mana sih, sebenernya? Gue sekarang lagi nyari lo nih, sama Doni dan Farhan. Bagas juga nyusul."

Rasya menganga kala sahabatnya berkata seperti itu. Ia menatap rumah dan ponselnya secara bergantian, dan itu membuatnya was-was.

Menyimpan ponselnya ke dalam tas. Lalu langkahnya mulai mundur perlahan, matanya mengedarkan ke sekitar, takut-takut ada serangan mendadak. Ya, meskipun Rasya tidak bisa melawan, tetap saja harus was-was.

Rasya membalikkan tubuhnya untuk segera keluar dari pekarangan rumah ini. Ia merasa jika ada yang mengintai dan mengikutinya.


Mencoba berlari dengan langkah cepat agar sampai keluar pelataran rumah. Tapi itu terlambat, gerakkannya tiba-tiba berhenti.

Dug

Suara pukulan kayu pada punggung berbunyi. Bahkan sang empu melempar kayu itu sembarangan dan membawa korban masuk ke dalam rumah mewah nan angker tersebut.

***

Bagas telah sampai pada alamat yang tertera pada GPS. Ia tidak menghubungi Rasya, lantaran Rere sudah menghubunginya duluan. Terlebih setelah telepon dimatikan secara sepihak oleh Rasya, Rere langsung memberi kabar pada Bagas, jika Rasya sepertinya dalam bahaya.

Tak lama setelah itu, deru mobil milik Farhan memasuki area halaman rumah. Berhenti tepat di samping mobil Bagas.

Bagas turun dan langsung menghampiri mobil Farhan. Mereka berbincang sebentar, menyusun strategi untuk masuk ke dalam.

Bodyguard yang dikirim oleh Farhan sudah sampai sejak tadi. Mereka mengintai dari sisi halaman. Ada dua dari mereka menghampiri Bagas.

"Tuan Bos, apa sekarang kita masuk? Penjagaan cukup ketat di sekitar. Mereka di sana ada 10, kami berdua menjaga Tuan Bos untuk masuk ke dalam."

Bagas mengangguk dan membisikkan sesuatu pada kedua bodyguard itu. Kemudian mereka masuk ke dalam, dengan Bagas yang memimpin duluan, ada Doni, Farhan, dan Rere yang setia di samping Farhan, juga dua bodyguard menjaga paling belakang dengan kedua sisi kanan dan kiri.

Mata mereka mengintai sekitar, takut jika ada serangan mendadak yang membuat mereka tak siap.

Masuk ke pintu utama yang kebetulan tidak terkunci. Tapi sayangnya mereka tidak bisa lolos begitu saja, penjagaan di dalam ternyata cukup banyak. Ada sekitar sebelas orang yang menjaga.

"Oh, shit!" umpat Bagas dan langsung mengambil ancang-ancang untuk berkelahi.

Dua bodyguard tadi, sudah melawan empat orang penjaga di rumah tersebut. Bahkan empat orang itu langsung tumbang dibuatnya. Farhan dan Doni melawan bersamaan dan lawannya juga tumbang, lantaran terkecoh akan ucapan Doni. Sedangkan Rere takut akan perkelahian yang ia lihat. Ia juga mewanti-wanti agar mereka segera selesai. Karena dirinya takut jika ada yang tiba-tiba membekapnya.

Tapi dugaan itu salah, Bagas, Farhan, Doni, dan dua bodyguard tadi telah menyelesaikan perkelahian dengan sebelas orang penjaga.

Yang Rere heran adalah, kenapa penjaga di dalam ketat sementara di luar tidak ada? Bahkan mereka semua termasuk bodyguard suruhan Om Frans itu bisa masuk dan menjaga di luar dengan bebas.

Farhan berdiri di samping Rere dan  mengenggam tangannya untuk segera melangkah pergi ke ruangan lain.

Mereka mulai mencari misi pencaharian dengan diberbagai ruangan. Mereka berpencar, Bagas sendiri, dua bodyguard juga hanya mereka. Sementara Doni, Farhan, dan Rere mencari bersama.

Jujur, dalam hati Bagas sangat khawatir dengan keadaan Rasya. Tapi sebisa mungkin ia mencoba menenangkan dirinya agar bisa membebaskan istrinya, juga calon buah hatinya.

Doni, Farhan, dan Rere mencari di sekitar lorong rumah yang berada di ujung lantai dua. Mereka merasa curiga, karena di sana terdapat daun pintu yang berbeda dari pintu di ruangan lain. Terlebih, pencahayaan di sekitar itu gelap.

Mereka bertiga saling melirik. Kemudian Rere melangkah untuk bisa memancing orang yang ada di dalam. Sementara Farhan menghubungi Bagas, jika mereka sedang mengintai pintu di lorong lantai dua.

______

Ok segini dulu :)

Tunggu di part selanjutnya ...

Thank you ❤

Gasya (End)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz