49-Makasih Udah Bertahan

14.9K 2.6K 1K
                                    

Siapin hati dulu☺️

SELAMAT MEMBACA!🤧

.

"Terima kasih sudah bertahan sampai detik ini

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

"Terima kasih sudah bertahan sampai detik ini. Untuk kedepannya, ayo berjuang lagi!"

~Untuk Arjuna~

.

.

"Heh! Bercanda lo gak lucu! Bangun!" Ali berucap dingin. Ia benar-benar takut sampai tak bisa bersuara banyak.

"Kalau sampe ini cuma bercandaan, gue gak akan maafin lo." Ali diam, menunggu respons yang akan Juna tunjukkan. Ia mengusap kasar wajahnya, terlampau frustasi. Adiknya masih diam tak bergerak.

"Arjuna? Adek?" Nada suaranya semakin bergetar. Ali mulai terisak.

"Pftt... BUAHAHAHAHAHA! Panik ya, lo? Panik, ya? Hahahaha." Tawa menggelegar memecah ketegangan.

Ali menggeram kesal dengan gigi ditekan kuat. Tangannya mengepal erat sampai bergetar. Ingin rasanya menyeret Juna ke ujung kompleks dan meninjunya habis-habisan. Menggeprek tubuhnya hingga penyet, jika saja makhluk itu bukan adiknya sendiri. Bisa-bisanya bercanda di situasi seperti ini. Hah, Ali emosi jiwa!

"Eh, eh, eh, aw!" Juna tersungkur jatuh ketika Ali tiba-tiba berdiri. Beruntung tak sampai mencium lantai karena ia sigap menahan raganya. Hanya saja sikunya jadi terasa sedikit ngilu.

Tangan Ali terangkat cepat menghapus jejak air mata di wajahnya dengan kasar. Napasnya menggebu. Sungguh, ia sangat kecewa pada Arjuna.

"Lo pikir itu lucu, hah?!" bentak Ali tertahan. Ia masih berusaha agar tak meledak-ledak.

Juna bangkit berdiri dan mengusap debu yang menempel di baju dan celananya. Melirik sikunya yang sedikit lecet, lalu menegakkan tubuhnya untuk mendapati sang saudara kembar tengah menyugar kasar rambutnya sembari mondar-mandir di tempat. Terlihat jelas bahwa Ali sedang menahan emosi. Wajahnya merah padam dengan guratan kecewa di sorot matanya.

"Lo apa-apaan, sih?" tanya Ali melunak. Jujur saja, ia masih kaget saat melihat wajah adiknya yang sangat pucat. Hebat sekali Juna, berlagak sampai wajah pucatpun ia buat senyata mungkin.

"Sumpah, lo bercandanya gak lucu, Jun. Gue bener-bener takut. Ish! Lo gak ngerti posisi gue," keluh Ali kecewa. Telunjuknya menyentak bahu Juna sampai anak itu sedikit terhuyung ke belakang, persis seperti seseorang yang tengah dirundung.

Juna menciut. Ia menunduk sembari memilin ujung pakaiannya. Ia sungguh merasa bersalah. Tak menyangka bahwa Ali akan semarah ini. "Maaf," cicitnya tanpa berani menatap sang Kakak.

Untuk Arjuna[✓]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora