Untuk Arjuna[✓]

50-Tenang Dan Nyaman

Hai, maaf aku baru up lagi🤧

SELAMAT MEMBACA!☺️

.

"Apa yang sebaiknya kupilih; Hidup dalam belenggu rasa sakit, atau pergi walau aku tak tahu rasanya akan seperti apa?"

~Untuk Arjuna~

.

.

"Juna?"

Setelah satu menit berdiri di depan pintu kamar adiknya, Ali memilih untuk masuk ke dalam. Ia lantas tersenyum tipis ketika melihat sang adik yang sudah terlelap dengan begitu damainya. Walau ada perasaan khawatir ketika melihat wajah itu masih pucat seperti beberapa waktu yang lalu.

Ali mendekat dan duduk di tepi kasur. Menatap lekat wajah adiknya. Setelah debat panjang dalam hatinya, akhirnya Ali memilih untuk menemui Juna. Ia ingin meminta maaf, namun enggan membangunkan. Ia tak tega.

Tangannya tergerak membetulkan selimut yang menutupi tubuh Juna hingga leher. Ia tertegun. Ada rasa takut ketika melihat mata itu terpejam. Perasaan yang mau tidak mau akan terus menghantuinya.

"Lo harus sehat terus, gue gak suka lihat lo kesakitan. Lo pasti sembuh, Jun. Kalaupun itu perlu, gue bakal kasih hati gue buat lo. Tolong bertahan, ya?" mohonnya untuk kemudian beranjak dari sana setelah mengusap pelan rambut Juna.

Namun ketika hendak membuka pintu, ponsel Juna bergetar yang sontak menarik atensinya. Lantas Ali meraih benda itu, ia mengeryit.

"Chandra?" gumam Ali ketika melihat deretan huruf di layar itu. Ia melirik pada adiknya yang tak terusik sedikitpun.

"Hallo? Ngapain lo nelpon adek gue malem-malem gini?" omel Ali begitu panggilannya terhubung.

Di seberang, kening Chandra mengerut. "Kok, lo yang jawab? Juna mana?" tanyanya heran.

"Juna tidur. Ada apa?"

Chandra semakin merasa tak nyaman ketika mengetahui bahwa sang sahabat sudah tidur. Hanya tidur. Namun entah mengapa ia gelisah.