33-Nangis Aja, Jangan Ditahan

19.7K 3.4K 157
                                    

Hallo selamat malammm😃

VOTE dulu ya manteman, yu bisa yu.. bismillah dulu😚

Sama kayak subjudul part ini.. kalo sedih, nangis aja, jangan ditahan🤧

ENJOY READING!😇

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.


Dengan tubuh basah kuyup, Juna berlari di sepanjang koridor rumah sakit. Ia bahkan sempat menabrak seseorang. Setelah berucap maaf sekilas, ia kembali berlari. Berkali-kali Juna hampir terjatuh. Namun ia tak peduli lagi akan rasa sakit yang dirasakannya.  Ketika bertanya dimana Papanya berada, Juna hampir saja kehilangan pijakannya.

"Oh, korban kecelakaan bernama Prasetyo Biantara sedang dioperasi, Mas. Mas tinggal belok kanan di ujung sana, lurus sedikit, terus belok kiri. Sudah ada keluarganya di sana."

Derap langkah tergesa kian melambat ketika matanya menangkap presensi orang-orang yang amat disayanginya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya seolah hanya penghias semata. Juna tak peduli akan keadaannya yang sangat memprihatinkan. Ia berjalan pelan di sisa jarak yang membentang antara dirinya dan keluarganya. Langkah Juna sedikit tertatih karena rasa nyeri dan ngilu bercampur menjadi satu, kompak menyiksa dirinya. Terlebih sesak yang sedari tadi membuatnya kesulitan bernapas dengan normal.

Pandangannya kosong menatap satu persatu dari mereka yang sedang menangis. Hara di pelukan Liam dan Ali yang memeluk Via. Mereka semua terlihat menangis tersedu-sedu. Napas Juna tercekat saat melihat sebuah pintu kaca buram yang tertutup. Di atasnya terdapat lampu yang menyala merah, pertanda bahwa seseorang di dalam sana tengah berjuang mempertahankan jiwanya.

Dan yang membuat sesak, karena orang itu adalah Papanya.

Liam menoleh saat mendengar langkah pelan di sebelah sana. Ia mengulum bibir menahan sesak. Liam segera menghampiri Juna yang terlihat begitu kacau. Memeluk adiknya, mencoba memberi kekuatan dengan sisa tenaga yang ia punya. Liam juga sama terpukulnya dengan mereka semua. Terlebih saat ini, sebagai anak tertua, Liam harus menggantikan sosok Papanya sebagai penopang untuk sementara. Hanya sementara.

"Mas.." gumam Juna sangat pelan dalam pelukan Liam. Matanya mengarah pada pintu kaca itu.

Liam bisa merasakan tubuh Juna yang bergetar hebat. Sontak Liam semakin mengeratkan pelukan itu, tak peduli jika ia ikut kebasahan. "Kita berdo'a buat Papa," lirih Liam bergetar menahan tangis.

Untuk Arjuna[✓]Where stories live. Discover now