39-Papa, Jangan Bawa Juna

20.7K 3.3K 365
                                    

Hai semuaaaa... apa kabar?😚

SELAMAT MEMBACA!🤸🏻‍♀️

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

"Dilema paling kejam adalah ketika dituntut untuk merelakan di saat hati tak ingin kehilangan."

~Untuk Arjuna~

.

"Juna!"

Pekikan Ali sontak membuat siapapun yang berada di ruangan itu menoleh cepat ke arahnya. Mereka melihat pemuda itu tiba-tiba bangkit dengan napas memburu, juga jangan lupakan keringat yang membasahi tubuhnya di sana-sini. Seperti seseorang yang baru berlari berkilo-kilo meter. Ditambah wajahnya yang basah karena air mata. Ali jelas terlihat kacau.

"Lo kenapa?"

Ali menelan salivanya susah payah. Netranya lurus menatap seseorang yang baru saja bersuara. Rasa syukur luar biasa menyergap hatinya. Ali segera melesat menghampiri sang adik yang tengah berbaring lemah di atas ranjang.

Juna terhenyak ketika saudara kembarnya tiba-tiba memeluknya. Sedikit sesak karena terlalu erat. Tersentuh sekaligus heran. Juna tak mengerti mengapa Ali seperti ini. Apa dia mimpi buruk?

Anak yang lebih tua menangis lirih. Sontak Juna menepuk pelan punggung bergetar itu dengan kebingungan yang singgah di hatinya. Juna melirik pada Mamanya di samping. Ia mengangkat alisnya tanda bertanya. Namun Hara juga tak paham, ia hanya menggeleng sebagai respon. Juna beralih pada Liam yang baru saja muncul setelah berkonsultasi dengan dokter. Lelaki itu sama bingungnya.

"Ada apa?" gumam Liam terheran.

Juna terbatuk ketika jalan napasnya terasa terhimpit akibat pelukan yang kian mengerat. Sontak Ali segera melepas rengkuhannya untuk kemudian meneliti tubuh adiknya dengan gelisah. Isakan masih sesekali terdengar dari mulutnya.

"Sayang, kamu kenapa?" Akhirnya Hara bersuara seraya mengusap punggung sang anak.

Ali meluruh hingga jatuh terduduk. Kakinya sangat lemas. Sontak Liam segera berjongkok sembari menahan pundak adiknya yang semakin bergetar karena tangis yang kian pecah. Ada sedikit kelegaan sekaligus sakit yang Ali rasakan saat ini. Ia tak bisa menjabarkan bagaimana perasaannya ketika terbangun dari alam bawah sadarnya. Sungguh, Ali masih ketakutan. Sangat amat takut.

"M-Mas?" isaknya menatap Liam dengan deraian air mata.

"Hey, dengerin Mas, ada apa Ali?" tanya Liam kalang kabut. Ali itu jarang menangis, tapi jika sudah seperti ini, akan sulit untuk menghentikannya.

Untuk Arjuna[✓]Where stories live. Discover now