26-Juna Sayang Papa

24.4K 3.6K 154
                                    

Malam semuaaaaa!😚

VOTE nya jangan lupa yaaa😊

SELAMAT MENIKMATI NANO-NANONYA!🤪

.

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

.

"Sayang, yakin kamu udah kuat sekolah?"

Entah berapa kali pertanyaan itu terlontar dari Hara kepada anak ketiganya, Arjuna. Dirinya masih enggan membiarkan Juna bersekolah hari ini, mengingat baru kemarin anak itu dipulangkan dari rumah sakit. Hara menyerahkan piring yang sudah ia isi lengkap dengan lauk pauknya kepada Juna.

"Iya, Mama.. Juna kan udah sembuh," sahut anak itu dengan keceriaannya seraya meraih piring berisi makanan sehat itu.

Semua tertegun sejenak. Tyo menghela napas pelan dan mengulas senyum teduhnya.

"Jangan capek-capek dulu ya, Kak. Obatnya jangan lupa diminum, jangan makan di luar." Sang kepala keluarga mewanti-wanti anaknya dengan begitu posesif. Pria itu benar-benar berubah semenjak kejadian waktu itu. Menjadi lebih lembut dan perhatian kepada Juna.

Juna tersenyum miris. Walau ada kehangatan yang dirasakan dari bagaimana protektifnya sang Papa padanya, namun jauh di dalam hati kecilnya, ada secuil kekecewaan yang masih tertinggal, membekas seolah tak ada obat yang bisa menghilangkannya.

Mengapa mereka berubah setelah Juna dinyatakan sakit? Kenapa tidak dari dulu? Apakah sekarang mereka sadar, bahwa sesuatu akan terasa lebih berharga bila sudah tiada? Apa mereka seperti ini karena takut kehilangan? hah.. lucu sekali.

Juna menggeleng kuat, mencoba mengenyahkan pikiran negatif di kepalanya.

"Lo kenapa? Pusing?" Ali panik saat melihat Juna melamun namun tiba-tiba menggeleng seperti itu. Begitu pula yang lainnya, mereka terfokus pada Juna yang mulai mengulas senyumnya.

"Ah.. enggak. Tadi cuma kepikiran sesuatu aja," sahut Juna jujur.

Hara mendengus. "Jangan banyak pikiran, Kakak. Inget kata Dokter Arya," ujarnya lembut.

Juna menampilkan cengirannya. "Iya, Mamaku sayang...."

"Ke Papa gak sayang, nih?" celetuk Tyo. Jujur saja, ia jarang mendengar anak-anaknya berucap seperti itu padanya. Tyo sedikit iri.

Liam tersedak saat tengah minum. Mendengar kalimat itu terlontar dari Papanya membuat selera humornya anjlok seketika. Ditengah batuknya, Liam tertawa. Begitu pula Ali. Mereka sangat kompak sampai beradu tos.

Sedangkan Via dan Juna malah mengerjap bingung. Apa yang salah dengan pertanyaan Papanya?

Tyo tersenyum kecut. Begini rasanya ditertawakan anaknya sendiri. Ia mendengus. Terlebih saat melihat sang istri juga ikut tertawa, walau ditahan.

Untuk Arjuna[✓]Kde žijí příběhy. Začni objevovat