31-Papa Bangga Sama Kamu

18.6K 3.5K 375
                                    

VOTE dulu yaa mantemankuuu✌🏻😚

Siapkan posisi ternyaman, dianjurkan baca di kamar😄👍🏻

ENJOY!🤪

.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

"Pa, Ma, Mas, Ali, Via, do'ain Kakak, ya?"

Juna mengabsen keluarganya satu persatu. Meminta restu dan do'a untuk kelancaran seleksinya nanti. Kini Juna berani meminta secara terang-terangan.

"Iya, Kak. Semoga lancar ya, kamu hati-hati, jangan lengah.. jangan sampe babak belur. Mama gak mau," ujar Hara khawatir.

Juna tersenyum dan mengangguk yakin.

"Inget, nilai kamu harus minimal tujuh, ya..." kata Tyo menggoda. Sebenarnya ia sudah tak peduli dengan nilai anaknya mau besar atau kecil sekalipun. Tyo hanya bercanda.

Kekehan renyah terlontar dari mulut Juna. "Iya, Pa.. inget kan kata Juna juga bakal delapan koma lima? Jadi Papa tenang aja," timpal Juna sama-sama bercanda.

"Pokoknya kalo menang nanti, kamu wajib traktir Mas." Liam berucap dengan begitu percaya diri.

Juna mendelik tajam. "Idih... kagak bakalan.. Mas Iyam udah aku blacklist!" sewotnya seraya menggerakkan tangan seolah tengah mencoret sesuatu di udara. Entah serius atau bercanda, tergantung pada Juna. Apakah ia pendendam atau bukan? Kita lihat saja nanti.

Yang lain sontak tergelak saat melihat wajah merengut anak sulung di keluarga itu. Suasana sarapan di pagi hari ini terasa begitu hangat. Lebih hangat dari hari-hari sebelumnya. Sampai-sampai Juna merasa enggan untuk segera berangkat. Ia masih betah berlama-lama berkumpul dengan seluruh anggota keluarganya. Seolah jika ia tinggalkan, Juna tak akan bisa merasakan kehangatan ini lagi.

🕊🕊🕊

Suasana kelas begitu ricuh di saat jam istirahat ini. Ada yang memekik kesenangan, tapi lebih banyaknya yang meraung jengah karena mendapat nilai rendah. Kelas Juna memang hanya kelas biasa dan berisi siswa dengan nilai rata-rata, tidak seperti Ali yang ada di kelas unggulan. Maka tak heran jika banyak dari mereka yang masih kesulitan untuk mencapai nilai tinggi.

"Yah.. Gue cuma dapet enam, auto dimarahin emak, deh."

Aji mendesah kala mendapat hasil ulangannya. Walau sudah tidak aneh, tapi Aji selalu takut jika pulang membawa nilai yang bahkan kurang dari rata-rata. Terlebih jika mengingat bahwa ia menjadi langganan remedial. Aji mengusak rambutnya frustasi.

"Makanya belajar! Salah lo sendiri itu mah!" sungut Chandra dengan percaya diri.

"Emang lo dapet berapa?" tanya Cakra.

Untuk Arjuna[✓]Where stories live. Discover now