19-Juna Keras Kepala

26.3K 4.4K 566
                                    

VOTE dulu ya kawan-kawankuuuu😚

ENJOY NANO-NANONYA!🤸🏻‍♀️

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

Juna akhirnya kembali ke rumah lebih cepat. Sebelumnya ia berhasil menolak ajakan orang-orang termasuk kembarannya untuk pergi ke rumah sakit. Juna bersikukuh menyebutkan bahwa dirinya hanya kelelahan saja. Beruntung ia hanya pingsan sebentar. Ia siuman tepat sebelum tubuhnya hendak diangkat menuju mobil guru yang akan membawanya ke rumah sakit.

Kini anak itu tengah berbaring di atas kasurnya dengan handuk kecil bertengger manis di keningnya. Juna tak tidur, ia hanya memejam, menghalau rasa sakit di kepalanya saat netranya bertubrukan dengan cahaya. Sesekali meringis saat merasakan area perut atasnya terasa seperti diremas-remas dengan kuat. Kedua alisnya bertaut, menandakan bahwa ia tengah berjuang menahan rasa sakitnya. Keringat dingin sudah membanjiri hampir seluruh tubuhnya.

"Jun? Ke rumah sakit, ya?"

Entah kalimat yang ke berapa kali itu terlontar dari mulut Ali. Ia terus membujuk adik kembarnya walau berkali-kali pula Juna menolaknya. Sungguh, Ali sangat khawatir. Ini pertama kali dalam hidupnya, melihat Juna yang seperti ini. Juna itu anak yang kuat, tak pernah sekalipun sakit sampai tak bertenaga seperti ini. Mentok-mentok hanya wasir, itu pun paling hanya uring-uringan selama dua hari dan besoknya bocah itu sudah bisa diajak gelud lagi.

"Nggak," gumam Juna seakan berbisik namun masih tertangkap di telinga Ali.

Anak jenius itu mendengus jengah. Kenapa ia harus punya adik keras kepala seperti Juna? Sungguh, bikin gelisah saja. Ingin sekali rasanya menyeret bocah bengal ini ke rumah sakit. Tapi mengingat bagaimana perbandingan tubuh mereka, yang ada, malah Ali yang dibanting oleh Arjuna. Namun bagaimanapun kesalnya ia, Ali tetap peduli pada Juna. Sangat peduli.

Ali bergerak meraih handuk di kening sang kembaran dan mencelupkannya pada air hangat untuk kemudian ia taruh lagi. Ali memperhatikan wajah yang tak seiras dengannya itu lamat-lamat. Hatinya sakit melihat adiknya selemah ini. Tidak seperti biasanya yang selalu bergerak aktif.

"Kak? Gimana, panasnya udah turun belum?" Hara baru tiba setelah mendapat telpon dari anak keduanya perihal kondisi Juna. Ibu empat anak itu tergopoh-gopoh untuk cepat pulang.

Ali melirik pada sang kembaran untuk setelahnya kembali pada Mamanya. "Belum, Ma. Malah tambah panas," jawabnya yang sontak membuat Hara semakin khawatir.

Hara mendudukkan dirinya di sebelah Juna. Lalu mengusap kepala anaknya dengan lemah lembut. Ali juga melakukan hal serupa, namun pada punggung tangan Juna. Keduanya diliputi kekhawatiran yang sangat dalam.

Perlahan mata indah itu terbuka. Tatapan sayunya menatap sang Mama dengan senyum tipis. Terlihat manik coklat Mamanya yang sedikit berair.

"Ma.." ucap Juna parau.

Untuk Arjuna[✓]Where stories live. Discover now